Menemukan
kehendak Allah
Sinclair B. Ferguson
Setelah saya membaca buku menemukan kehendak Allah
karya Sinclair F. Ferguson saya merasa diberkati dan ada sesuatu hal yang baru
yaitu berupa pemahaman tentang kekristenan dan Kristus. Pada bab pertama ini
berbicara mengenai Rencana Ultimat Allah. Dalam bab ini berbicara tentang
rencana Allah pada manusia, Allah sudah menetapkan tujuan kepada setiap
masing-masing kita. Ketika saya membaca buku ini, saya teringat akan bukunya
Rick Warren yang berjudul Purpose Driven Life (Kehidupan yang digerakkan oleh
tujuan) yang juga berbicara tentang rencana Allah bahwa setiap manusia sudah
memiliki tujuannya masing-masing. Tujuan orang percaya ialah mempermuliakan
Allah. Dalam bab ini juga berbicara tentang tujuan manusia khususnya orang
Kristen yaitu mempermuliakan Allah dan dibahas dengan lebih singkat, padat dan
jelas dan adanya pemahaman baru yang saya mengerti tentang rencana ultimat
Allah ini.
Dalam mempermuliakan Allah pastinya kita ingin
mengetahui bagaimana caranya mempermuliakan Allah. Sebagai orang percaya pastinya
dalam mempermuliakan Allah bertumpu pada Alkitab. Dan dalam mempermuliakan
Allah kita akan menemui banyak tantangan seperti dianggap lain dari dunia ini.
Karena memang orang Kristen berbeda dari dunia ini. Orang Kristen berbeda
karena sudah memiliki tujuan yang jelas, perspektifnya melihat ke depan, cara
hidupnya tidak ditentukan oleh zaman ini. Orang Kristen bukan manusia duniawi,
ia adalah orang asing.
Agar kita mampu mempermuliakan Allah kita haruslah
hidup serupa seperti Yesus. Berarti hidup kita haruslah hidup dalam kebenaran
dan kekudusan. Mengapa begitu? Karena kita telah menerima Yesus sebagai
juruselamat dan mengikuti Dia sebagai Tuhan dan teladan kita. Tuhanlah yang
memberi amanat agar kita meneladani Ia karena Ia sudah memberi teladan kepada
kita. Melalui teladan Yesus ini kita dapat mencerminkan kemuliaan Allah. Namun
dibalik meneladani Yesus, tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Ada
banyak hal yang harus dilewati yaitu memikul salib Kristus. Karena jalan menuju
kemuliaan ialah kesengsaraan, keserupaan dalam Kristus juga berarti
keserupaan-Nya dalam salib-Nya. Oleh karena itu Kristus disalibkan karena dunia
maka kita pun disalibkan bagi dunia. Inilah salah satu pemahaman baru yang saya
dapat yaitu mempermuliakan Allah melalui penderitaan Kristus, sebelumnya saya
hanya berpikir bahwa mempermuliakan Allah hanya dengan berdoa, bernyanyi,
bersaksi dan hal-hal yang baik dan menyenangkan. Namun saya mengabaikan sesuatu
yang namanya penderitaan ini.
Dalam bab selanjutnya ini, penulis memaparkan
tentang prinsip-prinsip bimbingan Allah. Pada awal membaca buku ini saya
tertarik dengan statement yang diajukan pada awal bab ini, yaitu bahwa untuk
mengajarkan kehendak Allah bisa juga melalui buku ini daripada mendengarkan
serangkaian eksposisi Alkitab yang akan memakan waktu yang lama dan mungkin
kurang sistematis. Lalu dengan pertanyaan apakah Alkitab merupakan satu-satunya
pedoman untuk mengarahkan kita untuk memuliakan Allah? Sepertinya yang saya
katakan di atas, pastinya jawaban iya. Mengapa harus Alkitab, bukankah Allah
memiliki banyak cara?
Kita memang tahu bahwa Allah berbicara dalam
berbagai cara. Dan pada puncaknya, ia sekarang berbicara melalui perantaraan
Anak-Nya. Akibatnya, seperti yang dicatat secara panjang lebar dalam kitab
Ibrani kita tidak hidup lagi pada zaman dimana Tuhan menyatakan kehendak-Nya
dengan berbagai cara. Sekarang, Ia dengan sempurna menyingkapkan kehendak-Nya
bagi kita di dalam Yesus Kristus dan kita akan menemukan bimbingan-Nya
terpancar dari halaman demi halaman satu-satunya yang meberi kesaksian tentang
Kristus yaitu Alkitab.
Alkitab menyediakan pengetahuan untuk mengenal Allah
melalui 3 cara yaitu
1.
Allah memberikan
perintah dan larangan-Nya kepada kita.
2.
