BAB I
PENDAHULUAN
Surat ini dialamatkan kepada orang-orang kudus di
Roma, “kamu sekalian yang tinggal Roma, yang dikasihi Allah, yang dipanggil dan
dijadikan orang-orang kudus” (1:7). Paulus menulis surat Roma ini karena Paulus
merasa tergerak untuk melayani diantara orang-orang kudus di Roma (1:10-11),
dan supaya melalui kunjungannya mereka saling menguatkan (1:12-13). Kemungkinan
juga Paulus mendengar bahwa di dalam jemaat sedang mengalami masalah, sehingga
dalam surat ini Paulus ingin menasehati mereka (16:17-19). Jika dilihat dari
pasal 1-12, kitab Roma berisikan banyak doktrin, kemudian pada pasal
selanjutnya Paulus menuliskan tentang aplikasi praktis dari apa yang sudah
diajarkan di pasal 1-12. Tentulah dari apa yang ditulis dari kitab Roma, Paulus
ingin menerangkan pokok-pokok dasar dari iman Kristen.[1]
Dengan demikian, jemaat Roma semakin mengerti tentang iman Kristen.
Ketika Paulus menulis surat ini dalam
kondisi marah tetapi marah disini bukan berarti dia benci kepada orang-orang
percaya tetapi ini menandahkan kehancuran hatinya yang sangat mendalam. Karena
keadaan jemaat yang tidak benar lagi dihadapan Tuhan, dan sesama. Bahkan Paulus
tidak pernah mengingkari bahwa orang-orang Yahudi adalah orang-orang pilihan
Allah, dimana Allah mengangkat mereka menjadi anak-anak-Nya dan memberikan
perjanjian kepada mereka, tetapi pada hakekatanya umat pilihan bukan hanya
kepada bangsa Israel tetapi yang sesungguhnya tidak pernah terbatas pada suatu
bangsa melainkan pada semua bangsa dan
manusia yang dibenarkan yaitu mereka yang setia kepada Allah.[2]
Pada
pasal 8 sampai pada pasal 11 merupakan pasal-pasal yang dapat dikatakan sangat
sulit untuk dimengerti dan dibahas. Pada pasal-pasal ini kita dapat melihat
bagaimana usaha Paulus untuk mengatasi setiap permasalahn yang terjadi dalam
umat Yahudi dimana Allah melalui kasih-Nya, Ia datang untuk menyelamatkan
manusia dari dosa tetapi yang membingungkan disini adalah Jemaat Roma menolak
akan hal itu padahal mereka adalah orang-orang yang dipilih Allah untuk mendapatkan kehidupan yang kekal itu.[3]
Bahkan orang-orang Yahudi sudah mengetahui bahwa bahwa satu-satunya jalan
kepada Allah adalah iman yang telah disampaikan oleh nabi-nabi sebelumnya dan
hasil usaha manusia adalah sia-sia tetapi pada kenyataanya mereka terus
berusaha melakukan segala sesuatu agar mereka mendapatkan keselamatan itu
sedangkan kita tahu sendiri bahwa bangsa lain menerima tawaran Allah.
Paulus
memberi garis besar tindakan Allah kepada umat pilihan-Nya pada masa lalu,
sekarang dan masa yang akan datang dimana pada masa lalu, bangsa Israel
menjauhkan diri dari Allah dan tidak mengambil kesempatan yang Allah berikan
kepada mereka dan pada masa sekarang, bangsa Israel menolak akan kedatangan
Sang Mesias sebagai Juruselamat mereka kemudian pada masa yang akan datang,
bangsa Israel akan menerima Mesias sebagai Juruselamat mereka.[4]
Dalam
teks ini, Paulus berusaha untuk menyelesaikan masalah mengapa orang Israel
menolak akan Mesias dengan memulainya dengan suatu kemarahan namun kemarahan
ini menandahkan kesedihan Paulus yang mendalam karena sifat orang Israel yang
tidak benar lagi dihadapan Tuhan bahkan Paulus sendiri mau menyerahkan hidupnya
demi bangsa Israel.[5]
Latar
Belakang Teks Roma 9
Pada konteks Roma pasal 9 ini adalah
bagian penting dari apologet Paulus, dimana Paulus memberikan jawaban kepada
dua pembacanya, atas pemilihan Allah yang telah berubah kepada orang-orang
diluar Yahudi. Hal ini bisa kita lihat dari ungkapan Paulus tentang keadilan
Allah. Atas pertanyan mereka, ’Ayat 9:14 Jika demikian,
apakah yang hendak kita katakan? Apakah Allah tidak adil? Mustahil!
