BAB I
PENDAHULUAN
Jemaat
Filipi dilahirkan pada perjalanan penginjilan kedua rasul Paulus, tercatat
dalam Kis 16:12-40. Surat rasul Paulus kepada jemaat Kristen di sini selalu
dipandang sebagai hubungan sangat pribadi dan Iemah lembut, walaupun ada perubahan
yg menonjol dalam memasuki pasal 3.[1]
Surat Filipi adalah yang paling
pribadi diantara surat-surat Paulus yang tidak ditulis bagi perorangan. Dalam 4
halaman ukuran kitab Suci yan lazim terdapat tidak kurang seratus kali
penggunaan kata ganti orang pertama. Paulus tidak berbicara mengenai dirinya
sendiri untuk melagak atau membela pelayanan pribadinya seperti dalam II
Korintus. Jemaat Filipi sudah sangat setia kepadanya, maka ia merasa bahwa ia
dapat berbicara dengan bebas kepada mereka tentang penderitaan dan ambisi
rohaninya.
BAB II
Pengenalan Akan Kristus Merupakan
Tujuan Yang Sempurna
ISI
Analisa
konteks
Dalam
sejarah naskah, surat ini dikenal hanya sebagai suatu keutuhan yg lengkap; tapi
beberapa orang menentang keutuhan ini, terutama berdasarkan perubahan yg
mendadak dalam nada, gaya dan isi pada permulaan pasal 3.[2]
Dalam
pasal ini dari ay.1-11 dibagilah 3 bagian dari fungsi dari masing-masing dalam
keseluruhan diperlakukan bersama dengan eksegesis: (a) ay. 1-3, di mana Paulus
mengingatkan nasihat dari 2:17-18, mempersiapkan apa yang akan datang, dan
dalam bahasa yang kuat memperingatkan para pembaca bahaya serius akan kaum
Yahudi. (b) Dalam ay. 4-6 Paulus, dengan mengacu pada kehidupan masa lalunya
dengan keistimewaannya dan prestasi pribadi, menunjukkan apa yang percaya dalam
cara daging (lih. ay 3). (c) Suatu perubahan radikal terjadi dalam hidupnya,
dan Paulus datang untuk melihat masa lalunya 'keuntungan' sebagai positif
berbahaya (ayat 7-11). Sekarang golnya tertinggi adalah untuk mengenal Kristus
sepenuhnya oleh memasuki hubungan yang lebih dalam dengan dia.[3]
Analisa
Teks
Ay.7
Kesaksian pribadi Paulus tentang perubahan mengejutkan dalam orientasi yang
terjadi ketika ia bertemu dengan Kristus. Setelah didirikan di ayat 4b-6
manfaat dan prestasi dari cara hidupnya yang lama.[4] Dari
ay 7 ini menegaskan bahwa dia terus menghitung semua hak istimewa masa lalunya,
atau apa pun di mana ia mungkin telah menempatkan rasa percaya dirinya, demi
nilai yang tak tertandingi karena pengenalan akan Kristus Yesus. Bahkan, ia melangkah
lebih jauh dan (dengan menggunakan kata kerja ἡγοῦμαι untuk ketiga kalinya),
menegaskan bahwa dia menganggap yang dahulu merupakan keuntungan menjadi memuakkan
(σκύβαλα).[5] Ia
menjelaskan bahwa keberhasilan sebelumnya sebagai kebangkrutan spiritual.