Ada beberapa
prinsip yang diuraikan dalam Alkitab. Prinsip bahwa Tuhan Yesus harus menjadi
Tuhan atas segala sesuatu atau Ia sama sekali bukan Tuhan.
3.
Terdapat pula
sejumlah ilustrasi; berbagai catatan tentang prinsip-prinsip umum relasi Tuhan
dengan umat-Nya.
Dalam Firman Allah ada beberapa kriteria atau
prinsip dalam bimbingan Allah, yaitu pertama, bimbingan Allah menuntut
kesabaran kita. Allah ingin kita mengerti bimbinganNya secara progresif tidak
asal jadi. Karena sesuatu yang cepat jadi biasanya lebih cepat rapuh daripada
yang memiliki proses yang panjang sehingga menghasilkan hal yang kokoh. Kedua,
kita perlu melihat bagian yang seharusnya dimainkan oleh pikiran kita dalam
upaya memahami kehendak Allah. Dalam memahami bimbingan Allah tidak melulu
harus dengan kepekaan perasaan namun juga butuh pemahaman. Oleh karena itu
Allah memberikan kita hikmat agar kita mengerti mana kehendak Allah. Ketiga,
penemuan dan penggenapan kehendak Allah melibatkan kehendak kita. Dalam hal ini
terlibatlah apakah kita mau terlibat dalam kehendak Allah ini. Jika kita
mengeraskan hati maka akan terjadi kesulitan dalam memahami kehendak Allah ini.
Setelah
itu dalam bab selanjutnya, dibahas mengenai hati. Ada apa dengan hati? Hati
adalah titik temu antata penyataan kehendak Allah dan ketaatan saya terhadap
kehendak-Nya bagi hidup saya. Itulah sebabnya dalam Firman Tuhan kita
dinasehati agar menjaga hati kita.
Bagaimana
kita menjaga hati kita? Yaitu dengan merenungkan Firman Tuhan, memotivasi hati
dan melihat kondisi hati. Jika kata merenungkan Firman Tuhan pastinya sebagai
orang percaya kita sudah terbiasa dengan hal itu. Namun hal yang baru bagi saya
yaitu yang pertama memotivasi hati. Bagaimana motivasi hati itu? Ada 2 hal yang
khusu yang perlu disebutkan yang sebenarnya ada banyak tertulis dalam Alkitab.
Pertama, singkatnya hidup. Hidup ini hanya satu kali tidak ada pengulangan.
Karena Cuma sekali hidup ini, singkat dan tidak ada pengulangan perlulah kita
melakukan yang terbaik dan menjaga hati kita. Kedua, penghakiman Allah kita
selalu diawasi oleh Allah dan tidak akan luput dari penghakiman-Nya. Sehingga
setiap perbuatan kita akan dihakimi, namun dihakimi dalam kemurahan-Nya.
Sehingga kita haruslah berbuat yang terbaik bagi Allah dan menjaga hati.
Lalu
melihat kondisi di dalam hati. Kadang kita sebagai orang percaya kurang memperhatikan kondisi hati kita. Kadang
terjadi ketidakseimbangan antara motivasi melayani Dia dan kondisi hati kita.
Untuk itu kita harus memiliki rasa takut akan Tuhan dan kerendahan hati. Rasa
takut merupakan wujud pengenalan kita akan Allah yang benar sehingga membuat
kita rendah hati. Takut akan Allah terkait dengan bimbingan dan ketaatan kita.
Saat kita takut akan Tuhan maka kita akan menjauhkan diri kita dari yang jahat
dan akan melakukan hal yang baik. Lalu adanya ketaatan dan percaya (bersandar).
Kita percaya dan taat bukan sekedar itu saja namun ketika kita tidak mengerti
rencana Tuhan kita tetap taat dan percaya bahwa Tuhan akan menuntun kita kepada
hal yang benar. Yaitu kehendak Allah yang sempurna.
Jadi,
sikap hati menentukan kualitas hidup kita. Hati yang sakit akan memberi
pengaruh melemahkan kepada setiap aspek pengalaman kita. Oleh sebab itu
perlulah kita melatih hati kita dengan pemikiran yang saleh, iman, ketaatan,
kerendahan hati dan takut akan Tuhan.
Untuk
mengenal Allah yang paling utama yaitu dari Alkitab. Dari Alkitab kita bisa
mengenal kehendak Allah. Melalui itu gaya hidup kita sebagai orang percaya bisa
terbentuk.
Hidup
dalam kehendak Allah berarti berjalan dalam kasih, terang dan hikmat yang
daripada Allah. Seseorang mampu menemukan kehendak Allah dalam hidupnya ketika
ia taat pada Firman Allah yang merupakan kehendak Allah yang dinyatakan.
Salah
satu gaya hidup orang percaya yang seturut kehendak Allah yaitu melalui kasih.