Ungkapan inilah sebagai bentuk kasus
tungal dari pasal ke-9 dimana kita bisa melihat latar belakang masalahnya. Dari
pertanyan-pertanyan orang-orang Yahudi ini, Paulus memberikan argumentasi
pemilihan Allah melalui sudut peranakan Abraham sampai kepada esau dan Yakub.
Agar orang Yahudi menyadari apa yang telah Allah lakukan bukan berdasarkan dari
kebaikan manusia. Sedangkan dari sudut orang Yunani Paulus memberikan penegasan
kepada mereka bahwa Allah memilih mereka, menjadi umat pilihanya.
BAB II
ANALISA TEKS
Perlunya pasal 9-11
1. Melihat
situasi gereja mula-mula yang didominasi orang non Yahudi, khususnya di kota
Roma, pertanyaan logis yang muncul adalah “Mengapa bangsa Yahudi sebagai umat
Allah di PL justru banyak yang tidak selamat, padahal injil sudah dijanjikan
sebelumnya dalam PL (1:2; 3:21) dan diberitakan pertama-tama kepada orang
Yahudi (1:16)?” Bagaimana situasi ini bisa diharmonisasikan dengan kesetiaan
Allah terhadap janji-Nya kepada bangsa Yahudi sebagai umat Allah?
2. Paulus
dalam bagian sebelumnya telah menyinggung bahwa hak-hak istimewa bangsa Yahudi
telah diaplikasikan kepada orang percaya (anak-anak Abraham – ps. 4; anak-anak
Allah – 8:14-17; penerimaan Roh Kudus – 8:14-17; pewaris kemuliaan Allah – 5:2;
8:18-30), pertanyaan logis yang muncul adalah “Apakah itu berarti bahwa posisi
bangsa Yahudi digantikan oleh gereja?” Bagaimana dengan posisi bangsa
Yahudi sekarang dalam konteks era keselamatan yang baru?
3. Konklusi:
jawaban terhadap problem ketidakpercayaan bangsa Yahudi dan posisi mereka
sekarang dalam skema sejarah keselamatan.
KONTEKS DEKAT
Pada keonteks sebelumnya, kita dapat
melihat dimana Paulus menasihatkan jemaat di Roma bahwa mereka harus hidup
didalam Roh dan kebenaran. Pada 8: 1-39, Rasul Paulus mengatakan bahwa orang
yang telah dimedekakan didalam Kristus harus hidup didalam Roh dan kebenaran. Mereka yang hidup didalam kebenaran
tidak lagi melakukan keinginan daging karena hal ini merupakan suatu
perseturuan bagi Allah (7-8) dan Rasul Paulus
mengatakan bahwa orang yang dikatakan sebagai anak-anak Allah adalah orang yang
tidak mengikuti atau melakukan keinginan daging tetapi sebaliknya yaitu
melakukan keinginan Roh (6). Jika kita hidup didalam Roh yang telah melepaskan
kita dari cengkraman maut maka kita akan dikatakan sebagai anak dan dengan
demikian kita adalah ahli waris artinya kita berhak menerima janji-janji-Nya
(ay. 2, 17).
Selanjutnya pada ay. 18-39, Rasul Paulus
meyakinkan akan semua jemaat yang ada di Roma bahwa:
1.
Didalam
penderitaan yang kita alami, jangan pernah berhenti untuk berharap dan
bersandar kepada Tuhan karena kita diselamatkan dalam pengharapan dan kemuliaan
Tuhan akan dinyatakan kepada orang yang berpengharapan kepada Dia ketika ia
dalam penderitaan dan didalam penderitaan itu, Allah turut bekerja untuk
memberikan yang terbaik yaitu dibenarkan oleh Allah.
2.
Dengan
iman, kita yakin bahwa tidak ada yang dapat memisahkan kita dari kasih Kristus,
entah itu penindasan, kesesakan, penganiayaan, kelaparan, ketelanjangan atau
mahluk-mahluk lain karena orang yang telah dimerdekakan atau diselamatkan oleh
Allah melalui penderitaan-kematian Yesus diatas kayu salib adalah didalam
kontrol Allah dan orang-orang inilah yang akan keluar sebagai pemenang.
KONTEKS JAUH
Pasal 9:30-33 sebaiknya dipahami sebagai
introduksi bagi pasal10:1-21 daripada sebagai konklusi pasal 9:1-29. Pendapat
ini didukung oleh beberapa fakta:
(1)
Frase “jika demikian, apakah yang
akan kita katakan?” seringkali dipakai untuk memulai suatu bagian yang baru
(4:1; 6:1; 7:7; 8:31; 9:14).
