Jumat, 24 Mei 2013

AMSAL 3:9-10



BAB I
PENDAHULUAN
            Kitab amsal adalah suatu koleksi atau kumpulan hikmat. Kitab amsal merupakan hasil karya beberapa penulis, tiga di antaranya dikenal dengan nama salomo, agur, dan lemuel. Namun amsal paling banyak ditulis oleh salomo. Paling sedikit satu bagian dari kitab ini ditulis oleh orang yang tidak dikenal.[1] Amsal-amsal yang terkumpul dalam kitab ini tidak berupa ucapan-ucapan popular, melainkan ucapan hikmat dari guru-guru yang mengetahui hukum Tuhan dan ingin menerapkan prinsip-prinsipnya pada seluruh kehidupan manusia. Tujuan hikmat tersebut adalah mengajarkan cara hidup yang benar, sehingga prinsip-prinsip yang penting sering kali diulangi demi penegasannya. Takut akan Tuhan merupakan inti daripada semua hikmat yang sejati, dan dengan dasar itulah kitab amsal menerapkan prinsip-prinsip ajaran Tuhan pada hubungan-hubungan kemanusiaan, kehidupan rumah tangga, pekerjaan, keadilan, keputusan-keputusan, sikap-sikap dan semua hal yang diperbuat, diucapkan atau dipikirkan oleh manusia. Kitab amsal mengajarkan hal-hal yang praktis yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Salah satunya yaitu bagaimana kita untuk berhikmat dalam menggunakan harta atau kekayaan yang kita miliki.
            Di Indonesia kasus korupsi sedang marak-maraknya. Menurut survey yang dilakukan Indonesia menduduki peringat nomor 1 negara terkorup. Hal ini tentunya sanagt menyedihkan dan menggiris hati kita. Banyak pengusaha-pengusaha bahkan pejabat-pejabat negara yang mencari uang atau kekayaan dengan cara yang tidak jujur yaitu dengan korupsi. Korupsi memang adalah jalan cepat menuju kekayaan. Dengan korupsi seseorang bisa menjadi orang yang kaya mendadak. Oleh karena hal tersebut banyak orang yang berlomba untuk menjabat pegawai negara menjabat jabatan yang tinggi hanya untuk memperoleh kekayaan dengan korupsi. Kalau kita meninjau Korupsi pun terjadi karena gaya hidup yang tinggi jika seseorang selalu mencukupkan diri dengan apa yang ada dan pinter mengatur pengerluaran-pengeluaran dengan baik atau dengan kata lain dapat menggunakan kekayaan dengan sebaik mungkin pastinya tidak akan ada orang yang korupsi. Orang korupsi adalah orang yang selalu merasa kurang karena gaya hidup mereka yang tinggi. Pada bagian amsal kali ini kelompok kami akan membahas bagaimana kita berhikmat menggunakan harta atau kekayaan yang kita punyai.
BAB II
PEMBAHASAN

Struktur teks
Amsal 3:9-10 Muliakanlah Tuhan dengan hartamu
                                                          Dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu

Maka lumbung-lumbungmu akan diisi penuh
                                                Sampai melimpah-limpah,
Dan bejana pemerahanmu akan meluap dengan air buah anggurnya.

Amsal 11:24 Menyebar harta                    bertambah kaya
Menghemat secara luar biasa                selalu berkekurangan

Amsal 11: 25 Memberi berkat                  diberi kelimpahan
Memberi minum                   diberi minum

Amsal 11:26 Menahan gandum                 dikutuki orang
Menjual gandum               berkat turun

13:11 Harta yang cepat diperoleh                 berkurang
Mengumpulkan sedikit demi sedikit                menjadi kaya

21:20 Harta yang indah
                        dan minyak ada di kediaman orang bijak,
                                                                        Tetapi orang yang bebal memboroskannya.






Analisa teks

Amsal 3:9 muliakanlah Tuhan dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu,
3:10 maka lumbung-lumbungmu akan diisi penuh sampai melimpah-limpah, dan bejana pemerahanmu akan meluap dengan air buah anggurnya.

