Jumat, 24 Mei 2013

Pengharapan Kepada Allah (Rm. 8:18-39)



BAB I
PENDAHULUAN

Penerima Surat

Surat Roma ditujukan kepada jemaat Roma. Asal usul ”pendatang-pendatang dari Roma” yang percaya kepada Kristus di Bait Allah pada hari Pentakosta (Kis. 2:10), setelah mereka pulang ke Roma. Atau mungkin juga orang yang diinjili oleh Paulus yang mendirikan jemaat di sana. Karena Paulus menyebut 24 orang di Roma termasuk orang-orang yang memimpin jemaat di rumah mereka masing-masing. Kalau diamati kelihatan bahwa surat ini ditujukan untuk orang Yahudi (2:17 dan 4:1) dan juga orang bukan Yahudi (11:13).
Roma 8:18-39 ditulis setelah Paulus menjelaskan tentang hidup oleh Roh. Bagaimana manusia telah dimenangkan dari Hukum Taurat dan tidak lagi terikat pada Hukum Taurat dan barulah kemudian Paulus menjelaskan tentang pengharapan anak-anak Allah. Melihat bagaimana menderitanya kehidupan dalam dunia sangat besar, namun kita yang sudah diselamatkan mempunyai pengharapan dalam Tuhan dan melalui Roh yang ada dalam diri kita menjadikan kita kuat dalam menjalani kehidupan.   Jika Allah ada di pihak kita tidak akan ada yang melawan kita karena Allah telah menyerahkan anak-Nya kepada kita semua dan memberikan kemenangan bagi kita melalui kasih-Nya. Akhirnya tidak akan ada yang memisahkan dari Kristus Yesus, Tuhan kita.
BAB II
ANALISA KONTEKS

Konteks Sebelum
            Pada Rm. 8:1-17 Paulus menuliskan tentang perbedaan antara seseorang yang hidup menurut Roh dan seseorang yang hidup menurut daging. Seseorang dapat hidup menurut Roh karena ia menerima Yesus Kristus, yang telah memberikan dirinya menjadi tebusan bagi dosa manusia, dalam kehidupan pribadinya dan Roh-Nya itu juga yang memerdekakannya dari hukum dosa dan hukum maut. Dengan demikian seseorang atau barangsiapa yang melakukan hal ini memiliki pengharapan untuk hidup yang kekal dalam kebangkitan yang dikerjakan Yesus nantinya.
Konteks Sesudah
            Rm. 9:1-29 ini merupakan ungkapan kejujuran Paulus mengenai bangsa Israel bahwa tidak semua dari mereka merupakan orang yang Allah pilih. Pilihan Allah bukan ditentukan oleh perbuatan tetapi berdasarkan panggilan-Nya. Paulus menjelaskan mulai dari pemilihan keturunan Abraham (yang berasal dari Ishak) kemudian mengerucut lagi pada keturunan Ishak dan Ribka yaitu Yakub. Semuanya membuktikan bahwa Allah berdaulat atas segalanya (ay. 16). Manusia tidak dapat memprotes Allah atas apa yang telah Ia lakukan. Lebih jelas lagi konteks ini menyimpulkan bahwa keselamatan yang dikerjakan Yesus di kayu salib tidak hanya terbatas pada bangsa Israel saja tetapi juga kepada bangsa-bangsa lain (ay. 24-25).


BAB III
ANALISA EKSEGETIS
           
Outline Teks (Rm. 8:18-39)

Ay. 18-19        keyakinan pengharapan
Ay. 20-25        bukti pengharapan
Ay. 26-30        penyertaan Allah dalam pengharapan manusia
Ay 31-36         pembelaan Allah kepada orang yang berharap
Ay 37-39         pembelaan Allah menjadikan kasih yang mengikat