(2)
Kata “kebenaran” (9:30, 31; 10:3,
4, 5, 6) atau “percaya/beriman” (9:30, 32, 33; 10:4, 6, 8, 10, 11, 14, 16, 17)
yang sering muncul di 9:30-10:21 hampir tidak ditemukan di 9:1-29.
(3)
Inclusio tentang kontras antara
inklusi bangsa Yunani dan ekslusi bangsa Yahudi di 9:30-32 dan 10:20-21.
Bagian ini terdiri dari dua pemikiran besar.
Pasal 9:30-10:13 membahas tentang kegagalan bangsa Yahudi dalam memahami Yesus
sebagai kulminasi sejarah keselamatan (penggenapan kebenaran). Pasal 10:14-21
membuktikan bahwa kegagalan tersebut tidak dapat ditoleransi, karena PL sendiri
telah mengajarkan hal tersebut. Ayat 9:30-33 Keselamatan bangsa Yunani
dan kegagalan bangsa Yahudi. Pertanyaan retorik di 9:30 merupakan antisipasi
Paulus terhadap apa yang telah ia sampaikan. Sebelumnya ia menjelaskan bahwa
selamat atau tidaknya seseorang adalah murni pilihan Allah (9:6-13, 24-29).
Sekarang ia lebih melihat hal itu dari perspektif insani. Para sarjana
menganggap bagian ini merupakan inti dari keseluruhan 9:30-10:21.
Ayat 30 Bangsa Yunani menerima kebenaran Allah (secara forensik, bukan etis)
karena kemurahan Allah (mereka tidak mencari, tapi mendapatkan) dan melalui
iman mereka. Ayat 31-33 Situasi
yang kontras terjadi pada mayoritas bangsa Yahudi. Mereka mencari kebenaran,
tetapi justru tidak mendapatkan. Mengapa? Karena mereka mencari kebenaran
berdasarkan perbuatan, bukan iman; Karena mereka tidak percaya kepada Yesus,
padahal Ia adalah batu pondasi bagi pembangunan umat yang baru. Bangsa Yahudi
seharusnya mendasarkan kebenaran mereka pada iman di atas pondasi ini.
Ayat 10:1-3 Bagian ini bukan hanya sekedar pengulangan dari 9:30-33, meskipun ide
utama keduanya sama. Dalam bagian ini Paulus secara khusus menyoroti kegagalan
bangsa Yunani. Dengan kata lain, 10:1-3 merupakan elaborasi dari 9:32-33. Alur
pemikiran Paulus dalam bagian ini diindikasikan dengan rentetan kata sambung “ga,,r”. Ayat 1 Paulus
kembali mengekspresikan keterkaitannya secara emosional dengan orang-orang
sebangsanya. Ia sangat ingin supaya mereka diselamatkan. Ayat 2 Mengapa ia sangat merindukan keselamatan
bangsa Yahudi? Karena mereka sebenarnya sangat giat bagi Allah, hanya saja
semangat itu tidak disertai dengan pengetahuan yang benar. Ayat 3 Mengapa semangat itu tidak disertai pengetahuan
yang benar? Karena mereka tidak tunduk pada kebenaran menurut versi Allah.
BAB III
OTLAIN TEKS ROMA 9:1-29
Ayat 1-5 Dukacita Paulus Karena Orang Yahudi
Ayat 6-13
Ungkapan Paulus atas rencana-Nya
Ayat 14-18
Otoritas Allah akan pilihan-Nya
Ayat 19-21
Analogi Paulus tentang ciptaan
Ayat 22-29
Kehendak dan Pilihan Allah
A. Ayat 1-5 Dukacita Paulus Karena Orang Yahudi
9:1 Aku mengatakan kebenaran dalam Kristus, aku tidak berdusta. Suara
hatiku turut bersaksi dalam Roh Kudus, 9:2 bahwa aku sangat berdukacita dan
selalu bersedih hati. 9:3 Bahkan, aku mau terkutuk dan terpisah dari Kristus
demi saudara-saudaraku, kaum sebangsaku secara jasmani. 9:4 Sebab mereka adalah
orang Israel, mereka telah diangkat menjadi anak, dan mereka telah menerima
kemuliaan, dan perjanjian-perjanjian, dan hukum Taurat, dan ibadah, dan
janji-janji. 9:5 Mereka adalah keturunan bapa-bapa leluhur, yang menurunkan
Mesias dalam keadaan-Nya sebagai manusia, yang ada di atas segala sesuatu. Ia
adalah Allah yang harus dipuji sampai selama-lamanya. Amin!