Berjalan dalam kasih itu berarti meneladani kasih Kristus yang di atas kayu
salib dan memberi diri bagi orang lain. Lalu kasih itu menolak untuk berjalan
di jalan yang lain yang pastinya tidak seturut Firman-Nya. Mengapa harus dalam
kasih? Karena kasih adalah kegenapan hukum taurat. Kasih tak akan melanggar
hukum. Kasih bukan semata-mata berbicara masalah perasaan namun juga melibatkan
keteapan hati.
Lalu
dalam kehendak Allah kita juga harus berjalan dalam terang. Gaya hidup orang
percaya haruslah meneladani Kristus, yang pastinya tidak akan sama dengan dunia
yang fana ini.gaya hidupnya mampu dibedakan dari dunia yang penuh dosa ini,
oleh karena terang-Nya yang menaungi kita.
Lalu
kita juga harus berjalan dalam hikmat. Maksudnya ialah kita harus berjalan
dengan saksama, teliti, berhati-hati, tidak sembrono, melibatkan hal-hal yang
mendetail. Hal-hal itu ialah kehendak Allah yang harus ditaati. Berjalan dalam
hikmat ini pastinya harus menggunakan akal budi. Ketaatan tidak pernah
merupakan tanpa pikiran. Namun bimbingan Allah itu bersifat spiritual dan
supranatural. Itulah sebabnya kita harus sejalan antara akal budi di dalam Roh.
Orang
Kristen yang berjalan di dalam kasih, terang dan hikmat akan menjadi orang
Kristen yang penuh ucapan syukur.
Di
dalam kehendak Allah juga kita harus memiliki prinsip-prinsipn yang tetap dan
teguh. Karena kadang seseorang yang sudah dimerdekakan akan merasa bebas
sehingga tidak ada yang membatasi, sehingga diperlukanlah prinsip-prinsip
perilaku agar kebebasan spiritual tidak mengesampingkan tanggung jawab moral.
Prinsip-prinsip
yang harus dimiliki adalah pertama, kebebasan itu bukanlah satu-satunya prinsip
kehidupan Kristen. Kebebasan itu ada maksudnya Allah memerdekakan kita agar
kita kudus. Tindakan kebebasan yang bertentangan dengan Firman Allah adalah
salah. Namun kebebasan yang baik ialah bebas untuk mengasihi dan menaati hukum
Allah. Kedua, segala sesuatu itu harus dipertanyakan apakah hal itu berguna
bagi relasi kita dengan Tuhan Yesus sehingga semakin kuat. Walaupun segala
sesuatu itu halal namun tidaklah semua berguna. Kita harus bertanggung jawab
kepada Kristus atas pelayanan pribadi kita. Ketiga, orang Kristen harus
senantiasa menjadi tuan atas dirinya, harus bisa mengontrol tubuhnya, tidak
sesuka hatinya. Janganlah kita diperhamba oleh kemerdekaan kita. Keempat,
segala tindakan kita harus selaras dengan kebersatuan dengan Kristus. Kelima,
haruslah bermanfaat bagi orang lain bukan hanya untuk pribadi. Keenam, haruslah
selaras dengan teladan para tokoh Alkitab. Yang pastinya semua prinsip dilakukan
hanya untuk kemuliaan nama Tuhan Yesus saja.
Panggilan
hidup merupakan salah satu keputusan terpenting bagi Kristen. Kita harus bisa
menentukan apa yang harus kita kerjakan ke depan. Karena bekerja merupakan hak
istimewa. Bekerja merupakan anugrah Allah. Namun, bekerja juga merupakan
perintah dan kewajiban. Allah memberikan pekerjaan agar kita menjadi pria dan
wanita yang utuh.
Dalam
memilih panggilan hidup atau bekerja ini ada hal yang harus dipertimbangkan
karena panggilan ini juga menyangkut masalah pengenalan kita akan kehendak
Allah, dimana motivasi dan pengertian kita haruslah benar dan sesuai dengan
Firman. Kita harus mempertimbangkan hal yang akan membantu kita mengenali
panggilan kita. Yang akan sangat membantu kita yaitu hanyalah Firman Allah,
karena di dalam situlah dinyatakan kehendak Allah bagi kita. Memang tidak akan
ditemukan secara langsung namun kita bisa memperhatikan beberapa hal yang harus
kita perhatikan. Pertama, batasilah berbagai kemungkinan yang ada. Kita harus
memilah-milah mana pekerjaan yang layak dan tidak layak bagi orang Kristen.
Kedua, kenalilah karunia kita. Karena Allah memberikan berbagai karunia kepada
kita yang pastinya harus dikenali dan harus dikembangkan. Ketiga,
pertimbangkanlah kebutuhan yang ada. Kita harus melihat kebutuhan atau hal-hal
yang menjadi prioritas kita dalam kehidupan ini. Keempat, mempertimbangkan
keinginan hati kita. Janganlah kita hanya mengikuti apa yang kita sukai namun
lihatlah aspek-aspek apa yang Allah ingini bagi kita. Karena pasti-Nya Allah
menginginkan kita untuk hidup di dalam Dia.
