BAB I
PENDAHULUAN
Manusia
dalam menjalani hidupnya pastilah mengalami sebuah pertumbuhan. Jarang atau
bahkan tidak pernah sama sekali kita temui seorang yang baru lahir langsung
menjadi dewasa atau menjadi orang tua, pastinya menjalani pertumbuhan terlebih
dahulu. Seorang anak yang baru lahir dengan perjalanan waktu ia bertumbuh
menjadi semakin besar dan menjadi seorang remaja kemudian menjadi dewasa dan
menjadi orang tua kemudian lansia dan meninggal. Itu merupakan perjalanan
kehidupan manusia dalam roda kehidupan di dunia.
Dalam
perjalanan kehidupan manusia, pertumbuhan dipengaruhi oleh pergaulan manusia
tersebut. Pergaulan yang sehat membuat pertumbuhan yang baik pada manusia,
sehingga ketika berbicara tentang pergaulan akan sangat menarik perhatian
manusia, karena langsung berhubungan dengan kehidupan manusia secara nyata
bukan hayalan belaka. Kelompok melihat defenisi dari pergaulan adalah perihal
bergaul; ber·ga·ul v hidup berteman (bersahabat). Jadi, pergaulan adalah cara
hidup dalam berteman.
Demikian
juga halnya kelompok sangat tertarik dalam membahas topik ini. Bagaimana
manusia pada zaman sekarang ini bebas dalam bergaul hingga melampaui
batas-batas yang ada, sekx bebas yang dilakukan oleh semua orang tanpa kenal
umur dan batas yang ada, ataupun penggunaan narkoba secara bebas, dll. Disetiap
berita TV ataupun Surat Kabar, tidak kurang banyak yang mengatakan akibat
pergaulan bebas banyak anak yang belum cukup umur hamil diluar nikah. Berikut
ini kelompok membahas apa kata Alkitab secara khusus kitab Amsal tentang pergaulan,
yaitu tulisan raja Salomo dalam Amsal 5:1-10.
Amsal
pasal 5-7 merupakan peringatan yang panjang lebar terhadap perzinahan. Amsal
5:1-9 merupakan nasehat raja Salomo kepada anak-anak untuk menjaga
pergaulanannya terutama atas perempuan jalang. Agar anak-anak tidak tertarik
pada bibir perempuan jalang. Nasehat Salomo ini akan dibahas lebih lanjut lagi
dalam bagian berikutnya. Ada tiga kemungkinan mengapa pengarang memberikan
peringatan yang tegas terhadap perzinahan: Pertama, kehidupan seksual yang
tidak benar sudah terjadi dalam kehidupan bangsa Israel kuno; kedua, akibat
dosa zinah yang rusak menyebabkan pengarang harus membahas soal ini dengan
sungguh-sungguh; ketiga, mungkin pengarang sendiri pernah dikuasai oleh dosa
ini, sehingga ia memberikan nasehat dari pengalamannya sendiri.[1]
BAB II
ANALISA EKSEGETIS TEKS
Outline Teks
Ay
1-2 Seruan Penulis
Ay 3-6 Ciri-Ciri Orang Yang Tidak Bergaul Sehat
Ay
7-9 Ajakan Untuk Menjauhi Pergaulan Yang
Tidak Sehat
Eksegetis Teks
Ay 1-2 Seruan Penulis
Hai anakku perhatikanlah hikmatku
arahkanlah
telingamu kepada kepandaian
yang kuajarkan
supaya
engkau berpegang kebijaksanaan
bibirmu
memelihara pengetahuan.
Pasal 5 dimulai seperti pada pasal
4:20 (bdk. 2:2), dimana seorang ayah memberitahukan anaknya agar memperhatikan
nasehatnya. Longman mengatakan bahwa pasal 5 ini si ayah tanpa malu-malu
membombardir putranya dengan peringatan ini.[2] Harapan
orang bijak dari anak-anak didikannya ialah berpegang pada pertimbangan. Karena
dengan demikian bibir mereka akan tahu mengatakan yang bermakna karena mereka
telah menyimpan dan merenungkan pengajaran itu di dalam hatinya.
Frase “Hai anakku”, ada berbagai macam
pandangan atas makna dari pada frase ini. Ada yang mengatakan anak disini
merujuk kepada ‘anak-anak didikan sang penulis’[3]
dan ada juga yang berpandangan bahwa ‘anak ini adalah putra penulis dan rupanya
sang putra sudah menikah’.[4] Kelompok
menyimpulkan bahwa ini ditujukan kepada seorang anak laki-laki.