Penilaian ini menyebabkan deskripsi singkat tentang ajarannya tentang
pembenaran (ayat 9), pengalamannya pengudusan (ay 10), dan harapannya pemuliaan
(ayat 11).[6]
Ay.8
'pengenalan tentang Allah' juga memiliki arti panjang dan agak berbeda dalam
Perjanjian Lama dan pemikiran Yahudi, di mana ia disebut hubungan dekat dengan
Allah pada bagian dari umat-Nya (Yer 31:34; Hos 2:20) dan individu-individu di
dalamnya (1 Sam. 3:7-10). Ini adalah hubungan timbal balik kesetiaan yang diekspresikan
Allah melalui kasih karunia dan pemilihan (misalnya Kel 33:12; Yes 43:1) dan dari
sisi manusia melalui kasih kepada Allah dan ketaatan kepada
perintah-perintah-Nya (Hosea 4:1 - 2, 6:6).[7]
Namun
sang rasul melangkah lebih jauh dari apa yang ia pernah anggap sangat baik
dahulu tapi sekarang ia melihat bahwa itu sampah. Kata sampah itu tidak perlu dikecilkan
artinya, σκύβαλα yang setara seperti
"sampah" (istilah Yunani ini dapat digunakan dari berbagai macam
kotoran.) Jelaslah bahwa ia terus menghargai nilai besar dari warisan itu. Ia
melihat warisan itu sebagai hak asasi manusia atau prestasi. Yang pertama (ayat
7) hanya διὰ τὸν Χριστόν (dia ton Christon, demi Kristus), namun dalam ayat 8
itu diperluas untuk "demi nilai tak tertandingi karena pengenalan akan
Kristus Yesus Tuhanku." Pentingnya ide ini untuk teologi Paulus akan
dibahas dalam kaitannya dengan ayat 10. Salah satu yang harus dicatat di sini,
bagaimanapun, keteladanannya yang kuat dari bahasa Paulus. Lightfoot
menunjukkan ekspresi yang sama yang digunakan oleh Paulus dalam 2 Kor. 3:10 di
mana Paulus berbicara tentang kemuliaan dunia sebagai kemuliaan yang tidak ada sama
sekali dibandingkan dengan pelayanan kebenaran. Mengenal Kristus merupakan suatu
keuntungan. Paulus tidak menyesal telah meninggalkan sumber kebanggaan
sebelumnya, tidak ada yang bisa dibandingkan dengan pengetahuan atau
pengenalannya akan Tuhan.[8]
Ay. 9
Sekarang Paulus menyatakan tujuan tertinggi dalam hal partisipasi penuh dalam
Kristus dan, pada dasarnya, ia menjelaskan apa yang ia maksudkan dengan
memperoleh Kristus. Melalui kesetiaan pada Kristus, yaitu ketaatan yang teguh
kepada kehendak Bapa dan tujuan kasih penyelamatan-Nya melalui penderitaan dan
kematian, dan itu dialokasikan di atas dasar iman.[9]
Keinginan terbesar Paulus adalah 'dapat ditemukan di dalam dia' pada kesempatan
ketika setiap lutut akan bertekuk kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan. Dia ingin
'untuk bersatu sepenuhnya dengan Tuhannya', sebuah ungkapan yang mengacu pada
'partisipasi penuh dalam Kristus'. Frase ini juga bertujuan dengan orientasi
masa depan menuju hari Kristus, yang pada gilirannya juga harus 'ditemukan'
dirinya pada hari Kristus (2:12-13).[10]
Dalam
bagian ini kata kuncinya adalah kebenaran. Kebenaran Paulus yang lama adalah 'kebenaran
sendiri'. Dalam arti bahwa ia memperolehnya, itu adalah prestasi sendiri. Sikap
inilah yang bagaimana ia dahulu, sebagaimana dalam ayat 6 tunjukkan.[11]
Lalu
selanjutnya Paulus menemukan kebenaran sepenuhnya didalam Kristus karena ia
memiliki kebenaran yang datang dari Allah.[12] Kata
δικαιοσύνη selalu
sulit untuk diterjemahkan didalam surat-surat Paulus. Masalah dasar yang terbesar dalam hidup adalah untuk menemukan
persekutuan dengan Allah dan menjalin persahabatan dengan Dia. Cara untuk bersekutu
dengan-Nya adalah melalui kebenaran, melalui jenis kehidupan dan semangat dan
sikap kita yang Allah inginkan. Karena itu, kebenaran untuk Paulus memiliki
arti hubungan yang benar dengan Allah.[13] dan
akan terus memiliki sampai saat ia sempurna bersatu dengan Kristus.[14]
Karena kebenaran yang ia miliki hanya berdasarkan oleh pengenalan dan
pengetahuannya akan akan Allah. Allah memberikan kebenaran itu padanya dan ia menerima
kebenaran itu dan melepaskan atau menanggalkan segala kebenaran dan
kebanggaannya yang terdahulu yang ia anggap sebagai suatu presatasi yang luar
biasa bagi dunia (ay.6), sehingga ia memperoleh kebenaran yang sejati melalui
iman atau kepercayaan yang seutuhnya kepada Kristus dengan tidak goyah. Inilah
kebenaran yang Paulus yakini sehingga ia beroleh perubahan yang radikal dan
beroleh keuntungan yang sangat sempurna yaitu keselamatan di dalam Kristus.
Ay. 10
dalam ayat Paulus menegaskan keinginan terdalamnya setelah ia mengenal Kristus
yaitu mengalami kuasa kebangkitan-Nya dan turut dalam penderitaan-Nya. Paling
tidak ada 3 hal yang bisa menjelaskannya. (A) Ini adalah jaminan akan
pentingnya hidup ini dan dari tubuh ini di mana kita hidup. Itu dalam tubuh
yang Kristus bangkit dan inilah saat Ia menguduskan tubuh. (B) Ini adalah
jaminan kehidupan yang akan datang (Rom.8:11;. 1 Kor.15:14). Karena dia hidup,
kita akan hidup juga, kemenangan-Nya adalah kemenangan kita. (C) Ini adalah
jaminan bahwa dalam hidup dan dalam kematian dan setelah kematian kehadiran
Tuhan yang bangkit selalu bersama kita. Ini adalah bukti bahwa janjinya untuk
bersama kita selalu ke ujung dunia adalah benar.
