BAB I
PENDAHULUAN
Dalam kehidupan keluarga, orang tua mengharapkan anaknya berhasil.
Kesuksesan seorang anak merupakan idaman setiap orang tua. Oleh karena itu,
orang tua berupaya untuk membentuk anak sesuai dengan keinginan mereka sebagai
anak yang sukses. Pola pikir orang tua mengenai kesuksesan dan masa depan yang
lebih baik beranjak dari prestasi anak secara akademi. Akibatnya, tidak jarang
orang tua yang menyalah gunakan otoritasnya sebagai orang tua. Mereka cenderung
memaksa anak sesuai dengan kemauan mereka, menciptakan anak yang serba bisa
tanpa melihat potensi yang ada didalam diri anak, dan menjadikan anak sebagai
objek pemuasan diri akibat kegagalan yang pernah dialami orang tua. Kecenderungan
ini merupakan realita yang terjadi dalam keluarga secara umum tanpa terkecuali
keluarga Kristen dalam hubungan orang tua dan anak.
Orang
tua yang memiliki anak yang sempurna menjadi kebanggaan keluarga. Akan tetapi
kesempurnaan justru menjadi sumber masalah keluarga. Orang tua yang menuntut
kesempurnaan dalam diri anak dengan latar belakang yang berbeda-beda. Berperan sebagai orang tua bukanlah hal yang
mudah. Akan tetapi, orang tua perlu memahami perannya sebagai orang tua dengan
membekali diri dengan pengetahuan dan pemahaman yang benar akan tanggung jawab
orang tua dengan benar dan sesuai dengan perintah Allah, diantaranya adalah
menerima anak sesuai dengan potensi dan kapasitas yang ada di dalam diri anak
serta mengembangkannya. Orang tua yang mampu menerima anak sesuai dengan
potensi dan kapasitasnya adalah orang tua yang menjalankan tanggung jawabnya
sebagai orang tua untuk mengarahkan dan mendidik serta membentuk anak sesuai
dengan kehendak Tuhan, bukan keinginan orang tua.
Sebagaimana
dalam Amsal 22 : 6 dikatakan bahwa “Didiklah orang muda menurut jalan
yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari
pada jalan itu”. Orang tua tidak dapat membentuk anak sesuai dengan
keinginannya tetapi orang tua berfungsi untuk menemukan keunikan anak,
mengarahkan dan mengembangkan potensi mereka sesuai dengan kemampuan mereka.
BAB II
ANALISA EKSEGETIS TEKS
A.
Struktur teks
Tema : Tanggung Jawab Orang Tua Terhadap Pendidikan Anaknya
1. Amsal 23: 14 ” Engkau memukulnya dengan rotan,
tetapi engkau menyelamatkan nyawanya dari dunia orang mati.”
Memukul dengan rotan
menyelamatkan nyawanya dari dunia orang mati
2. Amsal
15:33 “ Takut akan TUHAN adalah didikan yang mendatangkan hikmat, dan kerendahan
hati mendahului kehormatan.”
Takut akan Tuhan mendatangkan hikmat
Kerendahan hati mendahului kehormatan
3. Amsal 3:1-2 “ 1. Hai anakku, janganlah engkau
melupakan ajaranku, dan biarlah hatimu memelihara perintahku, 2. karena panjang umur dan lanjut usia serta
sejahtera akan ditambahkannya kepadamu.”
Jangan melupakan ajaran tetapi peliharalah perintah panjang umur, lanjut usia serta sejahtera ditambahkan kepadamu
4. Amsal
8:33 Dengarkanlah didikan, maka kamu menjadi bijak; janganlah mengabaikannya.
Dengar
didikan bijak
5. Amsal
12:1 Siapa mencintai didikan, mencintai pengetahuan; tetapi siapa membenci
teguran, adalah dungu.
Mencintai didikan mencintai pengetahuan
Membenci
teguran dungu
6. 13:1
Anak yang bijak mendengarkan didikan ayahnya, tetapi seorang pencemooh tidak
mendengarkan hardikan.
Anak
bijak mendengar didikan
pencemooh tidak mendengar hardikan
B.
Analisa Teks
Ayat Demi Ayat (3 Hal)
A. Amsal
23:14
“Engkau memukulnya dengan rotan, tetapi engkau
menyelamatkan nyawanya dari dunia orang mati.”
