BAB I
PENDAHULUAN
Kitab amsal adalah suatu koleksi
atau kumpulan hikmat. Kitab amsal merupakan hasil karya beberapa penulis, tiga
di antaranya dikenal dengan nama salomo, agur, dan lemuel. Namun amsal paling
banyak ditulis oleh salomo. Paling sedikit satu bagian dari kitab ini ditulis
oleh orang yang tidak dikenal.[1] Amsal-amsal
yang terkumpul dalam kitab ini tidak berupa ucapan-ucapan popular, melainkan
ucapan hikmat dari guru-guru yang mengetahui hukum Tuhan dan ingin menerapkan
prinsip-prinsipnya pada seluruh kehidupan manusia. Tujuan hikmat tersebut
adalah mengajarkan cara hidup yang benar, sehingga prinsip-prinsip yang penting
sering kali diulangi demi penegasannya. Takut akan Tuhan merupakan inti
daripada semua hikmat yang sejati, dan dengan dasar itulah kitab amsal
menerapkan prinsip-prinsip ajaran Tuhan pada hubungan-hubungan kemanusiaan,
kehidupan rumah tangga, pekerjaan, keadilan, keputusan-keputusan, sikap-sikap
dan semua hal yang diperbuat, diucapkan atau dipikirkan oleh manusia. Kitab
amsal mengajarkan hal-hal yang praktis yang terjadi di dalam kehidupan manusia.
Salah satunya yaitu bagaimana kita untuk berhikmat dalam menggunakan harta atau
kekayaan yang kita miliki.
Di Indonesia kasus korupsi sedang
marak-maraknya. Menurut survey yang dilakukan Indonesia menduduki peringat
nomor 1 negara terkorup. Hal ini tentunya sanagt menyedihkan dan menggiris hati
kita. Banyak pengusaha-pengusaha bahkan pejabat-pejabat negara yang mencari
uang atau kekayaan dengan cara yang tidak jujur yaitu dengan korupsi. Korupsi
memang adalah jalan cepat menuju kekayaan. Dengan korupsi seseorang bisa
menjadi orang yang kaya mendadak. Oleh karena hal tersebut banyak orang yang
berlomba untuk menjabat pegawai negara menjabat jabatan yang tinggi hanya untuk
memperoleh kekayaan dengan korupsi. Kalau kita meninjau Korupsi pun terjadi
karena gaya hidup yang tinggi jika seseorang selalu mencukupkan diri dengan apa
yang ada dan pinter mengatur pengerluaran-pengeluaran dengan baik atau dengan
kata lain dapat menggunakan kekayaan dengan sebaik mungkin pastinya tidak akan
ada orang yang korupsi. Orang korupsi adalah orang yang selalu merasa kurang
karena gaya hidup mereka yang tinggi. Pada bagian amsal kali ini kelompok kami
akan membahas bagaimana kita berhikmat menggunakan harta atau kekayaan yang
kita punyai.
BAB II
PEMBAHASAN
Struktur teks
Amsal
3:9-10 Muliakanlah Tuhan dengan hartamu
Dan dengan hasil pertama
dari segala penghasilanmu
Maka
lumbung-lumbungmu akan diisi penuh
Sampai melimpah-limpah,
Dan
bejana pemerahanmu akan meluap dengan air buah anggurnya.
Amsal 11:24 Menyebar harta bertambah kaya
Menghemat secara luar biasa selalu berkekurangan
Amsal
11: 25 Memberi berkat diberi kelimpahan
Memberi
minum diberi minum
Amsal
11:26 Menahan gandum dikutuki orang
Menjual
gandum berkat turun
13:11
Harta yang cepat diperoleh berkurang
Mengumpulkan
sedikit demi sedikit menjadi kaya
21:20
Harta yang indah
dan minyak ada di
kediaman orang bijak,
Tetapi
orang yang bebal memboroskannya.
Analisa
teks
Amsal 3:9 muliakanlah Tuhan dengan
hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu,
3:10 maka lumbung-lumbungmu akan
diisi penuh sampai melimpah-limpah, dan bejana pemerahanmu akan meluap dengan
air buah anggurnya.