Pada ayat 1 ini, Paulus
menunjukkan perhatian dan keistimewaan bangsa Yahudi. Hal ini perlu dilakukan
karena Paulus dianggap rasul untuk bangsa Yunani, seringkali bersikap negatif
terhadap bangsa Yahudi dengan doktrin anugerahnya. Cara pandang Paulus terhadap
bangsa Yahudi di (Rom 2:1-3:8), juga bisa dianggap mendukung kesan negatif
tersebut. Sehingga pada ayat 1 Paulus ingin menyatakan perhatianya, dengan
menyatakan kebenaran dan suara hatinya. Kata kebenaran sendiri menggunakan avlh,qeia aletheia objectively, dalam KJV
diartikan True, Truly, truth, Verity yang berarti (benar, sungguh-sungguh, kebenaran, kebenaran). Menggunakan kata
kerja singuler Accusative.
Dimana Paulus
menyatakan tentang kebenaran yang objektif di dalam Roh kudus, sebagai seorang
yang sedang menderita dan mengalami kesedihan, hal itu ditekankan (ayat 2)
berdukacita dan selalu bersedih hati, dalan KJV sangat sedih great (kata kerja) dan dukacita grief
(Kata benda). Pada dua ayat ini mengadung arti keperibadian Paulus yang telah
mengetahui kebenaran secara objektif tetapi hatinya sangat sedih dan dukacita
tiap-tiap hari. Pada (ayat 3) penjelasan
yang dialami, dan peryatan Paulus secara klimkas dengan mengatakan ‘aku mau
terkutuk’ dalam bahasa aslinya avna,qema anathema
(ks) terkutuk, kata ini juga berarti a thing devoted to God without hope of being redeemed, (suatu hal mempersembahkan kepada Tuhan tanpa harapan ditebus), Yang
berarti Paulus menyatakan satu tindakan mempersembahkan dirinya agar tidak ditebus untuk sebangsaku dalam hal ini Israel
karena jelas bahwa Paulus dari suku Bunyamin. Peryatan kesedihan ini juga
diutarakan oleh Van den end bahwa kesedihan yang diungkapkan oleh Paulus adalah
satu kesedihan yang tak henti-hentinya dimana kesedihan itu teramat dalam di
dalam hati Paulus.[6]
Kesedihan
ini berlatar belakang bahwa Paulus melihat bahwa, tentang keberadan bangsa
pilihan Allah, dimana ia telah
melihat tentang murka Allah kepada bangsa pilihan ini. [7](ayat
4-5) Paulus melihat bagaimana bangsa Israel adalah kaum yang sangat istimewa,
dimana dari bangsa inilah Allah mengajarkan tentang kekudusan bahkan bangsa
inilah yang menggangap umat yang kudus, dari umat bangsa yang lain karena Allah
telah memilih mereka.[8]Bapa-bapa
mereka melahirkan keturunan sang Mesias. Bahkan bagaimana Allah telah memilih
mereka menjadi anak kesayangan dari bangsa-bangsa lain, dimana muzizat dan
hikmat yang besar karean ia telah dipilih.[9] yang
seharusnya dari semua itu Allahlah yang harus dipermuliakan.
Pada bagian ini
Paulus ingin memberikan jawaban, dengan cara pemaparan tentang perasaan
dirinya, akan kedudukan Israel sebagai umat pilihan. Dimana orang-orang Yahudi
yang menuntut tentang keselamatan yang diperoleh diluar Yahudi. Sehingga kita
bisa menyimpulkan sendiri dari jawaban Paulus,[10]
tentang hakekat hatinya dimana kita bisa melihat dari teks selanjutnya.
B. Ayat 6-13 Ungkapan Paulus atas rencana-Nya
9:6 Akan tetapi firman Allah tidak mungkin gagal. Sebab tidak semua orang
yang berasal dari Israel adalah orang Israel, 9:7 dan juga tidak semua yang
terhitung keturunan Abraham adalah anak Abraham, tetapi: "Yang berasal
dari Ishak yang akan disebut keturunanmu." 9:8 Artinya: bukan anak-anak
menurut daging adalah anak-anak Allah, tetapi anak-anak perjanjian yang disebut
keturunan yang benar. 9:9 Sebab firman ini mengandung janji: "Pada waktu
seperti inilah Aku akan datang dan Sara akan mempunyai seorang anak
laki-laki." 9:10 Tetapi bukan hanya itu saja. Lebih terang lagi ialah
Ribka yang mengandung dari satu orang, yaitu dari Ishak, bapa leluhur kita. 9:11
Sebab waktu anak-anak itu belum dilahirkan dan belum melakukan yang baik atau
yang jahat, supaya rencana Allah tentang pemilihan-Nya diteguhkan, bukan
berdasarkan perbuatan, tetapi berdasarkan panggilan-Nya 9:12 dikatakan kepada
Ribka: "Anak yang tua akan menjadi hamba anak yang muda," 9:13
seperti ada tertulis: "Aku mengasihi Yakub, tetapi membenci Esau."
