BAB I
PENDAHULUAN
Pengertian eksposisi sendiri adalah
pembentangan, mengeluarkan dan memaparkan isi berdasarkan fakta yang
sebenarnya.[1]
Secara garis besar saya akan membahas esposisi dari injil sinoptik dimana dari
ketiga injil, Matius, Markus dan Lukas yang memaparkan dari sudut pandang yang
berbeda tetapi berdasarkan satu cerita yang sama.
Matius sendiri ditulis oleh Murid Yesus,
ia adalah seorang pemungut cukai dan orang Lewi (Mat 9:9-13),[2]
Injil Matius sendiri di tulis ditujukan kepada orang Yahudi, Matius ingin
mengutarakan dalam tulisanya tentang Yesus adalah Mesias anak Allah yang hidup
dan penggenapan kedatanganya, kita bisa melihat dari penulisan Matius (Mat
1:1-17).[3]
Matius sendiri ditulis pada tahun 60.
Sedangkan Injil Markus ditulis oleh
Markus, murid dari Petrus (1 Pet. 5:13) dan bertemu juga dengan Paulus (Kis
12:35; 13:5)[4]
sehingga dalam hal ini menunjukkan sumber penulisan Injil Markus melalui
Petrus.[5]
Markus sendiri menulis untuk ditujukan pada orang non-Yahudi yang berbahasa
latin (Mrk. 15:16)[6]
dan budaya Palestina (mrk.7:3-4)[7].
Sedangkan Lukas ditulis oleh Lukas seorang Tabib.[8]
Ditujukan pada Theopilus (Luk 1:1-4),[9]
untuk membuktikan kepercayaannya, sedangkan Lukas ini sendiri adalah orang
percaya bukan Yahudi (orang kafir) ditujukan kepada orang percaya bukan Yahudi.
Konteks Sebelumnya
Pada
Konteks sebelumnya Matius 18:1-5, Yesus mengajarkan tentang menjadi orang yang
terbesar dalam kerajaan Surga, hal ini menunjukkan tentang siapa penghuni surga
itu dijelaskan dalam (ayat 1), dan Yesus memberikan pemaparan dan
pengajaran-Nya tentang siapa yang layak masuk surga. Yesus memberikan
pengajaran-Nya dengan menempatkan anak kecil sebagai contoh orang-orang yang
layak menjadi penghuni surga. Contoh anak kecil ini menunjukkan kepada sifat
dan tindakan anak-anak yang tidak memiliki dendam dan sakit hati (ayat 2-3).
Sedangkan
ayat 4-5 menerangkan tentang kerendahan hati seorang anak dan ketulusan seorang
anak percaya, karena kepercayaan anak-anak atau sifat anak-anak tidak
memanipulasikan keyakinan dan keteguhan imannya sehingga orang-orang seperti
inilah yang layak menempati surga.
Konteks sesudahnya
Pada
bagian sesudahnya Yesus memberikan pengajaran tentang perumpamaan domba yang
hilang. Hal ini merujuk kepada Matius 18:11 yang mengatakan pekerjaan Anak
Manusia, Ia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang. Yesus ingin
mengajarkan dan menjelaskan bahwa satu jiwa atau satu orang tersesat sangat
penting bagi Dia, sehingga Yesus memperumpamakan pengajaran-Nya dengan seekor
domba yang tersesat (ayat 12).
Pada
bagian selanjutnya Yesus menyatakan tindakan pemilik domba, dan apa yang harus
Dia lakukan. Yesus menjelaskan bagaimana tindakan pemilik domba terhadap domba
yang hilang maka dan pasti pemilik domba akan meninggalkan domba yang lain (99
ekor) dan mencari satu (ayat 13). Perumpamaan itu menjadi sikap dan tindakan
Allah kepada manusia yang terhilang (ayat 14).
BAB
II
OUTLINE
MATIUS 18: 6-11
Ayat
6 berbicara tentang pengajaran Yesus.
Ayat
7 penjelasan Yesus tentang penyesat.