Dalam ayat 9 ini salomo mengingatkan pembaca untuk memuliakan Tuhan dengan harta kita.
Kata muliakanlah dalam bahasa ibrani yaitu dbeäk; verb piel imperative masculine singular. Yang berarti kata muliakanlah disini adalah merupakan kata perintah maskulin tunggal yang dipertegas. Kata muliakanlah disini mempunyai arti yang sangat dalam/tegas karena konyugasi piel. Maksud  dari ayat ini adalah Tuhan memerintahkan kepada kita untuk memuliakan Tuhan dengan harta kita dan dengan hasil pertama dari segala penghasilan kita dan perintah itu harus dilakukan secara tegas.
Bagaimana caranya memuliakan Tuhan dengan harta?
Menurut R.E. Harlow dalam bukunya, ia menuliskan memulikan Tuhan dengan harta kita itu berarti kita memberikan persembahan kepada Tuhan.[2] Sedangkan menurut Robert L. Alden, muliakanlah Tuhan dengan hartamu bukan merupakan perintah yang mendetail, artinya harus berupa binatang korban, seberapa banyak kentang atau padi yang diberikan, dimana seharusnya mereka membawa barang tersebut, dimana seharunya mereka membakar barang tersebut. Perintah disini adalah menghormati Tuhan, membawa persembahan merupakan tambahan.[3] Dari berbagai pendapat ini, menurut kami muliakanlah Tuhan dengan hartamu mengandung arti kita menggunakan harta kita hanya untuk Tuhan, untuk kemuliaannya atau dalam arti kita memberikan harta kita untuk Tuhan (persembahan) bukannya malah untuk berfoya-foya atau menghabiskan dengan hal-hal yang tidak berguna.
Kata maka dalam ayat 10 menghubungkan ayat 9 dan 10 ini juga menunjukkan adanya hubungan sebab akibat. Artinya kalau kita memberi persembahan kepada Tuhan, maka ia akan memberkati kita. Ketika kita mempergunakan harta kita untuk memuliakan Tuhan secara otomatis Tuhan akan terus memberkati kita.
Konteks dari amsal ini berhubungan dengan pedesaan, ini terlihat dari pemakaian kata-kata seperti “hasil pertama dari segala penghasilanmu” (terjemahan lebih tepat: “hasil pertama dari panenmu”), “lumbung-lumbung”, dan “bejana-bejana dengan air buah anggur”.