Peryatan Paulus, kepada orang-orang Yahudi tentang
firman Allah, LAI pada (ayat 6) ‘ gagal’
dalam bahasa aslinya, evkpi,ptw ekpipto untuk
gagal, jadi kami lebih setuju dengan terjemahan yang lebih mendekati ‘mengatakan bahwa bukan janji Allah sudah tidak berlaku lagi’ bukanya firman Allah seolah-olah gagal. Hal ini bisa kita lihat dengan
tujuan Paulus kepada orang Yahudi di Roma. Bahwa Paulus ingin menegaskan bahwa
Firman Allah, bukanya tidak berlaku lagi.[11]
Dengan menjelaskan bukti bahwa tidak semua orang dari Israel adalah orang
Israel.
Paulus juga melanjutkan dengan
bukti-buktinya tentang pemilihan. Paulus memberikan jawab dengan memaparkan
tentang sejarah orang Yahudi dari perjanjian lama. (Ayat 7) sebagai bentuk
ungkapan Paulus dimana, hal ini berbicara tentang kehidupan Abraham yang
mempunyai dua anak Ismael dan Ishak. Dimana pemilihan Allah itu jatuh kepada
Ishak anak yang lahir dari Sara bukan Hagar. Bahkan Paulus memberikan penegasan
tentang pemilihan Allah adalah keturunan Ishak, ‘keturunan’ kale,w
kaleo plant germinates yang berarti
lebih kepada satu asal, yaitu Ishak. Bahwa hal ini menujuk kepada hak
priogratif Allah untuk pemilihan, yang dikehendaki Allah.
Pada pasal tujuh ini Paulus ingin menekankan tentang
perbedaan ‘keturunan’ (seperma = ‘benih’) hal ini juga menujukan lingkungan luas
semua orang yang lahir dari Abraham, tetapi pada bagian ayat selanjutnya
tentang (seperma) hal itu berbicara tentang keturunan abraham dalam lingkup
kecil atau lingkup yang terbatas, dimana contoh itu diambil dari Ishak dan
Ismael dan tentang pemilihan Allah.[12]
Pada (ayat 8)
sebagai bentuk kesimpulan dari pemaparan sejarah tentang pemilihan Ishak dan
Ismael, bahwa bukan anak yang dilahirkan dari daging adalah anak-anak Allah
tetapi anak-anak yang telah diperjanjian. Paulus memberikan penjelasan tentang
benang merah, tentang arti janji yang sesungguhnya. Dimana Paulus ingin agar
kaum Yahudi yang ada di Roma menjadari tentang keberadan mereka, bahwa mereka
telah dilahirkan dari keturunan Ishak. Maka
mereka menggap mereka pasti akan mendapatkan janji dari Allah tanpa mengikuti
perintah pemberi.
Tetapi Paulus dengan tegas bahwa hal itu tidak,
tetapi pada kaum perjanjian yang taat akan menerima janji Allah. Dimana bukan Ismael
lahir dari keinginan manusia, sedangkan Ishak dari Allah begitu juga dengan
pemilihan dan penerima janji.[13] Di
dalam terjemahan (NAS) but the children of the promise are regarded as descendants (hanyalah anak-anak janji
dihormati [seperti] keturunan). evpaggeli,a (epaggelia) dengan kasus genitive dimana janji kepemilikan adalah
kaum perjanjian, bukan keturunan yang di tekankan oleh kaum Yahudi.
Paulus juga meneruskan dengan sejarah Israel, bagaimana
Allah menyatakan kepada bangsa Israel bagaimana nenek moyang mereka Abraham,
(ayat 9) dimana Firman Allah itu memilik janji tentang Sara akan melahirkan, (Kejadian
17:21). Dimana ketika Malaikat Allah memberikan janji kepada Sara
akan kelahiranya. Bahwa ketika mereka akan datang untuk kedua kalinya pada saat
itulah Sara akan megandung dan
melahirkan seorang anak laki-laki ‘dalam arti menerima janji’
Pada
(ayat 10) Paulus masih meneruskan secara teratur tentang benang merah dalam
janji Allah. Yaitu pernikahan Ishak dan Ribka. Dimana bangsa Israel begitu tahu
dimana janji Allah melalui leluhur mereka, yaitu Ishak dimana dari keturunan
Ishak inilah terbentuklah bangsa Israel kenapa Paulus menggungkapkan dengan
kata lebih terang lagi koi,th koite (kjv)
conceived (mengandung; ngerti). Bahwa mereka tahu tentang
keberadan mereka sebagai orang Israel/Yahudi.