Ayat
8-9 mengantisipasi penyesat
Ayat
10 penghargaan terhadap orang lain.
Ayat
11 pekerjaan Anak Manusia
ANALISA TEKS, KONTEKS, EKSPOSISI
Ayat 6 berbicara
tentang pengajaran Yesus.
"Tetapi barangsiapa menyesatkan
salah satu dari anak-anak kecil ini yang percaya kepada-Ku, lebih baik baginya
jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia ditenggelamkan ke
dalam laut”
Perkataan
Yesus diungkapkan pada ayat 6 ini dengan awalan kata tetapi. Hal ini adalah
bentuk kata sambung dari ayat yang ke-5 yang merujuk kepada barangsiapa
menyambut anak seperti ini dalam namaKu, ia menyambut Aku. Hal ini adalah
bentuk ungkapan Yesus dimana orang yang masuk dalam kerajaan surga memiliki
sifat seperti anak-anak.
Pada
bagian ayat 6 ini Yesus ingin mempertegaskan hukuman kepada orang yang
menyesatkan anak-anak. Kata menyesatkan dalam bahasa aslinya skandali,sh| yang dari kata dasar skandali,zw dengan kata kerja Aorist aktif subjunctive orang
ke-3 tunggal. Hal ini menunjukkan penyesatan yang telah selesai dilakukan
sekali.
Objek yang disesatkan ialah anak-anak
kecil. Pertanyaannya apakah ini masih merujuk kepada anak-anak yang ada di
perikop sebelumnya? (Mat 18:1-5). Menurut terjemahan LAI, Yesus masih berbicara
tentang anak-anak kecil. Namun kebanyakan penafsir pada masa kini berpendirian
bahwa yang dimaksudkan Yesus ialah orang-orang kecil (sederhana).[10]
Sedangkan dalam terjemahan BIS menerjemahkan orang-orang yang kecil ini, lalu
dalam NKJV menerjemahkan “little ones” dan dalam bahasa aslinya yaitu μικρῶν dengan kasus Genetif maskulin
jamak dari kata μικρός. Dengan arti kecil, Anak
muda, anak
kecil, anak-anak, sederhana. Lalu Drs. J.J de Heer
memberikan 3 argumen yang mendukung bahwa terjemahan dari bahasa aslinya ialah
orang-orang kecil.
1. Dalam naskah asli Yunani disini tidak ada lagi kata “paidia”, yang
terdapat dalam ayat 2-5 dan yang berarti “anak kecil”. Di ayat 6 dipergunakan
suatu kata yunani yang lain yakni “mikroi” dan Ds.K. Riedel telah mengatakan
dalam buku tafsirannya tentang Injil
Matius bahwa dalam bahasa Indonesia “orang kecil merupakan terjemahan
yang paling tepat untuk “mikroi”
2. Di Matius 10:42 istilah “mikroi” itu sudah dipakai untuk orang dewasa
yang dianggap sebagai orang yang kecil saja.
3. Kata-kata “yang percaya kepada-Ku” tidaklah terlalu cocok dengan
anak-anak kecil, dan lebih cocok dengan orang-orang yang lebih tua dari pada
anak-anak yang kecil.
Jadi, yang dimaksudkan ialah
orang-orang sederhana di antara orang Kristen. Yesus memaksudkan orang-orang
kecil dalam arti yang paling luas yaitu orang yang miskin dan orang yang
pendidikannya dan pengetahuannya terbatas dan orang yang mempunyai status
sosial yang rendah dan tentu saja anak-anak juga.[11]
Namun dari semua itu bisa dikatakan bahwa
orang-orang kecil yang disebut itu bisa saja disamakan dengan anak-anak karena
tergolong masih lemah imannya dan tidak menutup kemungkinan jika ini juga
ditujukan bagi anak-anak kecil akrena anak-anak merupakan calon generasi yang
baru, mereka sangatlah perlu untuk diajar dengan sungguh-sungguh seperti yang
terdapat dalam Ulangan 6:6-9. Bahwa jika sejak kecil atau ketika seseorang
masih baru di dalam haruslah diajar sesuai dengan Firman agar jangan tersesat.
