BAB I
PENDAHULUAN
Penerima
Surat
Surat Roma ditujukan kepada
jemaat Roma. Asal usul ”pendatang-pendatang dari Roma” yang percaya kepada Kristus
di Bait Allah pada hari Pentakosta (Kis. 2:10), setelah mereka pulang ke Roma.
Atau mungkin juga orang yang diinjili oleh Paulus yang mendirikan jemaat di
sana. Karena Paulus menyebut 24 orang di Roma termasuk orang-orang yang
memimpin jemaat di rumah mereka masing-masing. Kalau diamati kelihatan bahwa
surat ini ditujukan untuk orang Yahudi (2:17 dan 4:1) dan juga orang bukan
Yahudi (11:13).
Roma 8:18-39 ditulis setelah
Paulus menjelaskan tentang hidup oleh Roh. Bagaimana manusia telah dimenangkan
dari Hukum Taurat dan tidak lagi terikat pada Hukum Taurat dan barulah kemudian
Paulus menjelaskan tentang pengharapan anak-anak Allah. Melihat bagaimana
menderitanya kehidupan dalam dunia sangat besar, namun kita yang sudah
diselamatkan mempunyai pengharapan dalam Tuhan dan melalui Roh yang ada dalam
diri kita menjadikan kita kuat dalam menjalani kehidupan. Jika Allah ada di pihak kita tidak akan ada
yang melawan kita karena Allah telah menyerahkan anak-Nya kepada kita semua dan
memberikan kemenangan bagi kita melalui kasih-Nya. Akhirnya tidak akan ada yang
memisahkan dari Kristus Yesus, Tuhan kita.
BAB II
ANALISA
KONTEKS
Konteks Sebelum
Pada Rm. 8:1-17 Paulus menuliskan
tentang perbedaan antara seseorang yang hidup menurut Roh dan seseorang yang
hidup menurut daging. Seseorang dapat hidup menurut Roh karena ia menerima
Yesus Kristus, yang telah memberikan dirinya menjadi tebusan bagi dosa manusia,
dalam kehidupan pribadinya dan Roh-Nya itu juga yang memerdekakannya dari hukum
dosa dan hukum maut. Dengan demikian seseorang atau barangsiapa yang melakukan
hal ini memiliki pengharapan untuk hidup yang kekal dalam kebangkitan yang
dikerjakan Yesus nantinya.
Konteks Sesudah
Rm. 9:1-29 ini merupakan ungkapan
kejujuran Paulus mengenai bangsa Israel bahwa tidak semua dari mereka merupakan
orang yang Allah pilih. Pilihan Allah bukan ditentukan oleh perbuatan tetapi
berdasarkan panggilan-Nya. Paulus menjelaskan mulai dari pemilihan keturunan
Abraham (yang berasal dari Ishak) kemudian mengerucut lagi pada keturunan Ishak
dan Ribka yaitu Yakub. Semuanya membuktikan bahwa Allah berdaulat atas
segalanya (ay. 16). Manusia tidak dapat memprotes Allah atas apa yang telah Ia
lakukan. Lebih jelas lagi konteks ini menyimpulkan bahwa keselamatan yang
dikerjakan Yesus di kayu salib tidak hanya terbatas pada bangsa Israel saja
tetapi juga kepada bangsa-bangsa lain (ay. 24-25).
BAB III
ANALISA
EKSEGETIS
Outline
Teks (Rm. 8:18-39)
Ay. 18-19 keyakinan
pengharapan
Ay. 20-25 bukti
pengharapan
Ay. 26-30 penyertaan
Allah dalam pengharapan manusia
Ay 31-36 pembelaan
Allah kepada orang yang berharap
Ay 37-39 pembelaan
Allah menjadikan kasih yang mengikat
Eksposisi Teks
KEYAKINAN PENGHARAPAN (ay. 18-19)
8:18
Sebab aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan
dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita.
Ayat
18 tersebut merupakan suatu peralihan yang Paulus tulis dari bagian sebelumnya.
Ayat 17 kita dapat lihat dikatakan ‘jika
kita menderita bersama-sama dengan Kristus...’. Pada bagian ini Paulus
ingin menjelaskan kepada pembacanya bahwa pada saat mereka telah mati dalam
dosa dan tidak diperbudak oleh dosa, hal ini bukan berarti mereka tidak akan
jatuh dalam dosa. Kemungkinan jatuh dalam dosa itu bisa saja terjadi akan
tetapi mereka tidak lagi menjadi hamba dosa seperti kehidupan mereka yang lama.