Eksposisi Teks
KEYAKINAN PENGHARAPAN (ay. 18-19)
8:18 Sebab aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita.
Ayat 18 tersebut merupakan suatu peralihan yang Paulus tulis dari bagian sebelumnya. Ayat 17 kita dapat lihat dikatakan ‘jika kita menderita bersama-sama dengan Kristus...’. Pada bagian ini Paulus ingin menjelaskan kepada pembacanya bahwa pada saat mereka telah mati dalam dosa dan tidak diperbudak oleh dosa, hal ini bukan berarti mereka tidak akan jatuh dalam dosa. Kemungkinan jatuh dalam dosa itu bisa saja terjadi akan tetapi mereka tidak lagi menjadi hamba dosa seperti kehidupan mereka yang lama. Frase menderita bersama-sama pada ayat 17 dalam bahasa Yunani sumpa,scomen (verb 1 plural indicative present active)[1] yang memiliki akar kata sumpa,scw = menderita bersama-sama[2]. Kasus present indicative active mengindikasikan bahwa suatu pekerjaan itu telah dilakukan sekarang dan secara terus menerus dilakukan secara aktif. Jadi, kata sumpa,scomen dapat kita mengerti bahwa Paulus mengajak para pembaca (bentuk Plural menjelaskan bahwa Paulus tidak mengajak secara personal melainkan semua jemaat yang ada di Roma) untuk terus-menerus menderita bersama dengan Kristus.
Penderitaan yang dialami orang-orang percaya bukanlah suatu hal yang merugikan, melainkan suatu hal yang berharga yang semua orang percaya harus mengalaminya. Kata zaman dalam ayat 18 dalam bahasa Yunani kairo,j merupakan suatu kejadian / waktu yang bisa jadi tidak akan terulang lagi untuk kali keduanya. Kata kairo,j tersebut dapat kita pahami sebagai suatu kesempatan yang memang harus kita miliki / raih dan jangan sampai kita tidak mendapatkannya bagaimanapun caranya. Jadi, penderitaan yang kita miliki pada masa sekarang ini bukanlah suatu hal yang luar biasa melainkan harus menjadi suatu hal yang biasa. Sebab penderitaan itu haruslah kita miliki karena hal itu akan menimbulkan ketekunan dan ketekunan akan menimbulkan tahan uji dan tahan uji akan menimbulkan suatu pengharapan. (bnd. Rm. 5:1-5; Mat. 24:9).
Penderitaan yang kita alami tidak akan menjadi sia-sia. Sebab ada suatu penghiburan bagi orang-orang percaya. Hal itu adalah suatu kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita. Kemuliaan yang akan kita terima merupakan suatu hal yang bersifat kekal dan tidak terbatas. Kemulian ini sendiri sebenarnya telah ada sebelumnya pada manusia dan hal itu hilang oleh karena dosa (Kej. 3:23). Oleh sebab itu jika kita menerima penderitaan bersama dengan Kristus dan kita tetap setia maka kemuliaan itu akan dinyatakan kepada kita pada saat Yesus datang kembali kali kedua.
Secara literal ayat 19 seharusnya diterjemahkan “pengharapan yang sangat (h` avpokaradoki,a) dari semua makhkluk menunggu  dengan sangat rindu (avpekde,cetai) penyataan anak-anak Allah”. Kata avpokaradoki,a secara etimologis berasal dari tiga kata: avpo = “dari”, kara = “kepala” dan de,comai = “meregangkan”. Secara harafiah hal ini menyiratkan sikap orang yang sedang melongokkan kepala untuk melihat sesuatu.[3] Frasa seluruh makhluk (kti,sij = penciptaan, ciptaan, dunia), kata ini sama halnya dalam Rm. 5:12 yang merujuk kepada dunia atau bumi. Dave menuliskan ayat ini sebagai berikut:
Dalam Kej. 1:26-27 manusia diciptakan dan diangkat sebagai penguasa bumi ini. Pada saat penguasa bumi jatuh dalam dosa, bumi menjadi tempat yang sulit. Dalam Roma 8:19 Paulus menuliskan bahwa bumi menantikan saat anak-anak Allah, yaitu penguasa yang baru dinantikan. Bumi menantikan munculnya orang percaya yang taat kepada Tuhan, orang yang hidup menurut tuntunan Roh Kudus karena orang itu akan menjadi ahli waris atas bumi yang dibaharui dan keadaan itu sangat dinanti-nantikan oleh seluruh ciptaan.[4]

Jadi, kami dapat memahami bahwa pada saat kedatangan Kristus kali kedua, saat semuanya akan diperbaharui di mana langit baru, bumi baru dan semuanya itu akan dimiliki oleh orang-orang percaya dan hal itulah saat-saat yang luar biasa yang sangat dinanti-nantikan oleh semua makhluk ciptaan di dunia ini. Hal-hal yang demikianlah yang menjadi suatu pengharapan yang selalu dimiliki oleh orang-orang yang percaya kepada Yesus Kristus. Pengharapan itu dimiliki dengan suatu keyakinan yang teguh bahwa Allah akan menggenapinya nanti pada waktu Tuhan.

