BAB I
PENDAHULUAN
Kitab Roma merupakan kitab yang penuh dengan doktrin dan
di dalam kitab ini disusun sedemikian rupa karena Paulus sama sekali tidak
pernah ke Roma, sehingga Paulus hanya bisa memikirkan apa yang menjadi
pergumulan oleh jemaat di Roma, terutama mengenai masalah antara orang Yahudi
dan Yunani. Paulus membuat surat ini dengan penuh kehati-hatian dan penuh
dengan ajaran yang mendasar bagi kekristenan. Menggambarkan bahwa sepertinya
Paulus tahu akan nantinya segala pertanyaan jemaat Roma dan melalui surat ini
Paulus menjawabnya.
Dalam Roma 1:16-17 ini
Paulus mengungkapkan bahwa melalui Injillah setiap orang yang percaya kepada
Kristus akan beroleh keselamatan karena Injil adalah kekuatan Allah yang
menyelamatkan. Di dalam Injil itu nyata kebenaran Allah sehingga setiap orang
yang mendengarnya dapat mengenal Allah dan percaya kepada-Nya.
Paulus ingin mengungkapkan
bahwa orang yang diselamatkan bukan hanya orang Yahudi namun juga orang diluar
Yahudi, yang terpelajar maupun yang tidak terpelajar namun yang selamat ialah
orang yang percaya kepada Tuhan Yesus. Melalui surat ini juga memberikan
pengharapan kepada orang diluar Yahudi bahwa keselamatan itu juga tersedia bagi
mereka yang percaya walaupun janji keselamatan itu pertama-tam diberikan kepada
orang Yahudi yang kemudian melalui mereka Injil dinyatakan bagi semua bangsa.
BAB II
LATAR BELAKANG
Pada bagian ini kami akan
membahas latar belakang dari surat Roma yang mencakup antara lain lalu mengenai
analisa sejarah dan analisa konteks
Analisa
Sejarah
Analisa sejarah mancakup bagian latar belakang kota Roma,
alamat Kitab Roma, penulis kitab Roma, tempat penulisan kitab Roma, Waktu
penulisan, maksud dan tujuan penulis kitab Roma
Latar Belakang
Kota Roma
Dalam sejarahnya lahirnya kota Roma diliputi oleh
legenda. Sebuah legenda menyatakan bahwa Aeneas, pejuang dari Troya, telah
mendirikan Roma setelah kejatuhan Troya pada tahun 1100 sM. Sebuah legenda lain
menyatakan bahwa dua orang keturunannya, Romulus dan Remus, mendirikan Roma pada
tahun 753 sM. Hal ini terjadi pada masa pemerintahan Azarya (Uzia) di Yehuda
dan Zakharia serta Salum di Israel.[1]
Kekristenan di Roma tidak jelas bagaimana terbentuk,
karena ketika Paulus mengirimkan surat Roma ini kekristenan sudah ada. Mungkin
jemaat itu didirikan oleh orang-orang yang bertobat pada hari Pentakosta, yang
kembali ke rumah mereka di Roma dengan luapan kegembiraan karena iman mereka
yang baru. Namun ada kaitannya dengan Paulus yang berjumpa dengan Akwila dan
Priskila di Korintus. Karena setelah itu Paulus mengirim Surat ini. Kemungkinan
besar jemaat disana terdiri dari orang Yahudi dan non-Yahudi[2]
Alamat Kitab
Roma
Surat ini dialamatkan
kepada jemaat di Roma, “Kamu sekalian yang tinggal di Roma, yang dikasihi Allah
yang dipanggil dan dijadikan orang-orang kudus” (1:7)[3]
Penulis Kitab
Roma
Paulus adalah penulis
Surat Roma, hal itu tidak perlu diragukan. Banyak ahli bahasa menilai surat itu
sebagai karya sastra yang terbaik dari semua surat kiriman Paulus. (1:1) Isi
Surat Roma adalah khas Paulus, sejak abad ke-2 keaslian surat itu tidak dapat
diragukan lagi. [4]
Tempat
Penulisan Kitab Roma
Dalam perjalan misi yang
ketiga, Paulus mengunjungi Korintus, ia menulis surat kepada jemaat di Roma.[5]
Waktu
Penulisan
Surat Roma ini ditulis
antara tahun 55-59, tetapi yang ditekankan itu tahun 57.[6]
Maksud dan
Tujuan Penulis
Paulus telah mendengar beberapa kesulitan praktis yang
dialami orang Kristen Roma, jadi dalam suratnya pada bagian etika (terutama ps.