Frase menderita bersama-sama pada
ayat 17 dalam bahasa Yunani sumpa,scomen (verb 1 plural indicative present active)[1] yang
memiliki akar kata sumpa,scw = menderita bersama-sama[2].
Kasus present indicative active mengindikasikan
bahwa suatu pekerjaan itu telah dilakukan sekarang dan secara terus menerus
dilakukan secara aktif. Jadi, kata sumpa,scomen dapat kita mengerti bahwa
Paulus mengajak para pembaca (bentuk Plural menjelaskan bahwa Paulus tidak
mengajak secara personal melainkan semua jemaat yang ada di Roma) untuk terus-menerus
menderita bersama dengan Kristus.
Penderitaan yang dialami
orang-orang percaya bukanlah suatu hal yang merugikan, melainkan suatu hal yang
berharga yang semua orang percaya harus mengalaminya. Kata zaman dalam ayat 18 dalam bahasa Yunani kairo,j merupakan suatu kejadian /
waktu yang bisa jadi tidak akan terulang lagi untuk kali keduanya. Kata kairo,j tersebut dapat kita pahami sebagai suatu kesempatan yang memang harus
kita miliki / raih dan jangan sampai kita tidak mendapatkannya bagaimanapun
caranya. Jadi, penderitaan yang kita miliki pada masa sekarang ini bukanlah
suatu hal yang luar biasa melainkan harus menjadi suatu hal yang biasa. Sebab
penderitaan itu haruslah kita miliki karena hal itu akan menimbulkan ketekunan
dan ketekunan akan menimbulkan tahan uji dan tahan uji akan menimbulkan suatu
pengharapan. (bnd. Rm. 5:1-5; Mat. 24:9).
Penderitaan yang kita alami
tidak akan menjadi sia-sia. Sebab ada suatu penghiburan bagi orang-orang
percaya. Hal itu adalah suatu kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita.
Kemuliaan yang akan kita terima merupakan suatu hal yang bersifat kekal dan tidak
terbatas. Kemulian ini sendiri sebenarnya telah ada sebelumnya pada manusia dan
hal itu hilang oleh karena dosa (Kej. 3:23). Oleh sebab itu jika kita menerima
penderitaan bersama dengan Kristus dan kita tetap setia maka kemuliaan itu akan
dinyatakan kepada kita pada saat Yesus datang kembali kali kedua.
Secara literal ayat 19 seharusnya diterjemahkan
“pengharapan yang sangat (h` avpokaradoki,a) dari semua makhkluk menunggu dengan sangat rindu (avpekde,cetai) penyataan anak-anak Allah”. Kata avpokaradoki,a secara etimologis berasal dari tiga kata: avpo = “dari”, kara = “kepala” dan de,comai = “meregangkan”. Secara
harafiah hal ini menyiratkan sikap orang yang sedang melongokkan kepala untuk
melihat sesuatu.[3]
Frasa seluruh makhluk (kti,sij = penciptaan, ciptaan, dunia), kata ini sama halnya dalam Rm. 5:12 yang
merujuk kepada dunia atau bumi. Dave menuliskan ayat ini sebagai berikut:
Dalam Kej. 1:26-27 manusia
diciptakan dan diangkat sebagai penguasa bumi ini. Pada saat penguasa bumi
jatuh dalam dosa, bumi menjadi tempat yang sulit. Dalam Roma 8:19 Paulus
menuliskan bahwa bumi menantikan saat
anak-anak Allah, yaitu penguasa yang baru dinantikan. Bumi menantikan
munculnya orang percaya yang taat kepada Tuhan, orang yang hidup menurut
tuntunan Roh Kudus karena orang itu akan menjadi ahli waris atas bumi yang
dibaharui dan keadaan itu sangat dinanti-nantikan oleh seluruh ciptaan.[4]
Jadi, kami dapat memahami bahwa
pada saat kedatangan Kristus kali kedua, saat semuanya akan diperbaharui di
mana langit baru, bumi baru dan semuanya itu akan dimiliki oleh orang-orang
percaya dan hal itulah saat-saat yang luar biasa yang sangat dinanti-nantikan
oleh semua makhluk ciptaan di dunia ini. Hal-hal yang demikianlah yang menjadi
suatu pengharapan yang selalu dimiliki oleh orang-orang yang percaya kepada
Yesus Kristus. Pengharapan itu dimiliki dengan suatu keyakinan yang teguh bahwa
Allah akan menggenapinya nanti pada waktu Tuhan.