Sedangkan
mengenai persekutuan dalam penderitaan-Nya berarti cara berhubungan konstan dan
dalam pandangannya eskatologis, pengalaman penderitaan dan kesengsaraan kepada
Kristus. Berpartisipasi dalam penderitaan zaman mesianis.[15]
Ay.11
ini merupakan harapan Paulus yang memang nyata dan real, untuk beroleh
kebangkitan dari antara orang mati. Ia mampu mengatakan demikian karena ia
melihat bahwa iatelah melewati dua fase yang luar biasa yaitu mengalami kuasa
kebangkitan dan penderitaan-Nya sehingga ia mati di dalam keserupaan dengan
Kristus. Ia akan mengalami hal itu ketika kedatangan Kristus yang kedua
kalinya. Ketika kita telah menerima tubuh kemuliaan oleh Kristus.[16]
BAB III
KESIMPULAN
Sebelum Paulus mengenal Kristus,
prestasi yang ia dapat sebelumnya ia rasa adalah yang terbaik, namun ketika
Paulus mengalami perjumpaan dengan Kristus, ia mendapatkan sesuatu hal yang
sangat berharga dan tiada bandingnya sehingga apa yang dahulu merupakan
keuntungan menjadi sampah baginya yaitu pengenalannya akan Kristus. Sehingga
itulah menjadi tujuan utamanya karena itu ia begitu agresif dalam mencapai
mahkota kehidupan (Fil.3:13-14). Ia tahu bahwa ia dapat mencapainya karena
Kristus telah memberikannya kepada-Nya melalui pengenalan-Nya akan Kristus
karena paulus tahu bahwa mengenal adalah kesempurnaan (Ef.4:13) dan kebahagiaan
tertinggi manusia (Yer.9:23-24) untuk mencapai hidup kekal (Yoh. 17:3)
DAFTAR PUSTAKA
Barclay, Wiliam,
Pemahaman
Alkitab Sehari-hari: Filipi, Jakarta: BPK Gunung Mulia
Bockmuehl, M.
1997 Black's
New Testament commentary: The Epistle to the Philippians, Peabody, MA:
Hendrickson Publishers
Douglas,
J.D.,
2007 Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid I, Jakarta: Yayasan Komunikasi
Bina Kasih
Fee, G. D.
1995 The New International Commentary on the New
Testament : Paul's Letter to the Philippians, Grand Rapids, MI:
Wm.B. Eerdmans Publishing Co
O'Brien, P. T.
1991 The
Epistle to the Philippians: A commentary on the Greek text, Grand Rapids,
MI: Eerdmans
Silva, M.
2005 Baker exegetical commentary on the New
Testament : Philippians, Grand Rapids, MI: Baker Academic
Wiersbe, W. W.
1997 Wiersbe's
expository outlines on the New Testament, Wheaton, Ill.: Victor Books
[1] J.D. Douglas, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid I, (Jakarta:
Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2007),
[2] Ibid.
[3] P. T. O'Brien, The Epistle to
the Philippians: A commentary on the Greek text, (Grand Rapids, MI: Eerdmans, 1991), 345
[4] M. Bockmuehl, Black's New
Testament commentary: The Epistle to the Philippians, (Peabody, MA:
Hendrickson Publishers, 1997), 175
[5] P. T. O'Brien, The Epistle to
the Philippians: A commentary on the Greek text..., 346
[6] M. Silva, Baker exegetical commentary on the New Testament : Philippians,
(Grand Rapids, MI: Baker Academic, 2005), 143
[7] M. Bockmuehl, Black's New
Testament commentary: The Epistle to the Philippians..., 177
[8] M. Silva, Baker exegetical commentary on the New Testament : Philippians...,
149
[9]P. T. O'Brien, The Epistle to
the Philippians: A commentary on the Greek text..., 355
[10] M. Bockmuehl, Black's New
Testament commentary: The Epistle to the Philippians..., 189
[11] M. Bockmuehl, Black's New
Testament commentary: The Epistle to the Philippians..., 191
[12] P. T. O'Brien, The Epistle to
the Philippians: A commentary on the Greek text..., 380
[13] Wiliam Barclay, Pemahaman
Alkitab Sehari-hari: Filipi (Jakarta: BPK Gunung Mulia, ),
[14] P. T. O'Brien, The Epistle to
the Philippians: A commentary on the Greek text..., 381
[15] M. Bockmuehl, Black's New
Testament commentary: The Epistle to the Philippians..., 195
[16] P. T. O'Brien, The Epistle to
the Philippians: A commentary on the Greek text..., 390
Amin
BalasHapus