14) ia berusaha memperbaiki penekanan yang salah itu. Dalam Rom 16:17-19
disinggung tentang guru palsu yang harus dihindari, tapi ini tak dapat dianggap
tujuan utama Rm, kendati hal itu muncul kemudian sebagai renungan. Dan adalah
jelas, bahwa tujuan menentang ajaran palsu tidak mendominasi Roma.[7]
Maksud dan tujuan surat Roma dijelaskan pada ps. 15:22-25
dimana paulus memberitahukan mereka bahwa ia ingin mengunjungi mereka di Roma.
Ps 15:24 menceritakan suatu maksud yang lain yaitu Paulus mengharapkan
pertolongan mereka karena ia akan melayani di Spanyol dan ia berharap mereka
memperlancar perjalanannya.[8]
Analisa
Konteks
Konteks
menurut KBBI adalah bagian suatu uraian atau kalimat yang dapat mendukung atau
menambah kejelasan makna; situasi yang
ada hubungannya dengan suatu kejadian. Dan menurut Kaiser kata konteks berasal dari dua kata bahasa
Latin yang berbunyi Con, yang berarti bersama-sama/menjadi satu,
dan textus yang berarti tersusun.[9] Jadi kata konteks di sini dipakai untuk
menunjukkan hubungan yang menyatukan bagian Alkitab yang ingin ditafsir dengan
sebagian atau seluruh Alkitab. Sehingga
dalam bagian ini kami akan menjelaskan konteks menyeluruh di surat Roma yang
menurut Tenney[10]:
1. Kata Pembuka 1:1
-17
a. Salam Pembuka 1:1-7
Penulis 1:1-5
Pembaca Yang Dituju 1:6:7a
Salam 1:7b
Alasan 1:8-15
Tema 1:16-17
2. Kebutuhan Akan Pembenaran 1:18
– 3:20
a. Kefasikan Bangsa-Bangsa Lain 1:18-32
b. Kebinasaan Bagi Yang Menghakimi 2:1-16
c. Dilema Bangsa Yahudi 2:17
– 3:8
d. Hukuman Bagi Semua Orang 3:9-20
3. Perwujudan Pembenaran Ilahi 3:21
- 8:39
a. Jalan Menuju Pembenaran : Iman 3:21-31
b. Dasar Pembenaran : Janji 4:1-25
c. Hasil Pembenaran 5:1-21
d. Beberapa Aspek Pembenaran Praktis 6:1
– 7:25
e. Akibat Pembenaran : Hidup Oleh Roh Kudus 8:1-39
4. Hubungan Antara Pembenran Dan Bangsa Yahudi 9:1
– 11:36
a. Pilihan Atas Israel 9:1-33
b. Keselamatan Israel 10:1-21
c. Kegagalan Israel 11:1-36
5. Penerapan Pembenaran Pada Kehidupan Gereja 12:1
– 15:13
a. Himbauan Untuk Menguduskan Diri 12:1-2
b. Pemanfaatan Karunia 12:3-8
c. Hubungan Pribadi 12:9-21
d. Hubungan Politik 13:1-7
e. Hubungan Masyarakat 13:8-14
f. Hubungan Persaudaraan 14:1
- 15:13
6. Kesimpulan 15:14
– 33
a. Rencana Pribadi 15:14-29
b. Permintaan Untuk Berdoa 15:30-33
7. Kata-Kata Tambahan 16:1-27
a. Salam 16:1-24
b. Berkat 16:25-27
Dan Roma 1:16-17 terdapat pada bagian Kata Pembuka
(1:1-17) yang memiliki sub tema Tema (1:16-17).