BUKTI
PENGHARAPAN (ay. 20-25)
Paulus pada ayat 20-23 merujuk pada kejatuhan manusia
dalam dosa yang menyebabkan seluruh dunia ini berdosa. Dosa yang dilakukan oleh
Adam dan Hawa tidak hanya ditanggungkan kepada mereka melainkan seluruh dunia
mendapatkannya. Hal itu dapat kita lihat dalam ayat 20. Keberdosaan manusia
yang menyebabkan dunia ini rusak tidak akan berlangsung secara terus menerus.
Ada suatu pengharapan yang diberikan Allah kepada kita. Bahwa makhluk ciptaan
(termasuk orang-orang percaya) akan dimerdekakan dari perbudakan yang membawa
kepada kebinasaan dan masuk ke dalam kemerdekaan anak-anak Allah (ayat 22).
Tentu saja dalam penantian akan pengharapan dimerdekakan oleh Allah bukanlah
suatu hal yang mudah. Hal itu dapat kita lihat pada ayat 22-23
Untuk menerima buah dari
pengharapan itu sendiri diperlukan suatu bukti atau tindakan dari diri kita
sendiri. Penderitaan yang dialami bukan hanya diterima oleh kita yang telah
percaya kepada Kristus melainkan juga orang-orang yang tidak percaya kepada
Kristus. Hal ini tentu saja dikarenakan oleh dosa yang telah merusak hal-hal
yang baik atau mulai itu. Akan tetapi penderitaan yang terjadi tidak akan
berlangsung lama. Seperti yang telah kami singgung pada bagian sebelumnya.
Ayat 22 tersebut dapat kita
bandingkan dengan Yoh. 16:20-22, pada bagian ini dijelaskan bahwa dalam
penderitaan yang dialami oleh orang-orang percaya bukanlah bersifat permanen
melainkan bersifat temporal. Di mana pada akhirnya akan mendapatkan sukacita
dan kebahagiaan yang dari pada Allah. Oleh sebab itu ayat 24-25 menjelaskan sikap yang harus dimiliki oleh orang percaya yaitu
memiliki pengharapan (ay. 24) dan sabar (ay. 25). Apa yang diharapkan memang
belum terlihat, tetapi itu justru jadi alasan untuk terus berharap. Hingga tiba
saatnya Allah akan memberikan kepada kita jawaban dari pengharapan itu.
PENYERTAAN ALLAH DALAM PENGHARAPAN MANUSIA
(ay. 26-30)
Bagian ini menjelaskan intervensi ilahi bagi
orang percaya supaya mereka tetap memiliki pengharapan dan sabar. Roh Kudus
membantu orang percaya dalam kelemahan mereka. Kelemahan ini mungkin bersifat
umum (semua kelemahan sebagai karakter dasar manusia sebagai mahkluk), tetapi
terutama soal memahami kehendak Allah. Paulus memberikan pemaparan yang jelas
tentang kuasa Roh kudus,[5] dalam
kehidupan orang percaya di Roma, Paulus mengarahkan kepada dasar ketidakmampuan
mereka akan sebuah penderitan yang dialami oleh mereka dengan mengangkat semua
keluhan yang mereka alami. Dalam bahasa asli “membantu” memakai kata sunantilamba,nomai sunantilambanomai to lay hold along with, to strive to
obtain with others, help in obtaining to
take hold with another ) ‘Artinya “untuk meletakkan pegangan bersama dengan,
untuk bekerja keras untuk memperoleh dengan (orang) yang lain, membantu
memperoleh untuk mengambil setuju dengan yang lain)”, dengan kata kerja verb indicative present middle
3rd person singular. Hal ini
berarti bahwa Roh Kudus sedang berlangsung pertolongannya di saat orang percaya
berdoa dan berharap kepada Allah. Roh itulah yang menceritakan keluhan-keluhan
pribadinya kepada Allah yang memberikan jawaban pengharapan kepada orang
percaya.