Ay 1-2 merupakan nasehat seorang
ayah kepada anak, dan hal itu berarti sesuatu yang harus ditaati tanpa ada
alasan lain untuk tidak taat. Terdapat kata perintah yang dimuat pada ayat ini,
yaitu perhatikanlah dan arahkanlah. Perhatikan
dalam bahasa Ibrani menggunakan kata קָשַׁב qashab {kaw-shab'}
to hear, be attentive, (Hiphil) to pay attention, give attention berarti untuk dengar, penuh perhatian, (hiphil) untuk
memperhatikan atau memberi perhatian. Dan kata arahkanlah dalam bahasa Ibrani נָטָה natah {naw-taw'} to turn, incline, influence, bend down,
hold out, extend, thrust aside, thrust away artinya menundukkan, mempengaruhi, membungkukkan. Kedua
kata tersebut ditulis dalam bentuk hiphil imperative yang berarti kata kerja dalam bentuk perintah yang memberi sebab akibat. Dalam
bahasa Indonesia ayat ini lebih jelas dikatakan:
“Anakku, dengarkanlah aku! Perhatikanlah
kebijaksanaanku dan pengertian yang kuajarkan kepadamu, supaya engkau tahu
bagaimana engkau harus membawa diri dan berbicara sebagai orang yang
berpengetahuan”.
Jadi,
ayat 1-2 merupakan sebuah perintah yang memberi sebab akibat sehingga ketika
seorang anak memberi perhatian dan mendengar dengan baik nasehat sang ayah maka
akan tahu bagaimana membawa diri serta berbicara sebagai orang yang
berpengetahuan. Dalam sebuah komentari yang ditulis oleh Walvoord menegaskan
bahwa ayat 1-2 ini merupakan suatu desakan kepada putranya untuk mendengar dan
memperhatikan nasehat yang diberikan oleh ayahnya. Dan itu akan membantu sang
anak untuk menimbang sesuatu dalam pergaulannya dan membantu anak untuk
bijaksana dalam mengabaikan kata-kata perempuan yang akan membawa kehancuran
bagi dia.[5]
Ay 3-6 Ciri-Ciri Orang Yang Tidak Bergaul
Sehat
Perempuan jalang bibir menititikkan tetesan madu
Langit-langit
mulutnya lebih licin dari
minyak
Kemudian pahit seperti empedu
Tajam
seperti pedang bermata dua
Kakinya
menuju maut dan menuju dunia
orang mati
Perempuan jalang dalam bahasa
Indonesia sehari-hari menggunakan kata perempuan nakal. Dalam bahasa Ibrani
זוּר zuwr yaitu strange woman, prostitute, harlot yaitu perempuan asing, lonte, pelacur. Jadi, jelas bahwa perempuan
jalang disini merupakan perempuan yang tidak baik yang juga memberi dampak yang
tidak baik bagi orang disekitarnya.
Salomo
melukiskan bagaimana pelacur yang dapat membawa seseorang kepada kehancuran
pergaulan yang pada akhirnya akan memberikan keremajaan kepada orang-orang ini.
Secara gamblang dan sederhana Salomo menjelaskan tentang sifat seorang pelacur.
Wanita yang melacurkan diri memulai
pembicaraan dengan ciuman di bibir yang rasanya seperti tetesan madu dan
mulutnya licin seperti minyak.[6]
Pada pasal 7 dijelaskan bahwa pelacur memulai kontak dengan sebuah pelukan dan
ciuman (7:13). Dan bukan hanya itu rayuan dalam kata-kata yang ia keluarkan
sangat manis karena memang seorang pelacur sangat pintar berbicara dengan semua
rayuan gombal yang keluar dari mulutnya yang manis seperti madu demi
mendapatkan korban (laki-laki incarannya), biasanya adalah laki-laki yang kaya
raya, yang dapat membayar dengan mahal atau memberi sesuatu yang berharga.
Namun, itu hanyalah awal dari taktik atau trik awal saja. Ketika korban masuk
dalam rayuan sang pelacur maka itu semua akan menjadi pahit seperti empedu dan
tajam seperti pedang bermata dua yang menusuk dalam dua sisi sekaligus. Mulut
perempuan jalang/ pelacur yang awalnya manis ternyata adalah sebuah senjata
yang menyakitkan dan mematikan dan menuju maut, hingga pada akhirnya ia akan
mendapat apa yang ia mau yaitu kekayaan dan kehormatan sang korban.