Konteks Dekat
Pasal 1:16-17 ini merupakan tema daripada kitab Roma ini,
dimana dalam pasal ini diutarakan mengenai penyataan kebenaran Tuhan kepada
manusia karena sebelumnya memang Allah telah menjanjikan Injil atau kebenaran
itu melalui para nabi-nabi di dalam kitab-kitab suci (1:2). Kebenaran atau
injil yang disampaikan itu mengenai Anak Allah yang diperanakkan dari keturunan
Daud dan kemudian mati namun bangkit dari antara orang mati, sehingga melalui
Anak Allah ini menuntun semua bangsa untuk percaya dan menjadi kepunyaan-Nya
(1:3-6). Hasrat Paulus untuk memberitakan injil di Roma karena injil itu bukan
hanya kepada orang Yahudi namun juga orang diluar Yahudi yaitu Yunani sehingga
ia merasa berhutang (1:13-15). Dan juga ia tahu bahwa tidak ada perbedaan
dimata Allah mengenai bangsa Yahudi dan luar Yahudi, dimana Allah pasti
menghukum orang yang berbuat dosa dan menyatakan kasih karunia-Nya bagi yang
setia dan taat pada-Nya, Allah tidak memandang bulu (1:18-29).
Konteks Jauh
Injil dalam kesusastraan klasik kata ini mengacu kepada
pahala yg diberikan untuk berita-berita yg baik. Juga menunjuk kepada apa yg
dikabarkan, mula-mula kemenangan, kemudian berita kesukaan lain. Bahwa kata ini
terdapat lebih 75 kali dalam PB, jelas menekankan adanya suatu pengertian
Kristen. Injil adalah kabar baik bahwa Allah di dalam Yesus Kristus telah
memenuhi janji-janji-Nya kepada Israel, dan bahwa suatu jalan keselamatan telah
dibuka bagi semua orang. Injil janganlah dipertentangkan dengan PL, seolah-olah
Allah telah mengubah cara-Nya dalam menghadapi manusia, melainkan adalah
pemenuhan dari janji PL (Mat 11:2-5).
Yesus sendiri melihat dalam nubuat-nubuat nabi Yesaya gambaran dari
pekerjaan-Nya (Luk 4:16-21).
Allah memulai pemberitaan mengenai kabar baik dalam
Kejadian 3:15 yang kita kenal sebagai proto
evanggelium, lalu dilanjutkan janji melalui Abraham. Hal
ini juga menjelaskan tentang pembenahan penyelamatan, disini terlihat inisiatif
Allah sendiri kepada umat pilihan-Nya. Abram menjadi dasar terang keturunan
dari penyelenggaran penyelamatan yang dilakukan Allah dalam konteks perjanjian
lama. Dimana Allah memanggil Abram, dan memerintahkan Abram (Kej 12:1), dari kehidupan Abram janji
pembenahan tentang penebusan tidak berakhir dengan diteguhkan janji itu kepada
keturunan Abraham. Janji kejayaan kerajaan yang tidak pernah berakhir itu
ditekankan kepada keturunaan Yehuda sebagai penerima janji sebelum Israel atau
Yakub mati. Yakub memberkati Yehuda (Kej. 49:8) dimana Yehuda sebagai garis keturnan sang Mesias,
lalu Daud sebagai gambaran sang Mesias sehingga dikatakan bahwa Yesus merupakan
keturunan anak Daud (Mat.1:1).