Selain itu, doa syafaat Roh Kudus dengan
keluhan yang tidak terucapkan juga mendukung bahwa Ia hanya membantu dalam hal
isi doa yang benar, yang seringkali orang percaya gagal untuk memahaminya. Roh
Kudus tidak membantu orang percaya dalam hal cara berdoa, tetapi lebih ke arah
isi doa. Jadi, ayat ini pasti bukan rujukan pada bahasa roh (kontra Kaseman).
Situasi rumit yang dialami - ditambah dengan kelemahan sebagai manusia –
seringkali menyebabkan orang percaya sulit mencari kehendak Allah yang pasti, mereka
kadang meminta sesuatu yang salah. Doa syafaat Roh Kudus ini pasti efektif
karena Ia berdoa sesuai dengan rencana Allah (ay. 27). Hal inilah yang
dimaksudkan dengan Allah yang menyelidiki hati, di mana penyelidikan Allah akan
hati nurani ini bertujuan doa yang diucapkan hanya untuk memuliakan-Nya tidak
berkonsep kepada egosentris diri, inilah yang ditekankan oleh Paulus.[6]
Pada Ayat 28
menjelaskan intervensi ilahi yang lain yang menjamin pengharapan orang percaya
di tengah penderitaan. Paulus menanamkan satu doktrin kepada pembacanya atas
apa yang telah mereka alami dengan memberikan jawaban atas pengharapan orang
percaya dengan menjelaskan bahwa Allah turut bekerja dalam segala hal. Kata “mendatangkan”
sejajar dengan ayat 27 dengan kata “menolong” yang dikerjakan oleh Allah.[7]
Kata ‘mendatangkan’ dalam bahasa aslinya memakai sunerge,w (KJV) work together, bisa diartikan menyebabkan untuk bekerja, menggunakan kata kerja verb indicative
present active 3rd person singular, di mana Allah
mendatangkan berkat secara aktif, penekanannya kepada orang percaya atau orang
yang mengasihi Dia. Sedangkan
ayat 29-30 menerangkan alasan bagi intervensi tersebut dari sisi Ilahi. Ada dua
deskripsi tentang orang-orang yang kepadanya segala sesuatu – melalui
providensi Allah mengerjakan kebaikan:
1. Mereka yang mengasihi Allah (ay. 28).
Kriteria ini
dilihat dari sisi manusianya. Segala sesuatu akan mengerjakan kebaikan hanya
bagi mereka yang mengasihi Allah.
2. Mereka yang terpanggil sesuai dengan
rencana Allah (ay. 29-30).
Sisi manusiawi
di atas hanya bisa terjadi jikalau ada inisiatif dari pihak Allah dahulu. Allah
memanggil orang percaya sehingga mereka mampu mengasihi Allah. Fakta menarik
tentang ayat 29-30 adalah bentuk lampau yang dipakai untuk kata kerja “dipilih”
– “ditentukan” – “dipanggil” – “dibenarkan” – “dimuliakan”, meskipun pemuliaan
tersebut belum terjadi. Hal ini menunjukkan bahwa bagi Allah semua rencana-Nya
adalah sesuatu yang pasti.[8]
Penggunaan kata di atas adalah bentuk kata kerja yang sejajar mengunakan verb
indicative aorist active 3rd person singular seperti kata dipanggil-Nya evdikai,wsen Hal ini menujuk kepada
tindakan Allah telah selesai dalam hal ditentukan, dipanggil,
dibenarkan, dimuliakan. Ini tindakan-tindakan Allah yang telah Ia lakukan untuk
menentukan suatu rancangan damai sejahtera bagi umat Allah.
