God in the Wasteland
By David F. Wells.
Setelah saya membaca buku Allah
diladang terbengkalai karya David Wells namun hanya pada bagian bab 6 dan 7,
saya merasa ada banyak pemahaman yang baru terutama mengenai Allah. Kadang kita
terjebak pada pemikiran bahwa Allah hanya bisa dilihat pada satu sisi. Kadang
kita terlalu menekankan Kasih Allah dan mengabaikan kekudusan-Nya. Semuanya itu
berakibat pada pola pemikiran kita tentang Allah sehingga kita mengurangi
signifikansi Allah. Terutama karena kekuatan modernisasi yang sangat luar
biasa. Kekuatan itu mampu membuat kita hancur jika pemahaman kita tentang Allah
tidak baik. Karena memang modernitas itu sangatlah menggoda. Kekuatan ini tidak
bisa hanya dilawan dengan kekuatan kita sendiri. Hanya dengan akal budi yang
dikuasai kebenaran Firman Tuhanlah. Sekuat-kuatnya modernitas, Allah masih
lebih kuat dan anugrah Allah itu cukup bagi kita untuk melawannya.
Modernitas ini membuat pengenalan
manusia kepada Allah jadi miring. Banyak yang meragukan Firman Tuhan, Allah
seolah-olah dibuat diluar sehingga tidak terlihat. Karena banyaknya orang yang
hanya sekadar percaya kepada Allah bukan percaya sungguh kepada Allah yang
Alkitabiah. Kita haruslah berpusat pada Allah yang berarti juga berpusat kepada
Allah atau berpusat pada Kristus berarti berpusat pada Allah juga. Karena ada
yang membedakan-bedakan secara ekstrem.lalu Allah dianggap hanya sebagai pemuas
pribadi, kekudusan Allah dianggap ringan, Firman-Nya dianggap tidak relevan
lagi terhadap dunia ini. Itu semua karena manusia yang malas mencari kebenaran
dan jika mencari pun tidak berdasarkan kehendak Allah dan berdasarkan
pengalaman saja sehingga mendapat banyak pengertian yang salah, juga karena
manusia yang berdosa sejak awalnya.
Untuk bisa mengerti secara kompleks
bagaimana itu karakter Allah walaupun tidak akan bisa dimengerti dengan
sempurna oleh manusia, kita haruslah mendapat informasi itu dari sumbernya
yaitu Ia sendiri. Ia menyatakannya di dalam Firman-Nya. Di dalam buku ini
dijelaskan dengan baik bagaimana agar orang mengerti kekudusan Allah itu agar
tidak dianggap ringan. Allah memang kudus karena pada permulaan Alkitab kita
melihat Allah yang tidak mau dinodai dengan dosa manusia yang pertama sehingga
Ia menghukum. Kekudusan Allah itu hanya berasal dari Dia sendiri, dalam
kekudusannya tidak ada toleransi terhadap dosa apapun, murni, tidak dapat
dijangkau oleh manusia. Sungguh sebenarnya kekudusan Allah itu tidak boleh
dianggap ringan hanya karena Allah itu kasih. Kasih itu adalah ekspresi dari
kekudusan karena kasih itu suatu kebajikan dan kebenaran. Seperti dalam
pengorbanan Yesus dikayu Salib menunjukkan ekspresi kekudusan Allah terhadap
dosa manusia sehingga Ia menangguhkan hukuman dosa itu kepada Anak-Nya yang
tunggal.
Semua hal yang kita lihat bahwa karya
Kristus di atas kayu salib dan kemuliaan pribadi-Nya adalah satu-satunya
kriteria yang kita miliki untuk membaca apa yang sedang Allah lakukan dalam
dunia hari ini. Segala sesuatu yang tidak timbul dari kematian Kristus yang
menyelamatkan seperti yang dinyatakan dalam Alkitab, yang tidak meninggikan
kemuliaan Kristus sebagaimana dapat dipahami dari pengajaran Rasul, yang tidak
ada meterai anugrah-Nya sebagaimana terlihat dalam ketaatan kepada firman-Nya,
kasih-Nya kepada injil-Nya, komitmen terhadap gereja-Nya dan pelayanan kepada
orang-orang lain tidak dapat dengan benar dinyatakan sebagai pekerjaan Allah.
Sehingga perlunya pemulihan pandangan yang benar tentang Allah dalam dunia ini,
karena orang sudah lupa bahwa kebesaran Allah dan kecukupan Allah bisa
dijangkau dengan iman dan bukannya penglihatan. Sehingga gereja juga perlu
menyadari panggilannya kembali yaitu memberitakan atau mendeklarasikan berita
tentang salib., tentang dosa-dosa dan penghakiman yang akan datang. Karena
memang Allah merupakan tujuan, pusat dan asal dari segala sesuatu. Ia adalah
Sang Arsitek. Biarlah kita jangan terjebak dalam pengetahuan dunia ini yang
mengabaikan Allah, sehingga kita sebagai seorang Kristen menyadari dengan
segera apa yang menjadi tujuan dan dasar dari panggilan dan tugas kita.
0 komentar:
Posting Komentar