Markus memberi definisi ‘Injil Allah’ dalam Mr 1:14
(naskah Bizantin menambahkan (‘Injil kerajaan’) dengan ‘Waktunya telah genap,
dan Kerajaan Allah sudah dekat’. Percaya berarti memperoleh keselamatan, tapi
menolak atau tidak percaya akan dihukum
(Mrk 16:15,16). Injil yg sama ini diberitakan oleh para komunikator
pertama Kristen, tapi berita yg sama itu menjadi lebih jelas oleh kematian dan
kebangkitan Yesus, Sang Kristus. Injil datang bersama Kristus (atau, lebih
tepat, peristiwa kedatangan Kristus adalah Injil), tapi telah diberitakan
terlebih dahulu dalam janji-janji berkat Allah kepada Abraham (Gal 3:8) dan telah dijanjikan dalam kitab
para nabi (Rom 1:2).
Injil dihadirkan bukan hanya dengan kekuatan (1Tes 1:5) tapi Injil itu sendiri adalah
kekuatan Allah (Rom 1:16). Injil
menyatakan kebenaran Allah dan memimpin kepada keselamatan semua orang yg
percaya (Rom 1:16,17). Rasul Paulus
memandang Injil sebagai sesuatu dari Allah yg mulia, yg telah dipercayakan
kepadanya (1Tim 1:11). Dengan demikian
terkandung keharusan yg ilahi untuk memberitakannya (1Kor 9:16), dan ia mohon didoakan supaya
dapat melakukan tugasnya memberitakan Injil itu dengan keberanian (Ef 6:19), meskipun ia harus mengalami
perlawanan (1Tes 2:2) dan
penderitaan (2Tim 1:8). Injil adalah
‘firman kebenaran’ (Ef 1:13), tapi
tertutup bagi orang-orang yg tidak percaya
(2Kor 4:3,4) yg menghendaki tanda ajaib atau supernatural atau
pembuktian rasional (1Kor 1:21-23).
Sebagaimana dampak teologis dari Injil diterima oleh Paulus melalui penyataan
Yesus Kristus (Gal 1:11,12), demikian
juga oleh jawaban iman Injil hadir dengan kuasa yg menyelamatkan (Ibr 4:2).[11]
Struktur
Teks
Penyelidikan
tujuan suatu kitab adalah struktur (garis besar) suatu kitab.[12]
Tujuan bisa diumpamakan sebagai puncak dari suatu gunung, sedangkan struktur
(garis besar) adalah jalan yang menuju ke situ.[13] Sehingga saya memaparkan beberapa struktur teks menurut
para teolog:
Menurut Yakub Tri Handoko[14],
ayat 16-17 tidak bisa lepas dari dari ayat 14-15 sehingga menurutnya pembagian
strukturnya seperti ini,
a.
Injil adalah hutang
kepada semua orang (ayat14).
b.
Injil adalah
kekuatan Allah yang menyelamatkan (ayat 16)
c.
Injil adalah
penyataan Allah melalui iman (ayat 17)
Dan saya menyetujui struktur teks ini.
BAB III
URAIAN
EKSEGETIS
Dalam
bagian ini saya akan menguraikan Roma 1:16-17, yang dimulai dengan bagian Injil
adalah hutang kepada semua orang (ayat14), Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan
(ayat 16) dan Injil adalah penyataan Allah melalui iman (ayat 17).
Injil
Adalah Hutang Kepada Semua Orang
1:14 Aku berhutang baik kepada orang Yunani, maupun
kepada orang bukan Yunani, baik kepada orang terpelajar, maupun kepada orang
tidak terpelajar.
Sebagai rasul untuk bangsa-bangsa non-Yahudi, ia
menganggap dirinya berhutang kepada mereka
yang belum mendengarkan Injil. Kata berhutang dalambahasa aslinya ὀφειλέτης dengan kasus nominatif maskulin tunggal dengan arti orang yang berhutang, berkewajiban.