PEMBELAAN ALLAH KEPADA ORANG YANG BERHARAP (ay. 31-36)
Ayat 31
mengindikasikan permulaan perikop yang baru. Selain itu, gaya bahasa dalam
perikop ini yang banyak menggunakan kalimat keras jelas berbeda dengan bagian
sebelumnya. Bagian ini memiliki dua fungsi: sebagai konklusi pasal 8 dan
konklusi semua pembahasan dari 1:18-8:30 (atau paling tidak pasal 5-8). Tema
yang ditekankan tetap “kepastian keselamatan/pengharapan”. Seperti sudah
dijelaskan sebelumnya bagian ini banyak menyinggung konsep yang ada di 5:1-11
sehingga bisa dikatakan sebagai jawaban bagi pasal 5-8, di mana Paulus
memberikan satu makna baru kepada pembacanya atas masalah yang dialami dengan
mengungkapkan tentang kekuasan Allah dalam hal pembelaan bagi orang percaya. ‘Jika
Allah di pihak kita siapa yang dapat melawan kita”, penegasan ini memberikan
maksud yang baru akan kekuatiran dan ketakutan yang ada dalam diri orang Yahudi
dan orang Roma yang percaya kepada Allah di dalam perlindungan-Nya.[9]
Ayat 31-32, Paulus
merangkumkan semua pembahasan sebelumnya (band. “jadi apakah yang akan kita
katakan tentang semuanya ini?”) dengan kalimat “Allah di pihak kita”.
Fakta ini merupakan jaminan bahwa tidak ada yang dapat melawan orang-orang
percaya. Perlawanan pasti ada (ay. 35-39) tetapi hal itu tidak akan dapat
menggagalkan jaminan keselamatan/pengharapan orang percaya. Untuk menegaskan
hal ini Paulus memakai metode eksegese para rabi qal wayyOmer (“ringan dan berat”): apa yang benar
untuk hal-hal yang prinsip akan berlaku juga untuk hal-hal yang kurang penting.
Allah telah melakukan hal yang paling besar dan sulit yaitu menyerahkan
Anak-Nya sendiri, Ia pasti akan memberikan segala sesuatu bersama-sama dengan
Kristus.[10]
Penekanan pada hal ini terlihat dari penggunaan kata ge (“bahkan”, LAI:TB tidak menerjemahkan kata
ini) dan penempatan tou/ ivdi,ou (“sendiri”) di bagian awal kalimat.
“Segala
sesuatu” dalam konteks ini sebaiknya dibatasi pada segala hal yang diperlukan
untuk keselamatan, meskipun secata teologis kalimat ini juga bisa mencakup
setiap hal. Ayat 33a, ada beberapa alternatif untuk peletakan tanda baca di
ayat ini. Dari sekian alternatif, pilihan NASB tampaknya lebih bisa diterima.
Ayat 33a diterjemahkan “siapakah yang akan mendakwa orang-orang pilihan
Allah? Allah, yang membenarkan mereka” (kontra LAI:TB yang memakai tanda
tanya setelah kata “mereka”. Bentuk future dari kata “mendakwa” (evgkale,sei, kontra LAI:TB “menggugat”)
merujuk pada penghakiman terakhir. Kata ini sangat bernuansa legal (band. Kis
19:38, 40; 23:29, 38; 26:2, 7). Fokus yang bersifat futuris ini bukan berarti
tidak memiliki relevansi dengan kehidupan orang percaya sekarang. Iblis terus
menerus mendakwa orang percaya (Why. 12:10). Selain itu, perasaan berdosa yang
berlebihan juga sering mengikis perasaan aman dalam Allah. Jaminan tidak adanya
dakwaan didasarkan pada dua hal:
1. Yang didakwa adalah orang-orang pilihan
Allah.
Pertanyaan
Paulus di sini sifatnya retoris dan sudah menjadi jawaban bagi pertanyaan itu
sendiri. Orang-orang yang dipilih oleh Allah pasti dijamin keselamatan
eskatologisnya (ay. 29-30).
2. Yang membenarkan orang percaya adalah
Allah sendiri.
Frase ini
memberikan jaminan lain. Allah adalah yang membenarkan orang-orang pilihan.
Kalau Allah saja – sebagai bojek pemberontakan manusia – mau membenarkan
orang-orang berdosa maka siapapun tidak punya hak untuk mendakwa mereka jelas
bahwa idaman yang mereka dapat itu benar-benar mendapat jaminan yang seutuhnya
tanpa ada sesuatu yang dapat membuat mereka dihantui dengan kesalahan-kesalahan
yang telah mereka pikirkan.
[11]Ayat 33b-34. Implikasi kedua adalah tidak ada yang akan
menghukum orang-orang pilihan Allah. Di mana
ayat ini adalah salah satu bentuk keputusan dan penegasan yang mutlak tentang
akhir dari orang percaya kepada Yesus. Allah atau makhluk lain tidak mungkin
akan menghukum mereka karena apa yang telah dilakukan Kristus untuk mereka.