Lalu kata “percaya” dalam bahasa aslinya τῶν πιστευόντων dengan kasus present aktif genetif
maskulin jamak dari kata πιστεύω dengan arti
percaya, yakin, memberikan kepercayaan. Menunjukkan bahwa kepercayaan yang
dimiliki oleh orang-orang ini melekat dan telah percaya kepada Yesus dan tetap
menaruh kepercayaannya pada Yesus.
Mengapa orang-orang kecil ini yang
dijadikan contoh? Bagian Israel yang menjadi percaya tidak ikut berpergian
bersama para murid dan guru maka murid-murid menganggap sepele orang-orang
kecil atau diluar mereka yang percaya kepada Yesus.[12] Karena
kepolosan seseorang memang kadang disepelekan oleh kaum para teolog yang
sepertinya lebih baik. Padahal oleh karena kepolosan seseorang yang percaya
kepada Yesus dan taar kepada-Nya, Yesus lebih berkenan daripada seseorang yang
lebih tinggi intelektualnya. Dan juga para orang kecil yang polos dalam
kepercayaannya sering dipermainkan atau tidak memberikan hal yang benar dalam
hal pengajaran, sehingga Yesus menekankan tentang pengajaran yang membuat orang-orang
kecil itu sesat.
Hukuman
bagi si penyesat ialah batu kilangan yang diikatkan pada lehernya lalu ia
ditenggelamkan ke dalam laut. Batu kilangan di Israel ada dua macam yaitu yang
satu kilangan yang digerakkan dengan tangan dan digunakan kaum perempuan di
rumah dan yang lain ialah kilangan yang batunya besar sekali sehingga
dibutuhkan keledai untuk memutarnya.[13]
Lalu yang dimaksud dalam teks ini ialah batu kilangan yang besar dan diputar
oleh keledai, terlihat dari bahasa aslinya μύλος ὀνικὸς, yang berarti batu besar yang dikerjakan/diputar
oleh kekuatan keledai dan menurut Baker encyclopedia of the Bible yang dimaksud disini adalah batu kilangan
yang besar dimana harus memutarnya dengan kekuatan hewan. Sebuah lingkaran batu yang sangat besar, mungkin empat atau lima kaki diameter, diputarnya dengan cara ada galah dipinggir sebagai
pemutar.
Galah itu diputar
dengan satu arah, ditemukan dibeberapa bagian di timur ini sekarang. Ini mungkin yang dipakai Simson untuk menggiling di
Filistin (Hakim 16:21.[14] Jadi
batu yang diikatkan pada leher ini benar-benar berat dan tidak akan bisa
diangkat lagi apabila dijatuhkan ke dalam laut. Tidak ada harapan lagi untuk
selamat, ini adalah jenis hukuman yang memang dilaksanakan di Palestina dan di
Romawi.[15]
Bagi orang Yahudi hal ditenggelamkan ke dalam laut dengan batu adalah hal yang
mengerikan sebab mayat tidak akan muncul lagi dan tidak dapat dikuburkan.[16]
Ayat 7 penjelasan Yesus tentang penyesat
Pada ayat 7 kata celakalah dalam bahasa
aslinya Οὐαὶ dengan kasus interjection atau kata seru
yang menunjukkan rasa sakit atau ketidaksenangan yang berarti sengsaralah atau
celakalah, penyesalan yang amat. Kata ini bernada ancaman, bahwa barangsiapa
yang menghalangi orang lain dalam iman kepada Kristus akan Tuhan hukum.
Dunia
memang sudah tercemar oleh dosa dan penuh godaan. Tidak ada seorangpun yang
hidup di dunia tanpa ada godaan dosa. Dan pastinya godaan untuk menyesatkan
orang lain pastinya ada. Peringatan ini merupakan penekanan dari ayat
sebelumnya namun celakalah dan Tuhan akan menghukum yang mengerjakan penyesatan
ini atau yang menjadi batu sandungan atau membuat terjatuh iman seseorang dalam
dosa.