Sehingga memiliki makna bahwa Paulus memang berkewajiban dan berhutang terhadap
orang Roma disana. “berhutang” merupakan kata yang memiliki makna kuat. Kata
ini juga dipakai di Roma 8:12 dan Galatia 5:3 (wajib = berhutang) untuk
menyiratkan suatu keharusan (band. 1Kor 9:16b).[15]
“Aku berhutang” Paulus menggunakan istilah ini beberapa kali di kitab Roma
yaitu Paulus berhutang untuk memberitakan Injil pada semua orang non Yahudi, Paulus
tidak berhutang pada “kedagingan” (8:12), Gereja non Yahudi berkewajiban untuk
membantu gereja induk di Yerusalem (15:27). “Kepada orang Yunani” Hal ini menunjuk pada orang-orang beradab dan
berbudaya di sekitar Laut Tengah. Aleksander Agung dan para pengikutnya telah
me-Yunani-kan dunia yang diketahui pada waktu itu. Orang-orang Romawi telah
mengambil alih dan menyerap budaya Yunani. “kepada orang bukan Yunani (Barbar)”
Istilah onomatopoeia ini berarti kelompok orang yang tak berpendidikan dan tak
berbudaya, biasanya dari arah utara. Ini juga dipakai untuk menyebut
orang-orang yang tidak berbicara bahasa Yunani. Cara berbicara mereka
kedengaran seperti suara “bar bar bar” di telinga orang Yunani dan Romawi.
“kepada orang terpelajar, maupun kepada orang tidak terpelajar”. Hal ini barangkali
paralel dalam bahasa Yunani dengan orang Bar-bar, walau tidak selalu
demikian. Ini mungkin juga suatu cara lain untuk menyatakan semua
kelompok orang dan individu.[16]
Jadi, Paulus merasa bertanggung jawab atas pemberitaan injil bagi mereka semua.
Injil
Adalah Kekuatan Allah Yang Menyelamatkan
Ayat 16, Sebab
aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan
Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi,
tetapi juga orang Yunani.
Ayat ini dimulai dengan kata sebab, yang menunjukkan
adanya hubungan dengan ayat sebelumnya dimana sebelumnya Paulus mengungkapkan
hasratnya ingin datang dan memberitakan injil kepada jemaat di Roma, yaitu
orang Yahudi maupun orang Yunani. Ia sangat berkeinginan mengunjungi Roma dan
memberitakan injil disana karena ia sangat yakin terhadap injil yang ia
beritakan. Kata keyakinan dalam ayat ini jika diterjemahkan dari bahasa aslinya
Οὐ γὰρ ἐπαισχύνομαι
dimana kata ἐπαισχύνομαι dari kata dasar ἐπαισχύνομαι yang berarti malu dengan kasus present
indikatif medium orang pertama tunggal sehingga memiliki arti saya tidak malu
atau menjadi malu (juga orang yang mendengar tidak akan malu). Sehingga
memiliki makna Paulus sama sekali tidak merasa malu terhadap injil yang ia
sampaikan, ia begitu yakin akan kebenaran injil itu, karena pada masa itu
banyak sekali ajaran yang meragukan kebenaran injil dengan mengatakan injil
hanyalah mitos, injil hanya sebuah cerita yang dibuat, injil adalah khayalan
sehingga melalui pernyataan Paulus ini menegaskan bahwa injil yang ia sampaikan
adalah benar. Dikatakan benar karena injil itu berasal dari Allah yang
menceritakan tentang Anak Allah yaitu Yesus Kristus dan segala pekerjaan
penyelamatan-Nya terhadap umat manusia. Seperti yang ia sampaikan pada awal
surat roma ini (1:1-4).[17]
Lalu pada masa itu orang Yahudi merasa malu karena berita injil itu menyatakan
tentang Mesias yang menderita dan orang Yunani malu karena memberitakan tentang
kebangkitan tubuh, dimana semua itu bertentangan dengan konsep pemikiran
mereka.[18]
Sehingga Paulus menegaskan bahwa ia tidak malu akan hal itu karena injil itu
benar.