Ayat 11
dan 12 Paulus menegaskan tentang doktrinya tentang pemilihan, dari Allah tanpa
campur tangan manusia. Paulus menjelaskan pemilihan Allah sebelum nenek moyang
mereka dilahirkan. ‘belum dilahirkan dan belum melakukan apa-apa’ pra,ssw prasso yang kjv artikan having done
atau belum mempunyai, atau belum mampu bertindak dengan kata kerja V__AAPMPG yang berarti
sebelum anak itu melakukan tindakan Allah telah memilih mereka dalam mentukan
perjanjianya, Paulus ingin menegaskan kembali bahwa pemilihan itu bukan di
dasarkan karena perbuatan baik, tetapi semua tergantung dari Allah yang
memberikan perjanjian kepada umatnya, atau orang pilihanya. Bagaimana paulus
menjelaskan tentang Firman Allah kepada Ribka “anak yang tua akan menjadi hamba
bagi yang muda ‘
Ikatan
perjanjian Allah jatuh kepada anak yang muda, yaitu Yakub. Jelas bahwa Paulus
memberikan runtut cerita kepada orang-orang yang dituju oleh Paulus, agar
mereka tahu bahwa semua itu, semata-mata karena Allah tidak ada andil
sedikitpun dari manusia untuk menentukan pilihan Allah. Disinilah bahwa Allah
tidak bergantung dari tindakan kita, tetapi Allah dalam menentukan pilihan itu
muncul dari diri-Nya sendiri.
Pada
(ayat 13) menjadi penegasan yang sangat komplek tentang pemilihan Allah. Dimana
Allah mengasihi Yakub kata mengasihi avgapa,w agapao yang berarti loved,
mengasihi menggunakan kata kerja Aoris, Activ, Indicatif. Bagaimana hal ini
menjelaskan bahwa Allah telah memilih mencintai dan telah selesai waktunya,
sama halnya dengan Allah tidak memilih Esau. Dimana Paulus terus menekankan
bahwa pemilihan Allah tidak dilihat dari perbuatan objek pilihan dan tidak
tergantung Objek, tetapi pemilihan Allah itu. Didasarkan atas kasih Allah
kepada pilihanya atau kepada objeknya. Alasanya pemelihan ini karena pemilihan
Allah atas Israel tidak tergantung pada perbuatan manusia dan tidak tegantung
pada mereka yang tidak taat hal itu tidak dapat meniadakan tujuan-tujuan Allah
yang didasarkan atas pilihan Allah.[14]
C. Ayat 14-18 Otoritas Allah Akan Pilihan-Nya
9:14 Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Apakah Allah tidak adil?
Mustahil! 9:15 Sebab Ia berfirman kepada Musa: "Aku akan menaruh belas
kasihan kepada siapa Aku mau menaruh belas kasihan dan Aku akan bermurah hati
kepada siapa Aku mau bermurah hati." 9:16 Jadi hal itu tidak tergantung
pada kehendak orang atau usaha orang, tetapi kepada kemurahan hati Allah. 9:17
Sebab Kitab Suci berkata kepada Firaun: "Itulah sebabnya Aku membangkitkan
engkau, yaitu supaya Aku memperlihatkan kuasa-Ku di dalam engkau, dan supaya
nama-Ku dimasyhurkan di seluruh bumi." 9:18 Jadi Ia menaruh belas kasihan
kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan Ia menegarkan hati siapa yang
dikehendaki-Nya.
Pada akhirnya Paulus, menggungkapkan dengan melihat semua itu, apakah
yang hendak kita katakan kepada Allah apakah Allah tidak adil ? dengan tegas
Paulus menyatakan Allah tetap adil (Ayat
14) Allah tetap adil. Dalam bagian selanjutnya Paulus membuktikan
bahwa pilihan Allah terutama tidak didasarkan pada sikap, tetapi pada
kemurahan-Nya (band. ayat 16, 18). Seandainya semua diadili sesuai perbuatan,
maka tidak ada yang layak dipilih (band. Roma 3:9-20, 23).[15]
Penegasan
otoritas Allah, oleh Paulus kepada orang Yahudi dan non Yahudi di Roma. Dengan
menggunakan orang-orang yang berpengaruh bagi orang Yahudi sendiri, dan orang
yang di hormati oleh orang Yahudi dalam sejarah perjanjian lama. Dimana Allah
berfirman tentang pilihan-Nya. Yang sekali lagi kami memaparkan bahwa pemilihan
itu tidak bergantung dari perbuatan manusia dalam usahnaya mencapai sebuah
perjanjian dengan Allah itu hanya dari Allah sendiri (Ayat 16).