Memukul
dengan rotan
menyelamatkan nyawanya dari dunia orang mati
hk'n" nakah
lc;n" natsal {naw-tsal'}
KJV “Thou
shalt beat him with the rod, and shalt deliver his soul from hell.”
Dalam bagian
amsal pasal 23:14 ini pengamsal ingin menasihatkan kepada orang tua bahwa
sebuah didikan itu terkadang perlu keras dengan cara memukul sebab dengan cara
ini bisa menyelamatkan nyawanya.
Kata
memukul dalam bahasa ibrani menggunakan kata hk'n" nakah yang berarti untuk
membentur, memukul, membunuh.
Dalam NIV Study
bible dijelaskan bahwa orang tua didukung untuk [menerapkan/berlaku] hukuman
cambuk untuk mengusir kebodohan sedemikian sehingga anak tidak akan mengikuti
suatu alur pembinasaan. pukulan mengabarkan kebijaksanaan dan mempromosikan
suatu keluarga yang sehat dan bahagia.[1] Sedangkan pengertian rotan sebagai alat yang digunakan
untuk memukul memiliki arti kiasan.[2]
Sebagaimana dijelaskan dalam b TWOT rotan itu adalah lambang
disiplin dan merupakan teguran lisan.[3]
tangkai. yang mungkin teladan untuk disiplin [yang] penuh kasih tentang segala
hal.[4]
Kemudian kata menyelamatkan dalam
bahasa ibrani memiliki penjelasan :to snatch away, deliver, rescue, save, strip, plunder. Yang artinya untuk merengut pergi,
[menyampaikan/kirim], menolong, [menyelamatkan; menabung], melepaskan pakaian.
Kata memukul dan
menyelamatkan menggunakan kata kerja yang sama yaitu nifal yang bisa
dibahasakan ketika orang tua telah memukul anaknya pada saat yang sama ia telah
menyelamatkan nyawa anaknya dari kematian.
Jika
dihubungkan dengan pukulan menyelamatkan nyawa seorang anak dari kebinasaan.
Maka sebenarnya sebuah pukulan itu tidak perlu diartikan sebuah pukulan secara
fisik tetapi lebih kepada teguran, pengajaran atau pendisiplinan kepada anak
yang sifatnya keras dan tegas yang bertujuan menyelamatkan anak dari kematian.
B. Amsal 15
: 33
Takut
akan Tuhan
mendatangkan hikmat
ta;är>yI ((((((Yirat) hm'_k.x' ((( hokma)
Dalam ayat ini merujuk pada amsal 1:7 yang
memiliki inti penjelasan bahwa langkah pertama
dari pengetahuan, hal yang paling
penting yang harus kita lakukan ialah takut akan Tuhan. Terjemahan takut tidak berkonotasi negatif,
malah seharusnya menjadi suatu sikap yang positif terhadap Tuhan. Kalau kita
telah melakukan kesalahan, maka sepatutnya kita takut, tetapi jika hubungan
dengan Tuhan baik, maka istilah yang lebih baik adalah hormat Ayat ini berisi nasihat untuk hidup takut akan Tuhan. Dalam
bagian ini pengamsal menasihatkan kepada orang muda untuk menyadari akan
kehadiran Tuhan dalam kehidupan , dengan
memiliki sikap takut akan Tuhan yakni dengan memiliki sikap hormat dan
mengasihi perintah-perintah Tuhan. Salomo, mejelaskan bahwa langkah pertama
dalam memperoleh hikmat ialah takut akan Tuhan. Dalam NIV Study Bible dijelakan
bahwa Takut akan Tuhan itu memiliki arti sikap menghormati dan menaati perintah Tuhan.[5]
Sehingga dapat dimengerti bahwa ketika kita memiliki sikap hormat dan taat
kepada perintah Tuhan maka kita akan memperoleh hikmat. Dan hikmat yang
dijelaskan pada ayat ini menunjuk kepada hikmat yang dari Allah.
C.
Amsal 3:1-2
Jangan
melupakan ajaran tetapi peliharalah
perintah panjang umur, lanjut usia serta sejahtera ditambahkan kepadamu
Pada ayat diawali sebuah frasa
“jangan” yang dalam bahasa ibrani menggunakan kata la; memiliki pengertian boleh dilakukan
boleh tidak tetapi memiliki konsekuensi ketika memilih salah satu.