Dalam ayat 9 ini salomo mengingatkan pembaca untuk
memuliakan Tuhan dengan harta kita.
Kata muliakanlah dalam bahasa ibrani yaitu dbeäk; verb piel
imperative masculine singular.
Yang berarti kata muliakanlah disini adalah merupakan kata perintah maskulin
tunggal yang dipertegas. Kata muliakanlah disini mempunyai arti yang sangat
dalam/tegas karena konyugasi piel. Maksud
dari ayat ini adalah Tuhan memerintahkan kepada kita untuk memuliakan Tuhan
dengan harta kita dan dengan hasil pertama dari segala penghasilan kita dan
perintah itu harus dilakukan secara tegas.
Bagaimana caranya memuliakan Tuhan dengan harta?
Menurut R.E. Harlow dalam bukunya, ia menuliskan
memulikan Tuhan dengan harta kita itu berarti kita memberikan persembahan
kepada Tuhan.[2]
Sedangkan menurut Robert L. Alden, muliakanlah Tuhan dengan hartamu bukan
merupakan perintah yang mendetail, artinya harus berupa binatang korban,
seberapa banyak kentang atau padi yang diberikan, dimana seharusnya mereka
membawa barang tersebut, dimana seharunya mereka membakar barang tersebut.
Perintah disini adalah menghormati Tuhan, membawa persembahan merupakan
tambahan.[3] Dari
berbagai pendapat ini, menurut kami muliakanlah Tuhan dengan hartamu mengandung
arti kita menggunakan harta kita hanya untuk Tuhan, untuk kemuliaannya atau
dalam arti kita memberikan harta kita untuk Tuhan (persembahan) bukannya malah
untuk berfoya-foya atau menghabiskan dengan hal-hal yang tidak berguna.
Kata maka dalam ayat 10 menghubungkan ayat 9 dan 10 ini
juga menunjukkan adanya hubungan sebab akibat. Artinya kalau kita memberi
persembahan kepada Tuhan, maka ia akan memberkati kita. Ketika kita
mempergunakan harta kita untuk memuliakan Tuhan secara otomatis Tuhan akan
terus memberkati kita.
Konteks dari amsal ini berhubungan dengan pedesaan, ini
terlihat dari pemakaian kata-kata seperti “hasil pertama dari segala
penghasilanmu” (terjemahan lebih tepat: “hasil pertama dari panenmu”),
“lumbung-lumbung”, dan “bejana-bejana dengan air buah anggur”.
Amsal 11
11:24
Ada yang menyebar harta, tetapi bertambah kaya, ada yang menghemat secara luar
biasa, namun selalu berkekurangan.
11: 25. Siapa banyak memberi berkat, diberi
kelimpahan, siapa memberi minum, ia sendiri akan diberi minum.
11:26 Siapa menahan gandum, ia
dikutuki orang, tetapi berkat turun di atas kepala orang yang menjual gandum.
Kata menyebar (ay. 24) dalam bahasa ibrani menggunakan
kata rzep; verb piel participle
masculine singular absolute. Kata kerja orang pertama maskulin yang sedang
dan terus menerus dilakukan/disebarkan. Bukan hanya satu kali disebar namun
terus-menerus disebar. Dalam ayat ini sebenarnya bertentangan dengan hukum
ekonomi. Dimana jika kita menabung harta kita maka harta kita akan bertambah,
tetapi jika kita menggunakan harta tersebut harta itu pun akan semakin
berkurang. Jadi apa yang dimaksud disini? Konteks ayat ini berbicara tentang
perbandingan orang benar dan orang fasik. Orang fasik diidentifikasikan sebagai
orang yang kikir/pelit, tidak peduli kebutuhan/kekurangan orang lain. Maksud
menyebar harta disini bukan berarti memboros-boroskan atau berfoya-foya namun
maksudnya adalah memberi kepada orang yang lain yang membutuhkan (bermurah hati,
tidak pelit). Ayat 24 tidak mengajar kita untuk menanam modal atau menabung harta
agar membendung inflasi tetapi Tuhan memberkati orang yang murah hati dan
mengabaikan orang yang pelit. Hal ini akan membawa kita kepada ayat
selanjutnya. Secara hukum kehartaan tidak mungkin kita menyebar harta hasilnya
bertambah kaya, namun Tuhan sanggup melakukan segala sesuatu karena kekayaan
ada ditangan Dia. Tuhan sanggup memberkati kita. Jadi, sebagai anak-anak Tuhan marilah kita
memiliki hati yang murah hati, tidak pelit/kikir memberikan bantuan/harta kita
secara terus-menerus tidak hanya satu atau dua kali kepada orang lain secara
khusus kepada orang yang membutuhkan.