Pada
ayat 17 itu adalah sebuah perbandingan, yang Paulus ingin perlihatkan kepada
orang Yahudi tentang kemurahan hati Allah dan murka Allah. Dimana Paulus
mengankat 2 aktor yang sangat berpengaruh dalam sejarah Israel. Musa dan
Firaun, dimana dua tokoh ini sama-sama seorang pembunuh, dengan perbedaan bahwa
Musa hamba dan Firaun Raja. Bagaimana Allah memilih Musa untuk membebaskan
bangsa Israel dari jajahan Mesir, sedangkan Firaun dipilih untuk menyatakan
kuasa Allah dengan kekerasan hatinya sendiri. Dimana peryatan tentang Firaun
adalah seorang raja yang keras, bagaimana Allah membiarkan kekerasan itu hanya
untuk menyatakan kemulianya.[16]
Dimana kita bisa melihat bahwa, dalam
hal ini Allah adalah adil dalam keputusanya yang tidak bisa diganggu gugat,
oleh pemikiran dan pola manusia. Pada ayat 14 sampai 17 adalah bagian dari
penekanan-penekanan Paulus akan kewibawan Allah. Dikarenakan
pertanyan-pertanyan yang muncul dari keberadaan pemilihan Allah. Kita bisa
melihat dari kata Paulus memperlihatkan dari kata evndei,xwmai (endeiknumi) yang berarti demonstrate, show, showing, shown. verb subjunctive aorist middle 1 person singular. Paulus menjelaskan dengan tegas, bahwa Allah dengan nyata
telah melakukan perbuatan kepada Firaun. Semua bangsa dan terkusus bangsa
Yahudi melihat kekuasan dan perbuatan Allah yang maha besar.
Pada bagian berikutnya kita bisa melihat 18 Jadi Ia menaruh belas kasihan
kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan Ia menegarkan hati siapa yang
dikehendaki-Nya. Pada Ayat 18 Paulus menujukan hak priogratif atau hak
mutlak Allah, dari pertayan orang romawai tentang keadilan dan pilihan Allah.
Dua bukti tentang pemilihan yang bersifat kasih dan murka Allah. Kita bisa
melihat pada bagian yang pertama pemilihan Allah kepada Musa. LAI mengartikan
dengan kata menaruh dengan kata dasar evleei eleeo
{el-eh-eh'-o} bisa diartikan to experience mercy (untuk mengalami kemurahan) dengan kata kerja verb indicative present active
3rd person singular. Mengidifikasikan
pemilihan Allah pada waktu itu dan sedang berlangsung secara aktif kepada orang
pilihan, jelas bahwa tidak ada indikasi bahwa manusia ikut andil dalam meneuntukan
pemilihan Allah. Bagian yang kedua dalam ayat 18 ini Paulus menjelaskan tentang
pemilihan Firaun, LAI memakai kata ‘menegarkan’
dari kata dasar sklhru,nw skleruno to render obstinate, untuk memandang keras kepala. Kami memilih
bagian ini menujukan bahwa pemilihan Allah kepada Firaun sama dengan pemilihan
Musa. Tetapi disini kita juga bisa mengerti bahwa Allah melihat dan memandang,
bagaimana Firaun adalah orang yang keras kepala. Yang tidak pernah mau berubah
kita bisa melihat dalam sejarah keluarnya bangsa Israel (Keluaran 7-9).[17]
Disini Paulus
menegaskan keadilan Allah dalam pemilihan. Bahwa tidak ada faktor yang dapat
membatasi Allah untuk menentukan pemilihan, tetapi Allah juga melihat bagaimana
Allah menujukan murkanya kepada Firaun, bahwa ia memang tidak mau berubah
sehingga Allah mengeraskan hati Firaun, dan menyatakan kuasa Allah memalui
kekerasan hati Firaun. Hal inilah yang ingin ditegaskan kepada
pendebat-pendebat Allah tentang keadilanya. Disini juga tercantum ajaran Paulus
tentang predestinasi ganda, hanya ajaran itu. Bukanlah rumus terakhir dan
terdalam mengenai cara Allah bertindak terhadap manusia.[18]
Ayat 19-21 Analogi Paulus tentang ciptaan
9:19 Sekarang kamu akan berkata kepadaku: "Jika demikian, apa lagi
yang masih disalahkan-Nya? Sebab siapa yang menentang kehendak-Nya?" 9:20
Siapakah kamu, hai manusia, maka kamu membantah Allah? Dapatkah yang dibentuk
berkata kepada yang membentuknya: "Mengapakah engkau membentuk aku
demikian?" 9:21 Apakah tukang periuk tidak mempunyai hak atas tanah
liatnya, untuk membuat dari gumpal yang sama suatu benda untuk dipakai guna
tujuan yang mulia dan suatu benda lain untuk dipakai guna tujuan yang biasa?