BUKTI PENGHARAPAN (ay. 20-25)
Paulus pada ayat 20-23 merujuk pada kejatuhan manusia dalam dosa yang menyebabkan seluruh dunia ini berdosa. Dosa yang dilakukan oleh Adam dan Hawa tidak hanya ditanggungkan kepada mereka melainkan seluruh dunia mendapatkannya. Hal itu dapat kita lihat dalam ayat 20. Keberdosaan manusia yang menyebabkan dunia ini rusak tidak akan berlangsung secara terus menerus. Ada suatu pengharapan yang diberikan Allah kepada kita. Bahwa makhluk ciptaan (termasuk orang-orang percaya) akan dimerdekakan dari perbudakan yang membawa kepada kebinasaan dan masuk ke dalam kemerdekaan anak-anak Allah (ayat 22). Tentu saja dalam penantian akan pengharapan dimerdekakan oleh Allah bukanlah suatu hal yang mudah. Hal itu dapat kita lihat pada ayat 22-23
Untuk menerima buah dari pengharapan itu sendiri diperlukan suatu bukti atau tindakan dari diri kita sendiri. Penderitaan yang dialami bukan hanya diterima oleh kita yang telah percaya kepada Kristus melainkan juga orang-orang yang tidak percaya kepada Kristus. Hal ini tentu saja dikarenakan oleh dosa yang telah merusak hal-hal yang baik atau mulai itu. Akan tetapi penderitaan yang terjadi tidak akan berlangsung lama. Seperti yang telah kami singgung pada bagian sebelumnya.
Ayat 22 tersebut dapat kita bandingkan dengan Yoh. 16:20-22, pada bagian ini dijelaskan bahwa dalam penderitaan yang dialami oleh orang-orang percaya bukanlah bersifat permanen melainkan bersifat temporal. Di mana pada akhirnya akan mendapatkan sukacita dan kebahagiaan yang dari pada Allah. Oleh sebab itu ayat 24-25 menjelaskan sikap yang harus dimiliki oleh orang percaya yaitu memiliki pengharapan (ay. 24) dan sabar (ay. 25). Apa yang diharapkan memang belum terlihat, tetapi itu justru jadi alasan untuk terus berharap. Hingga tiba saatnya Allah akan memberikan kepada kita jawaban dari pengharapan itu.

PENYERTAAN ALLAH DALAM PENGHARAPAN MANUSIA (ay. 26-30)