Allah
juga menginginkan kita untuk menikah, dalam hal ini kita juga dituntut untuk
mengenal kehendak Allah bagi pernikahan kita. Karena pernikahan ini bersifat
sangat sensitif, jika salah pilih akan sangat fatal. Sehingga kita dituntut
untuk mengerti kehendak Allah. Ada dua prinsip yang bisa dijadikan pedoman
dalam menggumulkan masalah ini. Pertama, jadilah realistis dalam pengharapan.
Pernikahan bukanlah sorga, bukanlah jawaban dari segala permasalahan. Pernikahan
hanya salah satu sarana yang Allah pakai untuk memampukan kita untuk mencicipi
betapa dalam anugrah-Nya. Lalu pernikahan itu hanya Allah-lah yang
mempersatukan, maka kita haruslah bergantung pada kehendak Allah. Kedua,
jadilah Alkitabiah dalam persiapan kita. Tidak ada buku pedoman yang secara
jelas atau memberikan pasangan hidup bagi kita. Satu-satunya buku pedoman yang
Allah tawarkan ialah Alkitab, dimana Allah menyatakan kehendak-Nya. Lalu
melalui pengalaman kita bersama Allah. Dalam hal ini, ada beberapa pertanyaan
yang bisa kita tanyakan pada diri kita dalam mempersiapkan pernikahan. untuk
apakah kita menikah? Apa yang seharusnya saya cari dalam diri pasangan saya?
Bagaimana kita dapat memenuhi peran suami istri yang berbeda,apakah karakter
pernikahan itu? Apakah tujuan tertinggi dari pernikahan itu? Semua pertanyaan
itu mampu kita jawab dalam kebenaran Allah yaitu Firman-Nya dan doa kita kepada
Allah.
Setelah
banyak hal yang kita pelajari dalam menemukan Allah, pastinya tidak akan
langsung mendapat. Kita diperlukan bersabar dan nantikanlah Tuhan. Tuhanlah
yang harus menyatakan kehendak-Nya pada kita. Kita tidak akan mengerti
kehendak-Nya jika Ia tidak menyatakan-Nya. Kita harus rela menunggu dengan
berdiam diri di hadapan-Nya. Tenanglah diri kita dekat Allah dengan menyatakan
bahwa kita kekurangan hikmat dan harus mengandalkan Allah untuk dapat
memperolehnya. Dalam menantikan Tuhan kita juga harus menantikan dengan penuh
Iman. Iman kepada janji-Nya. Jika tidak sabar maka kita akan mendapat banyak
kesulitan.
Dalam
menantikan sesuatu itu tidaklah selalu menyenangkan, akan ada ketidaknyamanan,
kesakitan, kesulitan, kecemasan. Namun semua itu akan mampu kita lewati jika
hanya bergantung pada Allah, taat dan bersabar. Kadang kesulitan-kesulitan itu
kita alami karena kita kurang sabar, tidak rela menundukkan diri atau
merendahkan diri di hadapan Allah, kurang mengimani kebaikan Allah dan terlalu
mudah dipengaruhi oleh dunia yang fana ini. Bergantung pada Allah itulah jalan
melewati kesulitan karena Allah sangat merindukan untuk memberkati umat-Nya, Ia
sudah menetapkan tujuan bagi kita ciptaan-Nya. Sehingga benarlah kita harus
benar-benar berserah pada kehendak-Nya saja.
Berserah
penuh pada Allah tentunya kita memohon kepada Dia agar Ia memimpin kita,
layaknya seorang domba yang membutuhkan gembala. Mengapa kita butuh pimpinan
Allah? Karena kita tidaklah mampu untuk hidup tanpa Allah. Allahlah yang menyediakan kebutuhan umat-Nya, Allah menyegarkan umat-Nya, Allah menuntun umat-Nya, Allah menjaga
umat-Nya, Allah memberkati umat-Nya dengan limpah, Allah memelihara umat-Nya
sampai pada kesudahan. Hanya Allahlah yang mampu melakukan semua ini kepada
kita, karena manusia tidak akan mampu menyediakan kebutuhan pribadinya tanpa
Allah yang mencukupkan, manusia kadang masuk dalam kondisi kejenuhan rohani dan
hanya Allah yang mampu menyegarkan, dalam hidup ini jika Allah tidak memberikan
tujuan hidup kepada manusia akan sia-sialah hidup ini. Hanya Tuhanlah pemimpin
sejati dan kita harus benar-benar berserah penuh padanya.
0 komentar:
Posting Komentar