Senin, 24 Juni 2013

God in the Wasteland



God in the Wasteland
By David F. Wells.

            Setelah saya membaca buku Allah diladang terbengkalai karya David Wells namun hanya pada bagian bab 6 dan 7, saya merasa ada banyak pemahaman yang baru terutama mengenai Allah. Kadang kita terjebak pada pemikiran bahwa Allah hanya bisa dilihat pada satu sisi. Kadang kita terlalu menekankan Kasih Allah dan mengabaikan kekudusan-Nya. Semuanya itu berakibat pada pola pemikiran kita tentang Allah sehingga kita mengurangi signifikansi Allah. Terutama karena kekuatan modernisasi yang sangat luar biasa. Kekuatan itu mampu membuat kita hancur jika pemahaman kita tentang Allah tidak baik. Karena memang modernitas itu sangatlah menggoda. Kekuatan ini tidak bisa hanya dilawan dengan kekuatan kita sendiri. Hanya dengan akal budi yang dikuasai kebenaran Firman Tuhanlah. Sekuat-kuatnya modernitas, Allah masih lebih kuat dan anugrah Allah itu cukup bagi kita untuk melawannya.
            Modernitas ini membuat pengenalan manusia kepada Allah jadi miring. Banyak yang meragukan Firman Tuhan, Allah seolah-olah dibuat diluar sehingga tidak terlihat. Karena banyaknya orang yang hanya sekadar percaya kepada Allah bukan percaya sungguh kepada Allah yang Alkitabiah. Kita haruslah berpusat pada Allah yang berarti juga berpusat kepada Allah atau berpusat pada Kristus berarti berpusat pada Allah juga. Karena ada yang membedakan-bedakan secara ekstrem.lalu Allah dianggap hanya sebagai pemuas pribadi, kekudusan Allah dianggap ringan, Firman-Nya dianggap tidak relevan lagi terhadap dunia ini. Itu semua karena manusia yang malas mencari kebenaran dan jika mencari pun tidak berdasarkan kehendak Allah dan berdasarkan pengalaman saja sehingga mendapat banyak pengertian yang salah, juga karena manusia yang berdosa sejak awalnya.
            Untuk bisa mengerti secara kompleks bagaimana itu karakter Allah walaupun tidak akan bisa dimengerti dengan sempurna oleh manusia, kita haruslah mendapat informasi itu dari sumbernya yaitu Ia sendiri. Ia menyatakannya di dalam Firman-Nya. Di dalam buku ini dijelaskan dengan baik bagaimana agar orang mengerti kekudusan Allah itu agar tidak dianggap ringan. Allah memang kudus karena pada permulaan Alkitab kita melihat Allah yang tidak mau dinodai dengan dosa manusia yang pertama sehingga Ia menghukum. Kekudusan Allah itu hanya berasal dari Dia sendiri, dalam kekudusannya tidak ada toleransi terhadap dosa apapun, murni, tidak dapat dijangkau oleh manusia. Sungguh sebenarnya kekudusan Allah itu tidak boleh dianggap ringan hanya karena Allah itu kasih. Kasih itu adalah ekspresi dari kekudusan karena kasih itu suatu kebajikan dan kebenaran. Seperti dalam pengorbanan Yesus dikayu Salib menunjukkan ekspresi kekudusan Allah terhadap dosa manusia sehingga Ia menangguhkan hukuman dosa itu kepada Anak-Nya yang tunggal.
            Semua hal yang kita lihat bahwa karya Kristus di atas kayu salib dan kemuliaan pribadi-Nya adalah satu-satunya kriteria yang kita miliki untuk membaca apa yang sedang Allah lakukan dalam dunia hari ini. Segala sesuatu yang tidak timbul dari kematian Kristus yang menyelamatkan seperti yang dinyatakan dalam Alkitab, yang tidak meninggikan kemuliaan Kristus sebagaimana dapat dipahami dari pengajaran Rasul, yang tidak ada meterai anugrah-Nya sebagaimana terlihat dalam ketaatan kepada firman-Nya, kasih-Nya kepada injil-Nya, komitmen terhadap gereja-Nya dan pelayanan kepada orang-orang lain tidak dapat dengan benar dinyatakan sebagai pekerjaan Allah. Sehingga perlunya pemulihan pandangan yang benar tentang Allah dalam dunia ini, karena orang sudah lupa bahwa kebesaran Allah dan kecukupan Allah bisa dijangkau dengan iman dan bukannya penglihatan. Sehingga gereja juga perlu menyadari panggilannya kembali yaitu memberitakan atau mendeklarasikan berita tentang salib., tentang dosa-dosa dan penghakiman yang akan datang. Karena memang Allah merupakan tujuan, pusat dan asal dari segala sesuatu. Ia adalah Sang Arsitek. Biarlah kita jangan terjebak dalam pengetahuan dunia ini yang mengabaikan Allah, sehingga kita sebagai seorang Kristen menyadari dengan segera apa yang menjadi tujuan dan dasar dari panggilan dan tugas kita.

0 komentar:

Posting Komentar