Dalam ayat 25, disini Salomo menasehatkan untuk
pembacanya memiliki hati yang bermurah hati. Dalam ayat ini mengindikasikan
hukum tabur tuai sesuai yang ada di dalam 2 Korintus 9:6, yang menabur banyak,
menuai banyak juga.
Ayat
26 memberikan nasehat praktis bagaimana mengatur kekayaan. Menyimpan harta
dengan hemat harus disertai kemurahan hati. Kebanyakan kita hanya hidup
pas-pasan, tetapi ada juga orang yang hidup berkelebihan sehingga tidak tahu hartanya
harus diapakan. Orang-orang yang sedemikian harus murah hati bagi kebutuhan
orang lain.
Ayat
ini tidak mengajarkan orang kaya harus menyerahkan seluruh miliknya. Tetapi ayat
ini mencela orang kaya yang tamak yang mengabaikan orang miskin. Pengumpulan kekayaan
menimbulkan persoalan rohani yang hanya dapat disembuhkan dengan
mengaplikasikan hikmat dari Tuhan.[4]
Amsal 13:11 harta yang cepat
diperoleh akan berkurang, tetapi siapa mengumpulkan sedikit demi sedikit,
menjadi kaya.
Pepatah
modern dari ayat 11 ialah “mudah mendapat, mudah keluar”. Kontras disini ialah
antara orang-orang yang mendapat kekayaan dengan cepat dan dengan cepat juga
kehilangan dengan orang-orang yang sedikit demi sedikit mengumpulkan kekayaan
dan melihat pertumbuhan kekayaan mereka. Beberapa orang mendapat untung
kemudian rugi beberapa miliar rupiah dalam saham. Orang lain menang kemudian
rugi dalam perjudian di kasino atau di usaha dagang yang beresiko. Orang-orang
yang tidak biasa memiliki sejumlah harta yang banyak kemudian jadi orang kaya
mendadak, biasanya akan memboroskan harta itu dengan cepat. Pengelolaan harta
merupakan sebuah keahlian dalam mengumpulkan harta sedikit demi sedikit dan
dengan bijaksana memakai harta tersebut.
Kata
kerja cepat diperoleh dalam ayat ini sukar dimengerti terjemahan Yunaninya
mirip dengan padanan kata yang dipakai dalam Amsal 20:21, tetapi bahasa Ibrani
memakai kata lb,h,äme, !mi particle preposition lb,h, noun common masculine singular absolute homonym 1, diartikan
dengan sia-sia
yang mengandung arti kekayaan yang diperoleh dengan cara tidak benar. Dalam NIV
pun di terjemahkan dengan kekayaan yang diperoleh dengan tidak jujur (dishonest
money). Ini berarti bahwa kekayaan atau harta yang diperoleh dengan cepat
dengan cara yang tidak jujur akan cepat hilang atau berkurang.
Kita
dapat melihat bahwa ayat ini memberikan sebuah peringatan terhadap
penjahat-penjahat yang memperoleh kekayaannya dengan cara yang tidak benar
bahwa kekayaan mereka akan cepat hilang juga dan juga memberikan sebuah janji
kepada orang-orang yang jujur dan yang bijaksana dalam menggunakan kekayaannya.
Amsal 21:20 Harta yang indah dan
minyak ada di kediaman orang bijak, tetapi orang yang bebal memboroskannya.