Bagian ini menjelaskan intervensi ilahi bagi orang percaya supaya mereka tetap memiliki pengharapan dan sabar. Roh Kudus membantu orang percaya dalam kelemahan mereka. Kelemahan ini mungkin bersifat umum (semua kelemahan sebagai karakter dasar manusia sebagai mahkluk), tetapi terutama soal memahami kehendak Allah. Paulus memberikan pemaparan yang jelas tentang kuasa Roh kudus,[5] dalam kehidupan orang percaya di Roma, Paulus mengarahkan kepada dasar ketidakmampuan mereka akan sebuah penderitan yang dialami oleh mereka dengan mengangkat semua keluhan yang mereka alami. Dalam bahasa asli “membantu” memakai kata sunantilamba,nomai sunantilambanomai  to lay hold along with, to strive to obtain with others, help in obtaining  to take hold with another ) ‘Artinya “untuk meletakkan pegangan bersama dengan, untuk bekerja keras untuk memperoleh dengan (orang) yang lain, membantu memperoleh untuk mengambil setuju dengan yang lain)”, dengan kata kerja verb indicative present middle 3rd person singular. Hal ini berarti bahwa Roh Kudus sedang berlangsung pertolongannya di saat orang percaya berdoa dan berharap kepada Allah. Roh itulah yang menceritakan keluhan-keluhan pribadinya kepada Allah yang memberikan jawaban pengharapan kepada orang percaya.
Selain itu, doa syafaat Roh Kudus dengan keluhan yang tidak terucapkan juga mendukung bahwa Ia hanya membantu dalam hal isi doa yang benar, yang seringkali orang percaya gagal untuk memahaminya. Roh Kudus tidak membantu orang percaya dalam hal cara berdoa, tetapi lebih ke arah isi doa. Jadi, ayat ini pasti bukan rujukan pada bahasa roh (kontra Kaseman). Situasi rumit yang dialami - ditambah dengan kelemahan sebagai manusia – seringkali menyebabkan orang percaya sulit mencari kehendak Allah yang pasti, mereka kadang meminta sesuatu yang salah. Doa syafaat Roh Kudus ini pasti efektif karena Ia berdoa sesuai dengan rencana Allah (ay. 27). Hal inilah yang dimaksudkan dengan Allah yang menyelidiki hati, di mana penyelidikan Allah akan hati nurani ini bertujuan doa yang diucapkan hanya untuk memuliakan-Nya tidak berkonsep kepada egosentris diri, inilah yang ditekankan oleh Paulus.[6]
Pada Ayat 28 menjelaskan intervensi ilahi yang lain yang menjamin pengharapan orang percaya di tengah penderitaan. Paulus menanamkan satu doktrin kepada pembacanya atas apa yang telah mereka alami dengan memberikan jawaban atas pengharapan orang percaya dengan menjelaskan bahwa Allah turut bekerja dalam segala hal. Kata “mendatangkan” sejajar dengan ayat 27 dengan kata “menolong” yang dikerjakan oleh Allah.[7] Kata ‘mendatangkan’ dalam bahasa aslinya memakai sunerge,w (KJV) work together, bisa diartikan menyebabkan untuk bekerja, menggunakan kata kerja verb indicative present active 3rd person singular, di mana Allah mendatangkan berkat secara aktif, penekanannya kepada orang percaya atau orang yang mengasihi Dia. Sedangkan ayat 29-30 menerangkan alasan bagi intervensi tersebut dari sisi Ilahi. Ada dua deskripsi tentang orang-orang yang kepadanya segala sesuatu – melalui providensi Allah mengerjakan kebaikan:
1.      Mereka yang mengasihi Allah (ay. 28).
Kriteria ini dilihat dari sisi manusianya. Segala sesuatu akan mengerjakan kebaikan hanya bagi mereka yang mengasihi Allah.
2.      Mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah (ay. 29-30).
Sisi manusiawi di atas hanya bisa terjadi jikalau ada inisiatif dari pihak Allah dahulu. Allah memanggil orang percaya sehingga mereka mampu mengasihi Allah. Fakta menarik tentang ayat 29-30 adalah bentuk lampau yang dipakai untuk kata kerja “dipilih” – “ditentukan” – “dipanggil” – “dibenarkan” – “dimuliakan”, meskipun pemuliaan tersebut belum terjadi. Hal ini menunjukkan bahwa bagi Allah semua rencana-Nya adalah sesuatu yang pasti.[8] Penggunaan kata di atas adalah bentuk kata kerja yang sejajar mengunakan verb indicative aorist active 3rd person singular seperti kata dipanggil-Nya evdikai,wsen Hal ini menujuk kepada tindakan Allah telah selesai dalam hal ditentukan, dipanggil, dibenarkan, dimuliakan. Ini tindakan-tindakan Allah yang telah Ia lakukan untuk menentukan suatu rancangan damai sejahtera bagi umat Allah.

PEMBELAAN ALLAH KEPADA ORANG YANG BERHARAP (ay. 31-36)