Amsal  11
11:24 Ada yang menyebar harta, tetapi bertambah kaya, ada yang menghemat secara luar biasa, namun selalu berkekurangan.
11: 25. Siapa banyak memberi berkat, diberi kelimpahan, siapa memberi minum, ia sendiri akan diberi minum.
11:26 Siapa menahan gandum, ia dikutuki orang, tetapi berkat turun di atas kepala orang yang menjual gandum.
 Kata menyebar (ay. 24) dalam bahasa ibrani menggunakan kata rzep; verb piel participle masculine singular absolute. Kata kerja orang pertama maskulin yang sedang dan terus menerus dilakukan/disebarkan. Bukan hanya satu kali disebar namun terus-menerus disebar. Dalam ayat ini sebenarnya bertentangan dengan hukum ekonomi. Dimana jika kita menabung harta kita maka harta kita akan bertambah, tetapi jika kita menggunakan harta tersebut harta itu pun akan semakin berkurang. Jadi apa yang dimaksud disini? Konteks ayat ini berbicara tentang perbandingan orang benar dan orang fasik. Orang fasik diidentifikasikan sebagai orang yang kikir/pelit, tidak peduli kebutuhan/kekurangan orang lain. Maksud menyebar harta disini bukan berarti memboros-boroskan atau berfoya-foya namun maksudnya adalah memberi kepada orang yang lain yang membutuhkan (bermurah hati, tidak pelit). Ayat 24 tidak mengajar kita untuk menanam modal atau menabung harta agar membendung inflasi tetapi Tuhan memberkati orang yang murah hati dan mengabaikan orang yang pelit. Hal ini akan membawa kita kepada ayat selanjutnya. Secara hukum kehartaan tidak mungkin kita menyebar harta hasilnya bertambah kaya, namun Tuhan sanggup melakukan segala sesuatu karena kekayaan ada ditangan Dia. Tuhan sanggup memberkati kita.  Jadi, sebagai anak-anak Tuhan marilah kita memiliki hati yang murah hati, tidak pelit/kikir memberikan bantuan/harta kita secara terus-menerus tidak hanya satu atau dua kali kepada orang lain secara khusus kepada orang yang membutuhkan.
Dalam ayat 25, disini Salomo menasehatkan untuk pembacanya memiliki hati yang bermurah hati. Dalam ayat ini mengindikasikan hukum tabur tuai sesuai yang ada di dalam 2 Korintus 9:6, yang menabur banyak, menuai banyak juga.
Ayat 26 memberikan nasehat praktis bagaimana mengatur kekayaan. Menyimpan harta dengan hemat harus disertai kemurahan hati. Kebanyakan kita hanya hidup pas-pasan, tetapi ada juga orang yang hidup berkelebihan sehingga tidak tahu hartanya harus diapakan. Orang-orang yang sedemikian harus murah hati bagi kebutuhan orang lain.
Ayat ini tidak mengajarkan orang kaya harus menyerahkan seluruh miliknya. Tetapi ayat ini mencela orang kaya yang tamak yang mengabaikan orang miskin. Pengumpulan kekayaan menimbulkan persoalan rohani yang hanya dapat disembuhkan dengan mengaplikasikan hikmat dari Tuhan.[4]


Amsal 13:11 harta yang cepat diperoleh akan berkurang, tetapi siapa mengumpulkan sedikit demi sedikit, menjadi kaya.

Pepatah modern dari ayat 11 ialah “mudah mendapat, mudah keluar”. Kontras disini ialah antara orang-orang yang mendapat kekayaan dengan cepat dan dengan cepat juga kehilangan dengan orang-orang yang sedikit demi sedikit mengumpulkan kekayaan dan melihat pertumbuhan kekayaan mereka. Beberapa orang mendapat untung kemudian rugi beberapa miliar rupiah dalam saham. Orang lain menang kemudian rugi dalam perjudian di kasino atau di usaha dagang yang beresiko. Orang-orang yang tidak biasa memiliki sejumlah harta yang banyak kemudian jadi orang kaya mendadak, biasanya akan memboroskan harta itu dengan cepat. Pengelolaan harta merupakan sebuah keahlian dalam mengumpulkan harta sedikit demi sedikit dan dengan bijaksana memakai harta tersebut.
Kata kerja cepat diperoleh dalam ayat ini sukar dimengerti terjemahan Yunaninya mirip dengan padanan kata yang dipakai dalam Amsal 20:21, tetapi bahasa Ibrani memakai kata lb,h,äme, !mi particle preposition   lb,h, noun common masculine singular absolute homonym 1, diartikan dengan sia-sia yang mengandung arti kekayaan yang diperoleh dengan cara tidak benar. Dalam NIV pun di terjemahkan dengan kekayaan yang diperoleh dengan tidak jujur (dishonest money). Ini berarti bahwa kekayaan atau harta yang diperoleh dengan cepat dengan cara yang tidak jujur akan cepat hilang atau berkurang.
Kita dapat melihat bahwa ayat ini memberikan sebuah peringatan terhadap penjahat-penjahat yang memperoleh kekayaannya dengan cara yang tidak benar bahwa kekayaan mereka akan cepat hilang juga dan juga memberikan sebuah janji kepada orang-orang yang jujur dan yang bijaksana dalam menggunakan kekayaannya.

Amsal 21:20 Harta yang indah dan minyak ada di kediaman orang bijak, tetapi orang yang bebal memboroskannya.