Dalam bagian ayat ini orang tua
menasihatkan untuk tetap memelihara perintah. Kata memelihara dalam bahasa
ibrani menggunakan kata rc;n" natsar {naw-tsar'} dengan kata kerja Qal yang memiliki pengertian untuk
memelihara perintah. instruksi yang diberikan seorang ayah dalam mendidik
anaknya ialah hukum dan perintah. Dalam bahasa Ibrani Torah ( ytiär"AT ) yang biasa diterjemahkan hukum
sebenarnya mempunyai arti lebih luas dari hukum. kata Torah berasal dari kata
kerja melempar yang kemudian berarti membagikan dan akhirnya berakhir mengajar, jadi arti kata Torah dalam
ayat ini menjelaskan bagaimana orang tua memberikan perintah kepada anak untuk memelihara hukum.
Pada ayat 2 menunjukkan bahwa
ketaatan kepada nasehat ayah, akan memberikan dua berkat yakni panjang umur dan
kekayaan. Dalam bahasa Ibrani memakai kata Syalom
mempunyai arti yang lebih luas dari bahsa Indonesia “ sejahtera”. Sebab
sejahtera merupakan bagian dari syalom.
D. Amsal
8:33
Dengarkanlah didikan, maka kamu menjadi bijak;
janganlah mengabaikannya.
Dengar
didikan bijak
Dalam
bagian ayat ini menjelaskan mengenai pentingnya mendengar sebagai sebuah cara
menjadi bijak. Kata mendengar dalam bahasa ibrani menggunakan [m;v' shama` {shaw-mah'} artinya to hear,
listen to, obey “ mendengar, menyimak, mentaati ”. dalam pengertian lain
ada penerjemahan give attention “memberikan perhatian”. Pengertian mendengar
ini lebih dalam dijelaskan seperti adam mendengarkan perintah Tuhan. Jadi
mendengar bukan hanya sekedar lalu begitu saja tetapi langsung mengaplikasikan
dalam kehidupan.[6]
E. Amsal
12:1 Siapa mencintai didikan, mencintai pengetahuan; tetapi siapa membenci
teguran, adalah dungu.
Mencintai didikan mencintai pengetahuan
Membenci
teguran dungu
Dalam ayat ini menjelaskan bagaimana
ketika seorang mencintai didikan pada saat yang sama orang tersebut mencintai
pengetahuan. Kata mencintai menggunakan kata bh;a' 'ahab {aw-hab'} kata mencintai ini digambarkan sebagaimana
hubungan ayah dengan anak, suami dengan istri dan hubungan seorang mencintai
suatu benda. Dalam NIV study bible dijelaskan bahwa kata mencintai masih
berhubungan dengan amsal 1:7 disamakan maknanya dengan menghargai dhuan an
melakukan. Jadi bisa disimpulkan dalam bagian ini bahwa ketika seorang
mencintai didikan secara otomatis orang tersebut pada hakekatnya juga mencintai
pengetahuan.
F. Amsal
13:1 Anak yang bijak mendengarkan didikan ayahnya, tetapi seorang pencemooh
tidak mendengarkan hardikan.
Anak
bijak mendengar
didikan
pencemooh tidak mendengar hardikan
kata hardikan dipakai pertama kali
dalam amsal ( dua kali lagi ialah di 13:8 dan 17:10). Dalam kitab Amsal ini tidak memakai bentuk kata kerja. Dalam ayat ini
menjelaskan tentang seorang anak dikatakan bijak, jika ia mendengarkan didikan
dari orang tuanya. Anak bijak di teks ini dikatakan jugas sebagai anak yang
arif, dan didikan disisni menunjuk kepada petuah atau ajaran yang memberikan
didikan kepada anaknya.
Kemudian pencemooh menjelaskan
seorang sikap sombong, yang tidak mau mendengarkan didikan. Jadi pada teks ini
menjelaskan tentang sifat dari seorang anak yang bijak/arif yakni mendengarkan
didikan orang tuanya.