Ayat 31 mengindikasikan permulaan perikop yang baru. Selain itu, gaya bahasa dalam perikop ini yang banyak menggunakan kalimat keras jelas berbeda dengan bagian sebelumnya. Bagian ini memiliki dua fungsi: sebagai konklusi pasal 8 dan konklusi semua pembahasan dari 1:18-8:30 (atau paling tidak pasal 5-8). Tema yang ditekankan tetap “kepastian keselamatan/pengharapan”. Seperti sudah dijelaskan sebelumnya bagian ini banyak menyinggung konsep yang ada di 5:1-11 sehingga bisa dikatakan sebagai jawaban bagi pasal 5-8, di mana Paulus memberikan satu makna baru kepada pembacanya atas masalah yang dialami dengan mengungkapkan tentang kekuasan Allah dalam hal pembelaan bagi orang percaya. ‘Jika Allah di pihak kita siapa yang dapat melawan kita”, penegasan ini memberikan maksud yang baru akan kekuatiran dan ketakutan yang ada dalam diri orang Yahudi dan orang Roma yang percaya kepada Allah di dalam perlindungan-Nya.[9]
Ayat 31-32, Paulus merangkumkan semua pembahasan sebelumnya (band. “jadi apakah yang akan kita katakan tentang semuanya ini?”) dengan kalimat “Allah di pihak kita”. Fakta ini merupakan jaminan bahwa tidak ada yang dapat melawan orang-orang percaya. Perlawanan pasti ada (ay. 35-39) tetapi hal itu tidak akan dapat menggagalkan jaminan keselamatan/pengharapan orang percaya. Untuk menegaskan hal ini Paulus memakai metode eksegese para rabi qal wayyOmer (“ringan dan berat”): apa yang benar untuk hal-hal yang prinsip akan berlaku juga untuk hal-hal yang kurang penting. Allah telah melakukan hal yang paling besar dan sulit yaitu menyerahkan Anak-Nya sendiri, Ia pasti akan memberikan segala sesuatu bersama-sama dengan Kristus.[10] Penekanan pada hal ini terlihat dari penggunaan kata ge (“bahkan”, LAI:TB tidak menerjemahkan kata ini) dan penempatan tou/ ivdi,ou (“sendiri”) di bagian awal kalimat.
“Segala sesuatu” dalam konteks ini sebaiknya dibatasi pada segala hal yang diperlukan untuk keselamatan, meskipun secata teologis kalimat ini juga bisa mencakup setiap hal. Ayat 33a, ada beberapa alternatif untuk peletakan tanda baca di ayat ini. Dari sekian alternatif, pilihan NASB tampaknya lebih bisa diterima. Ayat 33a diterjemahkan “siapakah yang akan mendakwa orang-orang pilihan Allah? Allah, yang membenarkan mereka” (kontra LAI:TB yang memakai tanda tanya setelah kata “mereka”. Bentuk future dari kata “mendakwa” (evgkale,sei, kontra LAI:TB “menggugat”) merujuk pada penghakiman terakhir. Kata ini sangat bernuansa legal (band. Kis 19:38, 40; 23:29, 38; 26:2, 7). Fokus yang bersifat futuris ini bukan berarti tidak memiliki relevansi dengan kehidupan orang percaya sekarang. Iblis terus menerus mendakwa orang percaya (Why. 12:10). Selain itu, perasaan berdosa yang berlebihan juga sering mengikis perasaan aman dalam Allah. Jaminan tidak adanya dakwaan didasarkan pada dua hal:
1.      Yang didakwa adalah orang-orang pilihan Allah.