1. Kristus telah mati: menanggung hukuman
dosa mereka.
2. Kristus bangkit: menghancurkan kuasa maut
sebagai upah dosa.
3. Kristus duduk di sebelah kanan Allah (Mzm.
110:1): menaklukkan semua kekuatan yang berusaha menggagalkan keselamatan orang
percaya.
4. Kristus berdoa syafaat: mengharapkan hal
yang baik dari Allah untuk orang percaya (Ibr. 7:25).
Keputusan ini
kita bisa menyelidiki dari kata yang digunakan dalam dua ayat ini yang pertama
adalah ‘Siapakah (33) dan kata bahkan (34)’kata ini menggunakan ti,j pronoun
interrogative nominative masculine singular dan ma/llon mallon adverb from di mana ini adalah subjek kalimat yang
memberikan tekanan bahwa siapa yang dapat mengganggu gugat orang pilihan dan
ayat (34) penambahan penegasan bahwa Kristus telah mati untuk orang percaya dan
yang telah dibangkitkan Allah, jadi siapa yang mampu melawan Dia yang Maha Tinggi.
Pada ay.
35-36 Implikasi terakhir adalah satu keputusan tidak ada yang
memisahkan orang percaya dari kasih Kristus. Tantangan memang ada dan melimpah,
baik tantangan fisik (ay. 35-36) maupun non fisik tetapi semua itu tidak akan
mampu membuat kita terpisah dari Allah yang Maha Kudus. Paulus merujuk dengan
kata ‘Siapakah yang akan memisahkan kita’. kami mencoba memperlihatkan
kata “memisahkan” cwri,zw chorizo (KJV) shall
separate akan memisahkan dengan
kata kerja verb
indicative future active 3rd person singular. Hal ini menujuk kepada suatu keputusan yang akan datang
jika sesuatu yang akan terjadi kepada mereka, dalam hal masalah yang memisahkan
mereka dengan jelas kalimat selanjutnya ditekankan bahwa kesesakan, penganiayaan,
kelaparan dan lain-lain tidak akan pernah bisa memisahkan orang percaya dari
kasih Kristus. Lalu Paulus mencoba membuka dasar penderitan yang dialami dari
kitab Mzm. 44:23 bahwa orang percaya kepada Allah memang berada dalam sebuah
kesulitan-kesulitan tersendiri.[12]
PEMBELAAN ALLAH MENJADIKAN KASIH YANG MENGIKAT (ay.
37-39)
Pada
ayat 37 anti klimaks perkaatan Paulus kepada pembacanya di Roma dengan
mengatakan bahwa dalam penderitan yang kita alami itu akan membawa kita kapada
tingkatan jauh dari pemenang karena semua itu Allah izinkan kepada kita untuk
masuk dalam proses kedewasan dan kematangan rohani (ay. 38-39), baik tantangan
sekarang maupun yang akan datang (ay. 38), baik tantangan dari atas maupun dari
bawah (ay. 39). Jangkauan tantangan yang dituliskan Paulus cukup untuk mewakili
semua jenis tantangan yang mungkin dihadapi oleh orang percaya, namun tidak ada
satu pun yang dapat memisahkan orang percaya dari kasih Kristus. Alasannya
adalah karena orang percaya lebih daripada pemenang melalui Kristus. Ungkapan “lebih daripada pemenang” di sini
mungkin menunjukkan bahwa orang percaya tidak hanya tidak bisa dikalahkan oleh
tantangan tetapi semua tantangan tersebut justru mendatangkan kebaikan bagi
mereka (ay. 28; 5:3-4). Amin.
BAB IV
REFLEKSI
MISI
Ketika
kami membahas eksposisi kitab Roma terkhusus, pada Roma 8:18-39 ini memberikan
pemahaman yang baru kepada kami tentang perencanaan Allah dan pembelaan Allah
bagi orang percaya. Sesuatu yang baru, yang membuat kelompok mengerti tentang
bagaimana pengharapan orang percaya kepada Allah. Bukanlah sebuah tindakan yang
sia-sia, yang pada akhirnya membuat orang percaya meninggalkan Allah kerena
tidak menemukan jawaban dari pengharapan.