Dari
kalimat orang yang bebal memboroskan ini memiliki pengertian bahwa orang bebal
memboroskan apa yang mereka miliki tanpa memikirkan hari depan. Sedangkan orang
bijak selalu berhikmat dalam mengunakan apa yang mereka punyai. Menurut Matthew
Henry menjelaskan bahwa orang yang bijak meningkatkan (mengumpulkan/menabung)
apa yang mereka punyai menjadi berlimpah. Hikmat mereka mengajar mereka untuk
membagi kekayaan mereka atas biaya-biaya yang diperlukan dan dengan pemasukan
yang ada. sehingga ada sisanya untuk ditabung. Mereka menggunakan kekayaan mereka
dengan bijak, sehingga selalu tersedia persediaan di rumah mereka. Mereka hidup
secara sederhana dan tidak hidup berfoya-foya sehingga Tuhan selalu memebrkati
rumah emreja dan kekayaan mereka. Berbeda dengan orang bebal atau bodoh mereka
menghabiskan apa yang mereka punyai dengan keinginan-keinginan mata mereka dan
mereka tidak mempunyai persediaan dirumah mereka (konteks sekarang tabungan).
Mereka menghabiskan kekayaan mereka dengan mengenaskan hingga tidak ada sisa.
Mereka mengahbiskan kekayaan mereka secara boros.[5]
Namun
kalau kita kaya jangan mengira bahwa kita seorang yang bijaksana dan kalau kita
seorang yang miskin koreksi diri sendiri mungkin kita sudah melakukan beberapa
tindakan yang bodoh dan menghabiskan apa yang kita miliki secara boros.
Jadi
dalam ayat ini orang yang boros digolongkan sebagai orang yang bodoh. Oleh
sebab itu berhikmatlah dalam menggunakan kekayaan yang kita miliki dan tidak
memboroskannya begitu saja.
BAB III
PENUTUP
RELEVANSI
Dalam
pelayanan ketika kita menghadapi kesulitan dalam keuangan dan kita tidak dapat
memenuhi kebutuhan kita karena tidak mempunyai apa-apa sebagai hamba Tuhan
janganlah kita menggunakan segala cara untuk memenuhi kebutuhan kita dengan
cara yang tidak benar. Tetapi marilah kita memperoleh atau mencari kekayaan
dengan cara yang benar bukan hasil korupsi atau mencuri milik orang lain. Dan
ketika Tuhan memberkati kita dengan berlimpah marilah kita gunakan kekayaan
kita untuk kemuliaan nama Tuhan, membantu orang yang berkekurangan, membantu
jemaat yang membutuhkan, dan biarlah kita juga menajdi orang yang berhikmat
dalam menggunakan apa yang kita miliki dan tidak memboroskan dan berfoya-foya
atas apa yang kita miliki melainkan menggunakan harta kita untuk kemajuan
pelayanan Tuhan di dunia ini.
DAFTAR PUSTAKA
1983,
Alden, Robert L., Proverbs a Commentary on an Ancient Book
of Timeless Advice, USA: Library of Congress Catalog Card
2008,
Alden, Robert L., Tafsiran
Praktis Kitab Amsal, Malang: Literatus SAAT
1984,
Harlow, R.E., Proverbs: The Kings Wisdom, Canada:Everyday
Publications INC.
2000,
Rimba,, Retnawaty, Intisari
Alkitab Perjanjian Lama, Jakarta: Persekutuan Pembaca Alkitab,
1992,
Boeker, T.G.R., Bahasa
Ibrani, Batu: Literatur YPPII
Program
Files Bibleworks7
[1]
Retnawaty Rimba, Intisari Alkitab
Perjanjian Lama, Jakarta: Persekutuan Pembaca Alkitab, 2000), 143
[2]
R.E. Harlow, Proverbs: The Kings Wisdom, (Canada:Everyday
Publications INC., 1984), 16
[3]
Robert L. Alden, Proverbs a Commentary on an Ancient Book of
Timeless Advice, (USA: Library of Congress Catalog Card, 1983), 38
[4]
Robert L. Alden, Tafsiran Praktis Kitab
Amsal, (Malang: Literatus SAAT, 2008), 124
[5]
Program Files, Bibleworks7
0 komentar:
Posting Komentar