Ayat 8-9 mengantisipasi penyesat
Dalam
ayat ini adalah cara atau bisa dibilang perintah yang Yesus berikan agar
penyesatan itu tidak ada. Namun dalam ayat ini, kata-kata perintah ini hanya
kiasan bukan berari kita harus benar-benar memenggal, membuang, mencungkil.
Namun apa hubungannya dengan tangan, kaki dan mata? Terlihat dalam konteks
disini ialah tentang pengajaran agar jangan menyombongkan diri (gila hormat).
Tangan melambangkan ingin berkuasa, kaki melambangkan ingin berjalan di depan
dan mata melambangkan kecemburuan atau nafsu. Karena melalui itu mereka bisa
jatuh dalam dosa kesombongan (ingin terdepan).[17]
Sehingga mereka disuruh agar memenggal, membuang dan mencungkil. Pemenggalan
anggota badan merupakan unsur hukum pidana kuno. Namun Yesus menyebut hukuman
yang dalam peradilan biasa dikenakan kepada seseorang oleh orang lain,
sedangkan dalam hal ini orag harus melaksanakan sendiri dan dengan sukarela.[18]
Ada penafsiran lain tentang perintah ini yaitu dalam dunia timur untuk
keselamatan tubuh dengan amputasi anggota tubuh dengan jalan operasi kadang
merupakan jalan satu-satunya untuk mempertahankan kehidupan tubuh secara
keseluruhan.[19]
Jadi disini butuh sebuah pengorbanan untuk mematikan dosa, keinginan dosa atau
nafsu haruslah disalibkan, walaupun mungkin kita tidak akan bisa merasakan
kenikmatan duniawi namun kita akan melihat akhirnya kita merasakan sukacita
yang lebih luar biasa dalam Yesus.
Ada
kata γέενναν dengan arti Gehenna, lembah Hinnom, sebuah jurang di selatan Yerusalem, sebuah tempat yang berapi untuk
penyiksaan orang yang jahat, neraka.[20]
Katanya penyesat akan dibuang ke dalam
gehenna ini, perikop ini berbicara mengenai api neraka. Gehenna ialah lembah
Hinnon, yakni sebuah lembah yang terletak di bawah bukit Yerusalem. Sejarahnya,
Ahaz membuat api penyembahan dan mengurbankan anak-anak kecil dalam api
tersebut (2 taw 28:3). Ibadah kafir ini juga diikuti oleh manasye. Karena itu
lembah di Hinnom, Gehenna adalah arena di mana Israel mengalami kejatuhan
mengerikan ke dalam peribadahan kafir.[21] Lembah
ini dikutuk selamanya, karena orang Yahudi murtad mengurbankan anak-anak mereka
ke dalam api untuk dewa kafir Molokh. Yosia membuat tempat itu terkutuk. Pada
masa kemudian lembah itu menjadi tempat pembuangan sampah Yerusalem; semacam
tempat pembakaran yang luas. Sampah itu selalu dibakar disana dan asap serta
apinya yang membara selalu ada disekitarnya.[22]
Oleh karena itu tempat ini menjadi lambang neraka, tempat jiwa orang-orang
fasik akan disiksa dan dihancurkan. Sehingga kata ini memunculkan gambaran yang
sangat mengerikan dalam pikiran orang Israel.[23]
Ayat 10 penghargaan terhadap orang lain.