Tetapi
jelas bahwa dalam pengharapan orang percaya adalah satu pengharapan yang unik
dan luar biasa, yang menjadikan pengharapan kita adalah pengharapan yang pasti
kita dapat, bukan pengharapan jalan buntu. Disinilah kehebatan Allah kita yang
menepati janjinya tanpa sedikitpun meninggalkan dan membuat orang percaya
kecewa pada-Nya.
Bahkan
dalam hal ini menjadikan kelompok kami belajar tentang bagaimana penggenapan
dari sebuah pengharapan, Allah tidak menyayangkan anak-Nya untuk memberikan
sebagai pemenuhan pengharapan bagi umat yang terus-terus bergantung pada-Nya.
Bahkan disini kita bisa belajar dari sebuah prinsip Allah. Bagaimana dengan
pengorbanan anak-Nya, Yesus Kristus yang telah mati dan dikorbankan dan
dibangkitkan menjadikan kita terikat olehnya. Bahkan disinilah kita tahu bahwa
Allah telah memilih dan menetapkan setiap orang percaya, bahkan ia
mempermuliakan orang-orang pilihan sebagai gambaran bagi banyak orang.
Kita
sebagai mahasiswa dan mahasiswi dari faklutas Misiologia lintas budaya harus
tetap maju dalam memberitakan injil, kenapa kami katakan demikian, alasannya
adalah keberadaan kita disini bukan sesuatu yang kebetulan, tetapi ini adalah
sesuatu yang Tuhan telah pilihkan agar kita menjadi gambaran kebenaran dari
orang-orang yang berharap kepadanya.
Kita
harus terus maju dalam memberitakan injil apapun yang akan terjadi pada kita,
apapun itu, pasti kita telah banyak mengalami berbagai tantangan dalam pelayanan,
tetapi kita harus menyadari bagaimana pengorbanan Allah telah mengikat kita,
dan telah menyelesaikan semua masalah dan penderitan kita yang ada di dunia
ini. Sehingga kita harus memiliki sebuah komitmen dalam memberitakan injil
Kristus apapun yang akan terjadi dalam kehidupan kita. Baik itu penganiyayan,
penidasan, maupun segala sesuatu yang membuat kita lemah kita harus kuat, dan
tegar dalam memberitakan injil amin.
DAFTAR PUSTAKA
Barclay,
William,
1986 Pemahaman Alkitab Sehari-hari Roma, Jakarta, BPK Gunung Mulia
End,
Th. van den,
1995 Tafsiran Alkitab Surat Roma, Jakarta, PT BPK Gunung Mulia
Hagelberg
Dave
2004 Tafsiran Roma dari Bahasa Yunani, Bandung, Yayasan Kalam Hidup
Susanto
Hasan, M.Th,
2003 Perjanjian Baru Interlinear Yunani-Indonesia dan Konkordansi Perjanjian
Baru, Jilid I Jakarta, LAI
T
Manfred. Brauce,
2003 Ucapan Paulus Yang
Sulit, Malang, Seminari Alkitab Asia tengara,
Pak
Toni, Diktat Esposisi Kitab Roma, STT Pacet.
Blogpost.
Tafsiran seminari asia Tenggara Roma///html.com
www.
Esposisi Roma 8//html. com
[1] Pdt. Hasan Susanto,
M.Th, Perjanjian Baru Interlinear
Yunani-Indonesia dan Konkordansi Perjanjian Baru, Jilid I (Jakarta: LAI,
2003), 843
[2] Pdt. Hasan Susanto,
M.Th, Perjanjian Baru Interlinear
Yunani-Indonesia dan Konkordansi Perjanjian Baru, Jilid Is..., 728
[3] Van Den End, Tafsiran Alkitab Surat Roma, (Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 95), 376-378
[4] Dave Hagelberg, Tafsiran Roma dari Bahasa Yunani,
(Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2004), 156
[6] Blogpost.
Tafsiran seminari asia Tenggara Roma///html.com
[7] Manfred T.
Brauce, Ucapan Paulus Yang Sulit, (Malang : Seminari Alkitab Asia
tengara, 2003), 29
[9] www. Eksposisi
Roma 8//html. com
[11] Pak Toni, Diktat
Eksposisi Kitab Roma, STT Pacet.
0 komentar:
Posting Komentar