Her deceptive, seductive words are persuasive, sweet like honey, the sweetest substance in
ancient Israel, and smoother than (cf.
6:24; 7:21) olive oil, the
smoothest substance in ancient Israel. But
what seems attractive at first becomes bitter and sharp
later. Involvement in adultery is like tasting gall, the bitterest substance known (from a plant), or like being
cut by a double-edged sword. The
adulteress leads men to death
(cf. 2:18; 7:27; 9:18). Her sin makes her unaware that her ways are crooked (lit., “staggering or unstable”).[7]
Ayat
5-6 ini merupakan akhir dari perempuan jalang/ pelacur. Langkahnya menuju maut
dan dunia orang mati. Jalan kehidupan tidak ada padanya karena ia sesat tanpa
ia tahu. Perempuan jalang pada akhirnya menuju kepada kehancuran atas
perbuatannya sendiri. Akhir hidup perempuan jalang adalah kesengsaraan dan
maut.
Ay
7-9 Ajakan Untuk Menjauhi Pergaulan Yang
Tidak Sehat
Pada bagian ini merupakan sebuah ajakan
agar menjauhi pergaulan yang tidak sehat. Semuanya itu jika dilakukan maka
dengan demikian kita tidak menyerahkan keremajaan kita kepadanya. Ini merupakan kesimpulan dari bagian ini
yaitu menjauhkan diri dari pintu rumahnya (7-8), supaya jangan kehilangan harta
yang berharga dan dibutuhkan dalam hidup (9-10). Sebuah komentary mengatakan
bahwa pada bagian ini kembali Salomo mendorong putranya untuk mendengar dan
mengikuti atau menganut dengan setia apa yang telah ia katakan tidak belok
ajarannya.[8]
Nasehat ini juga
ditegaskan dengan sebuah tujuan atau harapan dari penulis yaitu sang ayah pada
putranya (ay. 9), yaitu supaya jangan menyerahkan keremajaanmu kepada orang
lain, dan tahun umur-umurmu kepada orang kejam. Keremajaan dalam BIS
kehormatanmu, dalam bahasa Ibrani הוֹד howd artinya splendour, majesty, vigour yang
artinya kemuliaan. Kata ini hanya dipakai sebagai pujian kepada Tuhan. Kata ini
hanya digunakan sekali dalam kitab Amsal. Disebut terhormat karena itu akan
memberi laki-laki suatu posisi yang terhormat antar manusia.
If the reading honor be retained, this
word must be interpreted similarly, as equivalent to years, that is, the
labor of years, wealth, called honor because it gives a man an
honorable position among men.[9]
Terpengaruh oleh pelacur atau memasuki
rumahnya berarti kehilangan empat hal yang sangat berharga: kehormatan, gairah
hidup, kekayaan, kesehatan. Karena itu yang akan diambil oleh perempuan jalang.
Tahun-tahun yang paling baik dalam hidup yaitu masa muda akan hilang lenyap tak
berarti karena diserahkan kepada “orang kejam”.[10]
Siapakah “orang kejam” itu? Frase ini sejajar dengan “orang-orang lain” dan
juga “orang asing”. Orang kejam dalam Ibrani אַכְזָרִי 'akzariy
yang artinya kejam merupakan kata sifat. Jadi, seseorang yang mempunyai sifat
kejam. Dalam BIS menggunakan kata “yang tidak berbelas kasihan”. Dan Pareira
menjelaskan mengenai orang kejam ini merupakan suami yang sakit hati dan cemburu karena merasa dikhianati. Dia
mungkin akan membalas dendam secara kejam.[11]
Cara terbaik untuk
menghindari diri dari pelukannya yang penuh rayuan ialah jangan berada dalam
kota dimana ia tinggal. Karena kalau kita hendak melepaskan diri dari dosa
sementara kita tetap berdiam diri pada dosa itu. Kemudian minta Tuhan lepaskan
dari pencobaan, itu sikap yang sombong dan juga bodoh. Kalau seseorang terus
membaca bacaan porno maka ia akan jatuh dalam dosa seksual. Dengan demikian
diajarkan betapa pria masa kini harus berjaga-jaga terhadap seks yang
disalahgunakan melalui iklan dan di tempat-tempat hiburan.[12]
BAB III
KESIMPULAN
Relevansi
Pergaulan
sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Pembahasan diatas ditujukan kepada
laki-laki karena memang yang mudah jatuh kepada godaan adalah laki-laki. Namun,
juga tidak menutup kemungkinan bagi perempuan untuk jatuh kepada godaan yang
sama. Atau bahkan perempuan menjadi pelaku (pelacur).