Ὁρᾶτε dari kata kerja present aktif imperatif
orang kedua jamak dari kata ὁράω yang berarti lihat, penglihatan,perhatian. Peringatan atau perintah Yesus kepada murid-murid
agar jangan menganggap rendah seorangpun dari anak-anak kecil ini atau
orang-orang kecil (sederhana). Karena Yesus ingin menekankan bahwa tiap
orang-orang ini ada yang memperhatikan. Yesus ingin mengungkapkan tentang
ajaran orang Yahudi tentang angelologi bahwa setiap bangsa memiliki malaikatnya
masing-masing, jadi, mereka percaya bahwa setiap anak atau orang memiliki
malaikat penjaganya.[24]
Lalu dalam perjanjian lama terdapat firman yang menuliskan bahwa malaikat
melindungi orang yang mengasihi Tuhan, terlihat dalam Mzm. 34:8 yang berbunyi “Malaikat TUHAN berkemah di
sekeliling orang-orang yang takut akan Dia” lalu dalam Mzm.
91:11-14.[25]
Jelas tertulis bahwa orang yang percaya kepada Tuhan akan dilindungi. Sehingga
Yesus menekankan dan memperingati murid-murid dan siapapun yang mengajarkan
orang-orang yang kecil atau orang yang percaya namun masih lemah imannya,
haruslah berhati-hati karena selain ada hukuman dan yang selalu mengawasi. Yang
mengawasi tentunya bukan hanya malaikat tetapi Bapa juga. Ini menunjukkan bahwa
Bapa sangatlah mengasihi dan mengahargai anak-anak atau orang-orang yang masih
lemah imannya.
Lalu
ada pertanyaan, mengapa Yesus memperingati mereka? Karena Yesus sangatlah
menghargai orang-orang kecil ini atau orang yang masih lemah imannya. Oleh
karena anak-anak atau orang-orang kecil ini sangat mudah untuk diajar dan
menerima segala sesuatu yang diajarkan karena kepolosan mereka. Jika pada
awalnya mereka sudah ditanamkan dasar yang salah atau konsep yang keliru, maka
mereka akan menyimpang dan bahkan bisa jadi penyesat-penyesat yang baru.
Orang-orang seperti ini atau anak-anak adalah calon generasi yang baru yang
memiliki banyak potensi, sehingga haruslah diarahkan agar
kemungkinan-kemungkinan dinamisnya untuk terjadinya kebaikan. Membiarkan
kemungkinan-kemungkinan itu, akan memadamkannya atau memelintirnya ke dalam
kuasa jahat.[26]
Ayat 11 pekerjaan Anak Manusia
Ayat ini tidak ada di dalam Vatikanus
dan Sinatikus, dua salinan yang penting dan dipercaya menghilangkan ayat 11 itu
Oleh sebab itu ayat ini dalam tanda kurung dalam LAI, kemungkinan ditambah oleh
penulis sesudahnya untuk menyambung cerita yang paling dekat dengan Mat 9:13
atau bahwa seorang penyalin menyisipkannya di tempat ini di Matius 18 sebagai
pendahuluan bagi perumpamaan tentang domba yang hilang (12-14) atau diilhami
oleh Luk 19:10.[27]
Dalam
ayat ini berbicara tentang tugas atau pekerjaan Anak Manusia di dunia ini yaitu
untuk menyelamatkan yang hilang atau yang mati atau yang hancur dengan maksud
orang yang mati secara rohani yang belum mengenal Dia. Sebab orang-orang
sakitlah yang membutuhkan dokter, begitu juga dengan Yesus yang datang bagi
orang-orang berdosa, terhilang, yang mati secara rohani.[2]
BAB
III
KESIMPULAN
Dalam
Matius 18:6-11 ini saya mengambil kesimpulan bahwa penyesatan dalam dunia ini
memang harus ada, namun celakalah atau terhukumlah orang yang mengadakannya
atau melakukan penyesatan itu terutama kepada orang-orang yang sederhana atau
orang-orang yang baru bertobat (pemahaman tentang teologia masih sedikit)
bahkan kepada anak-anak lebih baik baginya mati. Karena mereka adalah generasi
selanjutnya dan bisa terperosok ke dalam penyesatan lebih jauh lagi karena
kepolosan mereka. Sehingga kita harus mampu mengendalikan seluruh tubuh kita
agar jangan menjadi batu sandungan bagi orang lain terutama bagi para hamba
Tuhan. Karena Allah berkenan kepada mereka yang sederhana ini dan Yesus datang
ke dunia untuk menyelamatkan yang hilang.