Injil yang sampaikan merupakan kekuatan Allah yang
berasal dari kata δύναμις , kata ini memiliki makna kekuatan yang berasal dari
Allah, sumber dari kekuatan itu yaitu Allah. Tidak ada partisipasi sedikitpun
dari manusia dalam kekuatan ini. Hanya kekuatan Allah sajalah sehingga manusia
dapat selamat. Sehingga kita dapat mengartikan kekuatan Allah ini dengan dua
cara yaitu Injil adalah berita mengenai perbuatan Allah yang kuat dan Injil
mengandung kekuatan ilahi sehingga pasti membawa hasil.
Kekuatan dari Allah itu menyelamatkan setiap orang yang
percaya kepada-Nya. Kata percaya dari bahasa aslinya menggunakan kata πιστεύοντι
dengan kata dasar πιστεύω yang berarti percaya, yakin
dengan kasus present aktif partisip datif maskulin tunggal sehingga memiliki
makna percaya yang sedang dan secara terus-menerus dan kepercayaan itu bersifat
pribadi tidak rombongan. Jadi Allah akan menyelamatkan orang yang benar dan
sungguh-sungguh dan setia percaya kepada-Nya. Allah tidak meminta manusia untuk
berbuat baik agar selamat, namun hanya dengan percaya saja kepada Kristus. Iman
kepada Kristuslah yang menyelamatkan orang berdosa.[19]
Mengapa dikatakan cukup percaya? karena disana banyak berkembang konsep
keselamatan harus dengan berbuat baik sehingga nanti Allah akan membalas atau
menimbang kebaikan dan kesalahan. Siapa yang didapati paling banyak berbuat
baik, ia akan selamat. Seperti para kaum Yahudi yang beranggapan dengan
melakukan hukum taurat mereka akan selamat sehingga Paulus menekankan bahwa
haruslah beriman atau percaya kepada Yesus dahulu barulah setelah itu melakukan
perbuatan yang baik sebagai tanggung jawab orang kristen atau orang yang telah
diselamatkan.
Lalu kata pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang
Yunani memiliki makna bahwa keselamatan itu disediaka bagi semua orang yang mau
percaya kepada-Nya. Tidak terkecuali baik Yahudi maupun Yunani. Memang pada
zaman Perjanjian Lama, Yahudilah yang dipilih Allah sebagai penerima janji
keselamatan tersebut dan itu berlaku sampai sekarang. Namun dalam
perkembangannya kesematan dari Allah itu tidak hanya secara ekslusif pada
bangsa Yahudi namun juga orang di luar Yahudi yang percaya kepada-Nya.[20]
Jika Yahudi pun tidak percaya kepada Allah maka sama saja tidak selamat. Karena
keselamatan dari Allah itu hanya diberikan pada yang percaya kepada-Nya baik
itu orang Yahudi dan orang luar Yahudi.
Injil
Adalah Penyataan Allah Melalui Iman
Ayat 17, Sebab
di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada
iman, seperti ada tertulis: "Orang benar akan hidup oleh iman."
Ayat ini dimulai dengan kata sebab, yang menunjukkan
adanya hubungan dengan ayat sebelumnya dan kata ini berkaitan dengan injil yang
diberitakan oleh Paulus. Dan kata ini disambung dengan kata di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang
berarti dalam injil itu ada kebenaran yang dari Allah saja dan itu nyata tidak
semu. Kata kebenaran disini dalam bahasa aslinya δικαιοσύνη, dimana kata ini memiliki makna kebenaran yang berasal
dari Allah, Allah yang membuat dan manusia harus mengikutinya jika ingin
berkenan di hadapan Allah. Kata ini berasal dari kata dike. Dike itu arti
aslinya ialah “kaidah”, jadi adat-kebiasaan yang meliputi hukum alam atau hukum
yang berlaku dalam persekutuan masyarakat. Bagi orang Yunani, dikaos ialah dia yang kelakuannya sesuai
dengan adat atau hukum itu, yang taat pada hukum. Dikaiosune merupakan kata bendanya, ketaatan pada adat/hukum,
termasuk keadilan seorang hakim. Kata kerja dikaioun
berarti menganggap sesuai dengan adat/hukum atau menghukum secara adil.[21]
Kebenaran Allah adalah atribut ilahi atau kualitas.