Pencemooh adalah
orang yang sudah mendapatkan pendidikan dan koreksi tetapi pesan yang didapat
dari koreksi dan teguran itu tidak menjadi menjadi pesan yang mengkoreksi
dirinya, melainkan berubah menjadi nasehat‐nasehat yang
dihina dan ditertawakan. Sehingga di sini Amsal hanya bilang 'don't waste your
time' kepada pencemooh, dan menjauhlah daripada orang seperti itu karena tidak
ada gunanya.
G. Amsal
5:1
Proverbs 5:1 JVProverbs 5:1 My son, attend unto my wisdom, and bow thine ear to my understanding:
Perhatikanlah hikmatku supaya engkau
bijaksana
bv;q' qashab {kaw-shab'} hm'k.x'
hokmah {khok-maw'}
Arahkanlah telingamu supaya engkau berpengetahuan
hj"n" natah {naw-taw'} !WbT'
tabuwn {taw-boon'} and (fem.)
Kata perhatikanlah dalam
teks ini bv;q' qashab {kaw-shab'} menjelaskan
tentang penuh perhatian, perhatian, mendengarkan,
memperhatikan, mendengarkan. Jadi dalam teks ini menjelaskan tentang bagaimana
seorang bapak ( orang tua) yang memberikan nasehat agar anaknya memberikan
perhatian penuh terhadap ajaran atau hikmat/ hm'k.x'
hokmah {khok-maw'}. Hikmat
yang dimaksudkan disini ialahmenyangkut
ketajaman pikiran, berhikmat, atau memiliki keterampilan. Jadi, seorang anak
akan memperoleh kebijaksanaan, jika ia
penuh perhatian mendengarkan hikmat.
Bagian selanjutnya dikatakan arahkanlah telingamu. Kata
arahkanlah hj"n" natah {naw-taw'} memiliki pengertian memberikan
perhatian, mendengarkan sungguh-sungguh. Sedangkan dampak yang diterima saat
mengarahkan perhatian, atau mendengarkan dengan sungguh, ialah memperoleh pengetahuan/berpengetahuan
!WbT' tabuwn {taw-boon'} and (fem.) yang artinya memperolehpemahaman, pengertian yang mendalam. Jadi, nasehat yang orang tua
ajarkan kepada anak disini, haruslah
didengarkan dengan sungguh, dan menaruh perhatian yang
penuh, agar anak memperoleh pengetahuan atau pemahaman yang mendalam, bahkan
memperoleh kebijaksanaan
BAB III
KESIMPULAN
Relevansi Misi.
Pada akhirnya kelompok menjelaskan
hubungan mengenai tanggung jawab orang tua terhadap pendidikan anak dan
relevansinya dalam dunia misi adalah menjadi sebuah tugas khusus bagi orang tua
mamberikan pendidikan yang benar mengenai kehidupan jangan sampai seorang anak menyimpang ke dalam
pengajaran pengajaran yang tidak sesuai dengan kebenaran yang Tuhan sudah
amanatkan kepada orang tua. Bahkan lebih
dari pada itu menjadi sebuah tugas besar jangan sampai anak mereka menjual
keselamatan hanya demi sebuah kenikmatan dunia yang sesaat.
Pendidikan bagi anak merupakan
sebuah investasi yang sangat berharga dimana ketika orang tua mengajarkan
tentang misi kepada anak kelak ketika menjadi dewasa anak tersebut akan
memiliki hati misi sesuai yang telah ditanamkan oleh orang tuanya.
Anak anak adalah jiwa yang berharga
dimata Tuhan jadi ketika mengajar seoarng anak, ajarlah dengan segenap hati dan
jangan mengajarkan hal yang buruk sebab ketika anak itu menjadi dewasa kita
sebagai orang tua akan dituntut pertanggung jawaban ketika anak itu menyimpang
dari jalan yang benar.
DAFTAR
PUSTAKA
Roobert, L
Alden,
2002 tafsiran
Praktis Kitab Amsal, Malang: SAAT
C.Hassel
Bullock,
2003 Kitab Kitab Puisi, Malang :Gandum Mas
______,
1980 TWOT,
USA: The Moody Bible Institute Of Chigago
______,
2002 NIV
STUDY BIBLE, Michigan: Grand Raphids
Bible works 7
terima kasih sudah berbagi... Jby
BalasHapus