DAFTAR
PUSTAKA
Barclay,
Wiliam,
2003 Pemahaman Alkitab Setiap Hari Injil Markus,
Jakarta: BPK Gunung Mulia
Pemahaman
Alkitab Setiap Hari Injil matius pasal 11-28,
Jakarta: BPK Gunung Mulia
Blomberg,
C.,
2001 The New American Commentary Vol. 22: Matthew,
Nashville: Broadman & Holman Publishers
Bruggen,
Jacob Van,
2006 Markus Injil Menurut Petrus, Jakarta: BPK Gunung Mulia
Butler, John G.,
2008 Analytical Bible Expositor: Matthew, Clinton,
IA: LBC Publications
Elwell,
W. A., & Beitzel, B. J,
1988 Baker
encyclopedia of the Bible, Grand Rapids, Mich.: Baker Book House
Heer,
J.J de,
2003 Tafsiran Injil Matius, Jakarta : BPK Gunung Mulia
Guthrie,
Donald,
2009 Pengantar Perjanjian Baru, Surabaya: Momentum
Pasaribu,
Marulak,
2002 Injil
Sinoptik Cara Untuk Menemukan Inti Berita, Batu : Dept. Literatur YPPII
Tenney,
Merrill C.,
2009 Survei Perjanjian Baru, Malang : Gandum
Mas
Tulluan,
Ola,
1999 Introduksi Perjanjian Baru, Batu : Dept.
Literatur YPPII
[1] Marulak Pasaribu, Injil Sinoptik Cara Untuk Menemukan Inti
Berita (Batu : Dept. Literatur YPPII, 2002),25
[2] Merrill C. Tenney, Survei Perjanjian Baru (Malang : Gandum
Mas, 2009), 183
[3] Ibid...., 187
[4] Ola Tulluan, Introduksi Perjanjian Baru (Batu : Dept.
Literatur YPPII, 1999), 42
[5] Marulak Pasaribu, Injil Sinoptik Cara Untuk Menemukan Inti
Berita..., 69
[6] Ibid, 43-44
[7] Donald Guthrie, Pengantar Perjanjian Baru (Surabaya:
Momentum, 2009), 53
[8] Ola Tulluan, Introduksi Perjanjian Baru..., 51
[10] J.J de Heer, Tafsiran Injil Matius, (Jakarta : BPK
Gunung Mulia, 2003), 355
[11] Ibid, 355-356
[12] Jacob Van Bruggen, Markus Injil Menurut Petrus, (Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2006), 330
[13] Wiliam Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari Injil Markus,
(Jakarta: BPK Gunung Mulia 2003), 379
[14] Elwell,
W. A., & Beitzel, B. J, Baker encyclopedia of the Bible, (Grand Rapids, Mich.: Baker Book
House, 1988), 1460
[15] William Barclay..., 379
[16] J.J de Heer, Tafsiran Injil Matius..., 356
[17] Jacob van bruggen, Markus Injil Menurut Petrus..., 331
[18] Ibid... 332
[19] Wiliam Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari Injil
Markus..., 381-382
[20] Bible work
[21] Wiliam Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari Injil
Markus..., 382
[22] Wiliam Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari Injil matius pasal
11-28, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, ), 290
[23] Wiliam Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari Injil
Markus..., 383
[24] Wiliam Barclay, Pemahaman
Alkitab Setiap Hari Injil matius pasal 11-28..., 286
[25] J.J de Heer, Tafsiran Injil Matius..., 359
[26] Wiliam Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari Injil matius
pasal 11-28..., 288
[27] Craig Blomberg, The New American Commentary Vol. 22: Matthew,
(Nashville: Broadman & Holman Publishers, 2001), 276
[28] John G. Butler, Analytical
Bible Expositor: Matthew, (Clinton, IA: LBC Publications, 2008), 305
sangat membantu dalam memahami makna ayat demi ayat.terimakasih.Jbu
BalasHapus