Dari kalimat orang yang bebal memboroskan ini memiliki pengertian bahwa orang bebal memboroskan apa yang mereka miliki tanpa memikirkan hari depan. Sedangkan orang bijak selalu berhikmat dalam mengunakan apa yang mereka punyai. Menurut Matthew Henry menjelaskan bahwa  orang yang bijak meningkatkan (mengumpulkan/menabung) apa yang mereka punyai menjadi berlimpah. Hikmat mereka mengajar mereka untuk membagi kekayaan mereka atas biaya-biaya yang diperlukan dan dengan pemasukan yang ada. sehingga ada sisanya untuk ditabung. Mereka menggunakan kekayaan mereka dengan bijak, sehingga selalu tersedia persediaan di rumah mereka. Mereka hidup secara sederhana dan tidak hidup berfoya-foya sehingga Tuhan selalu memebrkati rumah emreja dan kekayaan mereka. Berbeda dengan orang bebal atau bodoh mereka menghabiskan apa yang mereka punyai dengan keinginan-keinginan mata mereka dan mereka tidak mempunyai persediaan dirumah mereka (konteks sekarang tabungan). Mereka menghabiskan kekayaan mereka dengan mengenaskan hingga tidak ada sisa. Mereka mengahbiskan kekayaan mereka secara boros.[5]
Namun kalau kita kaya jangan mengira bahwa kita seorang yang bijaksana dan kalau kita seorang yang miskin koreksi diri sendiri mungkin kita sudah melakukan beberapa tindakan yang bodoh dan menghabiskan apa yang kita miliki secara boros.
Jadi dalam ayat ini orang yang boros digolongkan sebagai orang yang bodoh. Oleh sebab itu berhikmatlah dalam menggunakan kekayaan yang kita miliki dan tidak memboroskannya begitu saja.
 

BAB III
PENUTUP
 
RELEVANSI
Dalam pelayanan ketika kita menghadapi kesulitan dalam keuangan dan kita tidak dapat memenuhi kebutuhan kita karena tidak mempunyai apa-apa sebagai hamba Tuhan janganlah kita menggunakan segala cara untuk memenuhi kebutuhan kita dengan cara yang tidak benar. Tetapi marilah kita memperoleh atau mencari kekayaan dengan cara yang benar bukan hasil korupsi atau mencuri milik orang lain. Dan ketika Tuhan memberkati kita dengan berlimpah marilah kita gunakan kekayaan kita untuk kemuliaan nama Tuhan, membantu orang yang berkekurangan, membantu jemaat yang membutuhkan, dan biarlah kita juga menajdi orang yang berhikmat dalam menggunakan apa yang kita miliki dan tidak memboroskan dan berfoya-foya atas apa yang kita miliki melainkan menggunakan harta kita untuk kemajuan pelayanan Tuhan di dunia ini.


 DAFTAR PUSTAKA

1983,
Alden, Robert L.,        Proverbs a Commentary on an Ancient Book of Timeless Advice, USA:                               Library of Congress Catalog Card
2008,
Alden, Robert L.,        Tafsiran Praktis Kitab Amsal, Malang: Literatus SAAT

1984,
Harlow, R.E.,              Proverbs: The Kings Wisdom, Canada:Everyday Publications INC.

2000,
Rimba,, Retnawaty,    Intisari Alkitab Perjanjian Lama, Jakarta: Persekutuan Pembaca                                           Alkitab,

1992,
Boeker, T.G.R.,           Bahasa Ibrani, Batu: Literatur YPPII

Program Files Bibleworks7


[1] Retnawaty Rimba, Intisari Alkitab Perjanjian Lama, Jakarta: Persekutuan Pembaca Alkitab, 2000), 143
[2] R.E. Harlow, Proverbs: The Kings Wisdom, (Canada:Everyday Publications INC., 1984), 16
[3] Robert L. Alden,  Proverbs a Commentary on an Ancient Book of Timeless Advice, (USA: Library of Congress Catalog Card, 1983), 38
[4] Robert L. Alden, Tafsiran Praktis Kitab Amsal, (Malang: Literatus SAAT, 2008), 124
[5] Program Files, Bibleworks7

0 komentar:

Posting Komentar