Pertanyaan Paulus di sini sifatnya retoris dan sudah menjadi jawaban bagi pertanyaan itu sendiri. Orang-orang yang dipilih oleh Allah pasti dijamin keselamatan eskatologisnya (ay. 29-30).
2.      Yang membenarkan orang percaya adalah Allah sendiri.
Frase ini memberikan jaminan lain. Allah adalah yang membenarkan orang-orang pilihan. Kalau Allah saja – sebagai bojek pemberontakan manusia – mau membenarkan orang-orang berdosa maka siapapun tidak punya hak untuk mendakwa mereka jelas bahwa idaman yang mereka dapat itu benar-benar mendapat jaminan yang seutuhnya tanpa ada sesuatu yang dapat membuat mereka dihantui dengan kesalahan-kesalahan yang telah mereka pikirkan.
[11]Ayat 33b-34. Implikasi kedua adalah tidak ada yang akan menghukum orang-orang pilihan Allah.  Di mana ayat ini adalah salah satu bentuk keputusan dan penegasan yang mutlak tentang akhir dari orang percaya kepada Yesus. Allah atau makhluk lain tidak mungkin akan menghukum mereka karena apa yang telah dilakukan Kristus untuk mereka.
1.      Kristus telah mati: menanggung hukuman dosa mereka.
2.      Kristus bangkit: menghancurkan kuasa maut sebagai upah dosa.
3.      Kristus duduk di sebelah kanan Allah (Mzm. 110:1): menaklukkan semua kekuatan yang berusaha menggagalkan keselamatan orang percaya.
4.      Kristus berdoa syafaat: mengharapkan hal yang baik dari Allah untuk orang percaya (Ibr. 7:25).
Keputusan ini kita bisa menyelidiki dari kata yang digunakan dalam dua ayat ini yang pertama adalah ‘Siapakah (33) dan kata bahkan (34)’kata ini menggunakan ti,j pronoun interrogative nominative masculine singular dan ma/llon mallon adverb from  di mana ini adalah subjek kalimat yang memberikan tekanan bahwa siapa yang dapat mengganggu gugat orang pilihan dan ayat (34) penambahan penegasan bahwa Kristus telah mati untuk orang percaya dan yang telah dibangkitkan Allah, jadi siapa yang mampu melawan Dia yang Maha Tinggi.
Pada ay. 35-36 Implikasi terakhir adalah satu keputusan tidak ada yang memisahkan orang percaya dari kasih Kristus. Tantangan memang ada dan melimpah, baik tantangan fisik (ay. 35-36) maupun non fisik tetapi semua itu tidak akan mampu membuat kita terpisah dari Allah yang Maha Kudus. Paulus merujuk dengan kata ‘Siapakah yang akan memisahkan kita’. kami mencoba memperlihatkan kata “memisahkan” cwri,zw chorizo (KJV) shall separate akan memisahkan dengan kata kerja verb indicative future active 3rd person singular. Hal ini menujuk kepada suatu keputusan yang akan datang jika sesuatu yang akan terjadi kepada mereka, dalam hal masalah yang memisahkan mereka dengan jelas kalimat selanjutnya ditekankan bahwa kesesakan, penganiayaan, kelaparan dan lain-lain tidak akan pernah bisa memisahkan orang percaya dari kasih Kristus. Lalu Paulus mencoba membuka dasar penderitan yang dialami dari kitab Mzm. 44:23 bahwa orang percaya kepada Allah memang berada dalam sebuah kesulitan-kesulitan tersendiri.[12]