Kita
ditempat ini sebagai hamba Tuhan tidak menutup kemungkinan untuk jatuh kepada
dosa ini. Kita yang mempunyai latarbelakang freesex dan kita bertobat masuk
ketempat ini. Namun, ketika tiba ditempat ini masih saja kedapatan tidak lepas
dari latarbelakang tersebut seperti bloger situs porno. Jadi, nasehat ini juga
penting bagi kitaa Agar dapat menolong kita untuk dapat bergaul dengan sehat.
Janganlah kita menjadi orang bodoh dan sombong yang selalu diam dalam dosa tersebut
yang pada akhirnya akan merebut kehormatan kita.
Terlebih
lagi kita seorang hamba Tuhan yang membawa orang kepada kebenaran kekal. Apakah
masih pantas untuk jatuh kedalam dosa pergaulan yang bebas. Bagaimana kita
dapat untuk membawa orang lain kepada kebenaran tersebut. Dalam pelayanan luar
kita akan menemukan banyak orang yang salah bergaul yang bahkan mempunyai
profesi sebagai pelacur baik laki-laki maupun perempuan. Hendaklah kita dapat membantu mereka untuk jangan jatuh terlalu
dalam.
Dan
tidak menutup kemungkinan juga bahwa masih banyak anak-anak muda yang belum
jatuh kepada godaan tersebut dan tidak tutup kemungkinan untuk jatuh. Inilah
yang merupakan tugas kita untuk menolong mereka agar mereka tidak jatuh kepada
dosa tersebut. Hendaklah kita tidak membiarkan mereka semua generasi muda zaman
ini kehilangan kehormatannya dengan kebenaran yang kita sampaikan.
Inilah
tugas kita sebagai hamba Tuhan, mari selamatkan mereka dari pergaulan yang
tidak sehat.
DAFTAR PUSTAKA
Anton
Berthold Pareira O. Carm,
2006 Jalan Ke Hidup Yang Bijak, Malang, Dioma
C Toy,. H,
1899 A Critical And Exegetical
Commentary On The Book Of Proverbs. New York: C. Scribner's Sons.
J
Walvoord,. F., Zuck, R. B., & Dallas Theological Seminary,
1983-C1985 The Bible Knowledge Commentary : An Exposition Of The
Scriptures Wheaton, Victor Books
Longman
Tremper III,
2007 Hikmat Dan Hidup Sukses, Jakarta, Persekutuan Pembaca Alkitab
L
Robert Alden,
2002 Tafsiran Praktis Kitab Amsal, Malang, SAAT
[1] Robert L Alden, Tafsiran Praktis
Kitab Amsal (Malang: Saat, 2002), 61
[2] Tremper Longman III, Hikmat Dan
Hidup Sukses (Jakarta: Persekutuan Pembaca Alkitab, 2007), 172
[3] Berthold Anton Pareira O. Carm, Jalan
Ke Hidup Yang Bijak, (Malang: Dioma. 2006), 150.
[4]Robert L Alden, Tafsiran Praktis
Kitab Amsal, ... 61
[5] Walvoord, J. F., Zuck, R. B., & Dallas Theological Seminary.
(1983-C1985). The Bible Knowledge Commentary : An Exposition Of The
Scriptures (1:914). Wheaton, IL: Victor Books. Lit. Literal, Literally
[6]Robert L Alden, Tafsiran Praktis
Kitab Amsal, ... 62
7
Walvoord, J. F., Zuck, R. B.,
& Dallas Theological Seminary. (1983-C1985). The Bible Knowledge
Commentary : An Exposition Of The Scriptures (1:914). Wheaton, IL: Victor
Books. Lit.
Literal, Literally
[8] Walvoord, J. F., Zuck, R. B., & Dallas Theological Seminary.
(1983-C1985). The Bible Knowledge Commentary : An Exposition Of The
Scriptures (1:914). Wheaton, IL: Victor Books. Lit. Literal, Literally
[9] Toy, C. H. (1899). A Critical
And Exegetical Commentary On The Book Of Proverbs. Series Title Also At
Head Of T.-P. (101). New York: C. Scribner's Sons.
[10] Berthold Anton Pareira O. Carm, Jalan
Ke Hidup Yang Bijak, .... 151
[11]Berthold Anton Pareira O. Carm, Jalan
Ke Hidup Yang Bijak, ... 151
[12] Robert L Alden, Tafsiran Praktis
Kitab Amsal, ... 63
0 komentar:
Posting Komentar