'Kebenaran' menggambarkan karakternya, bersama dengan tindakannya yang sesuai
dengan karakternya. Karena ia adalah 'Hakim dari seluruh bumi', maka bisa
dipastikan bahwa ia akan dirinya selalu 'melakukan yang benar.[22] Allah
itu benar dan Ia kebenaran itu sendiri. Ia membuat hukum dan barangsiapa yang
melanggarnya akan dihukum sehingga Ia layak untuk menghukum orang yang berdosa.
Namun ada pertanyaan, apakah Allah juga benar jika Ia meluputkan orang-orang
tertentu dari murka-Nya tersebut? Iya jawabannya. Kebenaran ini Ia nyatakan
dalam injil mengenai Yesus yang menanggung semua beban dosa kita. Sehingga
kebenaran Allah itu tidak rusak karena Anak-Nya yang harus dikorbankan demi
umat yang dikasihi-Nya.[23] Ia
ingin agar hukum atau kebenaran-Nya itu juga ada pada manusia sehingga Ia menyatakannya
dalam injil.
Kemudian ada kata yang bertolak dari iman dan kepada iman yang jika dalam bahasa aslinya ἀποκαλύπτεται
ἐκ πίστεως εἰς πίστιν, dimana kata ἀποκαλύπτεται berasal dari kata ἀποκαλύπτω yang
berarti menyatakan, menyingkapkan dan mengungkapkan, yang dengan kasus present Indikatif pasif orang ketiga tunggal sehingga kata ini memiki
makna dia sedang dan terus menerus disingkapkan, dimana kata ini menunjuk pada injil atau kebenaran Allah itu. Sehingga terjemahan
keseluruhan ialah injil yang sedang dan terus menerus dinyatakan dari iman
kepada iman. Kalimat ini bermakna kebenaran Allah itu sedang dan terus menerus
dinyatakan melalui pemberitaan injil tetapi juga kehidupan dan pengalaman orang
beriman di seluruh dunia[24]
dan iman itu berasal dari Allah saja dan manusia harus menanggapi iman itu yang
kemudian iman itu menghasilkan kehidupan yang kudus.[25]
Itulah makna dari iman kepada iman.