PEMBELAAN ALLAH MENJADIKAN KASIH YANG MENGIKAT (ay. 37-39)

            Pada ayat 37 anti klimaks perkaatan Paulus kepada pembacanya di Roma dengan mengatakan bahwa dalam penderitan yang kita alami itu akan membawa kita kapada tingkatan jauh dari pemenang karena semua itu Allah izinkan kepada kita untuk masuk dalam proses kedewasan dan kematangan rohani (ay. 38-39), baik tantangan sekarang maupun yang akan datang (ay. 38), baik tantangan dari atas maupun dari bawah (ay. 39). Jangkauan tantangan yang dituliskan Paulus cukup untuk mewakili semua jenis tantangan yang mungkin dihadapi oleh orang percaya, namun tidak ada satu pun yang dapat memisahkan orang percaya dari kasih Kristus. Alasannya adalah karena orang percaya lebih daripada pemenang melalui Kristus. Ungkapan “lebih daripada pemenang” di sini mungkin menunjukkan bahwa orang percaya tidak hanya tidak bisa dikalahkan oleh tantangan tetapi semua tantangan tersebut justru mendatangkan kebaikan bagi mereka (ay. 28; 5:3-4). Amin.
 
 

BAB IV
REFLEKSI MISI
            Ketika kami membahas eksposisi kitab Roma terkhusus, pada Roma 8:18-39 ini memberikan pemahaman yang baru kepada kami tentang perencanaan Allah dan pembelaan Allah bagi orang percaya. Sesuatu yang baru, yang membuat kelompok mengerti tentang bagaimana pengharapan orang percaya kepada Allah. Bukanlah sebuah tindakan yang sia-sia, yang pada akhirnya membuat orang percaya meninggalkan Allah kerena tidak menemukan jawaban dari pengharapan.
            Tetapi jelas bahwa dalam pengharapan orang percaya adalah satu pengharapan yang unik dan luar biasa, yang menjadikan pengharapan kita adalah pengharapan yang pasti kita dapat, bukan pengharapan jalan buntu. Disinilah kehebatan Allah kita yang menepati janjinya tanpa sedikitpun meninggalkan dan membuat orang percaya kecewa pada-Nya.
            Bahkan dalam hal ini menjadikan kelompok kami belajar tentang bagaimana penggenapan dari sebuah pengharapan, Allah tidak menyayangkan anak-Nya untuk memberikan sebagai pemenuhan pengharapan bagi umat yang terus-terus bergantung pada-Nya. Bahkan disini kita bisa belajar dari sebuah prinsip Allah. Bagaimana dengan pengorbanan anak-Nya, Yesus Kristus yang telah mati dan dikorbankan dan dibangkitkan menjadikan kita terikat olehnya. Bahkan disinilah kita tahu bahwa Allah telah memilih dan menetapkan setiap orang percaya, bahkan ia mempermuliakan orang-orang pilihan sebagai gambaran bagi banyak orang.
            Kita sebagai mahasiswa dan mahasiswi dari faklutas Misiologia lintas budaya harus tetap maju dalam memberitakan injil, kenapa kami katakan demikian, alasannya adalah keberadaan kita disini bukan sesuatu yang kebetulan, tetapi ini adalah sesuatu yang Tuhan telah pilihkan agar kita menjadi gambaran kebenaran dari orang-orang yang berharap kepadanya.
            Kita harus terus maju dalam memberitakan injil apapun yang akan terjadi pada kita, apapun itu, pasti kita telah banyak mengalami berbagai tantangan dalam pelayanan, tetapi kita harus menyadari bagaimana pengorbanan Allah telah mengikat kita, dan telah menyelesaikan semua masalah dan penderitan kita yang ada di dunia ini. Sehingga kita harus memiliki sebuah komitmen dalam memberitakan injil Kristus apapun yang akan terjadi dalam kehidupan kita. Baik itu penganiyayan, penidasan, maupun segala sesuatu yang membuat kita lemah kita harus kuat, dan tegar dalam memberitakan injil amin.


  

DAFTAR PUSTAKA
Barclay, William,
1986    Pemahaman Alkitab Sehari-hari Roma, Jakarta, BPK Gunung Mulia
End, Th. van den,
1995    Tafsiran Alkitab Surat Roma, Jakarta, PT BPK Gunung Mulia
Hagelberg Dave
2004    Tafsiran Roma dari Bahasa Yunani, Bandung, Yayasan Kalam Hidup
Susanto Hasan, M.Th,
2003    Perjanjian Baru Interlinear Yunani-Indonesia dan Konkordansi Perjanjian Baru, Jilid I Jakarta, LAI
T Manfred. Brauce,
2003    Ucapan Paulus Yang Sulit, Malang, Seminari Alkitab Asia tengara,
Pak Toni, Diktat Esposisi Kitab Roma, STT Pacet.

Blogpost. Tafsiran seminari asia Tenggara Roma///html.com
www. Esposisi Roma 8//html. com






           



[1] Pdt. Hasan Susanto, M.Th, Perjanjian Baru Interlinear Yunani-Indonesia dan Konkordansi Perjanjian Baru, Jilid I (Jakarta: LAI, 2003), 843
[2] Pdt. Hasan Susanto, M.Th, Perjanjian Baru Interlinear Yunani-Indonesia dan Konkordansi Perjanjian Baru, Jilid Is..., 728
[3] Van Den End, Tafsiran Alkitab Surat Roma, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 95), 376-378
[4] Dave Hagelberg, Tafsiran Roma dari Bahasa Yunani, (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2004), 156
[5] Van Den End, Tafsiran Alkitab Surat Roma...,  450
[6] Blogpost. Tafsiran seminari asia Tenggara Roma///html.com
[7] Manfred T. Brauce, Ucapan Paulus Yang Sulit, (Malang : Seminari Alkitab Asia tengara, 2003), 29
[8] Van Den End, Tafsiran Alkitab Surat Roma..., 457
[9] www. Eksposisi Roma 8//html. com
[10] Van Den End, Tafsiran Alkitab Surat Roma..., 467
[11] Pak Toni, Diktat Eksposisi Kitab Roma, STT Pacet.
[12] Van Den End, Tafsiran Alkitab Surat Roma..., 473

0 komentar:

Posting Komentar