Lalu kata orang
benar akan hidup oleh iman, ini merupakan kutipan Paulus dari kitab Habakuk
2:4 yang bertuliskan “Sesungguhnya, orang
yang membusungkan dada, tidak lurus hatinya, tetapi orang yang benar itu akan
hidup oleh percayanya”. Sehingga ini menjadi bukti bahwa keselamatan itu
atau kehidupan itu hanya bisa diperoleh dengan percaya kepada Allah saja,
dimana sejak zaman Perjanjian Lama dinyatakan.[26]
Dan "iman" di sini mencakup tindakan awal menerima Injil dan
kelanjutan proses menuju keselamatan = semua orang yang terus percaya (16) =
orang benar dari(Nya) iman akan hidup (17). Singkatnya, Paulus mungkin
bermaksud kutipan Habakuk harus dipahami dengan kekayaan makna yang dapat
merangkul dalamnya pemahaman yang lebih lengkap dari Injil untuk Paulus
berdiri, dalam kontinuitas dengan wahyu ke Israel. Dia yang dipertahankan di
dalam atau telah dibawa ke dalam hubungan dengan Allah yang membawa tentang
keselamatan, oleh jangkauan kesetiaan Allah kepada iman sendiri, akan mengalami
kepenuhan hidup yang Tuhan ditujukan untuk umat manusia karena dia tinggal di
ketergantungan iman pada kesetiaan Allah.[27]
BAB IV
Implikasi
Saya mengimplikasikan pasal 1:16-17
ini dengan kehidupan kita secara umum. Injil haruslah dipahami sedemikian rupa
agar tidak disalah mengerti, karena ketika kita mengerti injil yang
sesungguhnya seperti Paulus, pastilah kita akan sangat berhasrat untuk
memberitakan bagi orang-orang lain yang belum pernah mendengar injil bahkan
kepada orang-orang yang notabene sudah kristen namun belum paham seutuhnya yang
menganggap bahwa keselamatan itu didapat dengan perbuatan baik. Dan melalui
pengertian itu juga kita mengerti bahwa kekuatan Allah saja lah yang
menyelamatkan sehingga tak perlu ragu akan kuasa-Nya. Dan perlu diketahui bahwa
keselamatan itu tersedia bagi semua orang hanya apakah kita mau menerima Tuhan
Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat secara pribadi sehingga kebenaran Allah itu
menyelamatkan kita dan kita akan hidup di dalam-Nya baik waktu sekarang maupun
nanti dalam kehidupan yang selanjutnya yaitu kekekalan bersama Kristus.
BAB V
Penutup
Paulus benar-benar memiliki
hasrat yang besar untuk memberitakan injil karena ia tahu bahwa injil itu
adalah benar dan merupakan kebenaran Allah yang mutlak, kebenaran satu-satunya.
Sehingga ia sangat terbeban untuk menyampaikan kepada orang Yahudi sebagai umat
pilihan pada awalnya dan juga kepada orang diluar Yahudi sehingga orang-orang
dapat paham bahwa keselamatan itu tersedia bagi seluruh umat yang mau mengenal
dan percaya kepada-Nya. Paulus tahu bahwa kebenaran itulah yang akan
menyelamatkan sehingga ia tak perlu ragu dalam memberitakan injil itu karena
dalam keselamatan itu kekuatan Allah sajalah yang akan bekerja agar manusia itu
mau menerima atau percaya kepada-Nya karena iman itu hanya berasal dari Allah,
namun Allah juga menginginkan manusia agar meresponi iman yang diberikan itu
dengan hidup dalam kekudusan. Sehingga benarlah pernyataan ini “orang benar
akan hidup oleh iman”. Ya, hidup kekal bersama Kristus dengan iman kepada-Nya
saja.
[9] Walter C. Kaiser,
Jr., Toward An Exegetical Theology,
(Grand Rapids: Baker Book House, 1981), 71
[11] J.D.
Douglas, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini
Jilid I, (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2007),
[12] Hasan
Sutanto menyamakan istilah struktur dengan garis besar; Lihat Hasan Sutanto,
Hermeneutik: Prinsip dan Metode Penafsiran Alkitab, 198-199
[16] Bob Utley, Surat Paulus Kepada Jemaat di Roma,
(Marshall, Texas: Bible Lesson International, 2010), 24
[22] John Stott, The Message of Romans: God’s Good News For
The World, (Leceister, England: InterVarsity Press, 2001), 65
[27] J.D.G. Dunn,
Word Biblical Commentary: Romans 1-8, Vol. 38A, (Dallas: Word,
Incorporated, 2002), 36
Jadi, kalau semua(sekelompok) orang percaya Yesus, namun ada sebagian hanya percaya dengan tidak memperhatikan perbuatan baik dan sebagian lagi percaya sambil menghendaki perbuatan baik. Apakah kelompok ini sama dalam kebenaran?
BalasHapus#maaf jika pertanyaan kurang berkualitas.