Ayat 19 penegasan dari
Paulus untuk kesesatan pikiran tentang keadilan dan pilihan Allah ? bagian yang
kedua adalah pertanyan litorik dari Paulus kepada pola pemikiran mereka denagan
kata ‘sebab siapa yang menantang mereka ?’ dari hal diatas Paulus ingin
meruntuhkan, dasar pemikiran mereka tentang cara Allah yang salah.
Ayat 20 Secara logis, kelompok kami
berpandangan bahwa analogi Paulus tentang pemilihan Allah, dengan menggunakan
bejana tidak terlalu tepat bagi manusia, kami beralasan bahwa manusia adalah
mahluk hidup yang bisa berpikir, tetapi kita jelas tahu bahwa bejana atau tanah
liat adalah benda mati, yang tidak bisa memiliki kehendak untuk protes.
Disinilah ketidak cocokan itu antara manusia dan tanah liat.[19]
Tetapi Paulus menggunakan analogi dengan bejana ini, karena orang Yahudi
mengerti bahwa tentang tanah liat telah diungkapkan oleh Nabi Yermia, karena
ini adalah Firman Allah kepada nabi Yermia tentang pembuat bejana. Paulus ingin
lebih membawa orang Yahudi untuk mengerti tentang benang merah rencana Allah,
melalui sejarah dan tulisan-tulisan nabi dalam perjanjian Lama.
Ayat 20 dan 21 ini Paulus ingin
mengantisipasi pembaca terhadap padangan ketidak adilan Allah. Dengan kata-kata
yang mengigatkan kepada sejarah Ayub, (Ayub 9:12, 40:2) Ia mempertanyakan
Apakah kita pantas mengajukan pertanyan semacam itu, (Rom 9:20), kemudian ia
kembali dengan mengutif perkatan Yesaya 29 : 16, 45:9. Dapatkah yang dibentuk
berkata kepada yang membentuknya mengapakah Engkau membentuk kami demikian
(20-21).[20]
Dengan demikian Paulus ingin menjawab tentang keberatan-keberatan yang muncul
tentang keadilan Allah, agar mereka tahu
bahwa apa yang dilakukan Allah, yang tidak kita jangkau bukan berarti
ketidakadilan Allah, dalam menyatakan sebuah keadila-Nya. Dengan ini Paulus memberikan kisah
sejarah Ayub agar mereka mengerti tentang cara Allah bagi umatNya.
D. Ayat 22-29 Kehendak dan Pilihan Allah
9:22
Jadi, kalau untuk menunjukkan murka-Nya dan menyatakan kuasa-Nya, Allah menaruh
kesabaran yang besar terhadap benda-benda kemurkaan-Nya, yang telah disiapkan
untuk kebinasaan 9:23 justru untuk menyatakan kekayaan kemuliaan-Nya atas
benda-benda belas kasihan-Nya yang telah dipersiapkan-Nya untuk kemuliaan, 9:24
yaitu kita, yang telah dipanggil-Nya bukan hanya dari antara orang Yahudi,
tetapi juga dari antara bangsa-bangsa lain, 9:25 seperti yang difirmankan-Nya
juga dalam kitab nabi Hosea: "Yang bukan umat-Ku akan Kusebut: umat-Ku dan
yang bukan kekasih: kekasih." 9:26 Dan di tempat, di mana akan dikatakan
kepada mereka: "Kamu ini bukanlah umat-Ku," di sana akan dikatakan
kepada mereka: "Anak-anak Allah yang hidup." 9:27 Dan Yesaya berseru
tentang Israel: "Sekalipun jumlah anak Israel seperti pasir di laut, namun
hanya sisanya akan diselamatkan. 9:28 Sebab apa yang telah difirmankan-Nya,
akan dilakukan Tuhan di atas bumi, sempurna dan segera." 9:29 Dan seperti
yang dikatakan Yesaya sebelumnya: "Seandainya Tuhan semesta alam tidak
meninggalkan pada kita keturunan, kita sudah menjadi seperti Sodom dan sama
seperti Gomora."
Ungkapan yang
diutarakan pada bagian ayat 22-29 ini adalah bagian apoleget Paulus dalam
mempertahankan tentang pemilihan Allah. Pada bagian ini Paulus lebih menekankan
tentang hak dan kuasa Allah, bagi manusia. Paulus dengan tegas dalam suratnya
tentang hak preogatif
Allah bagi manusia. Bahkan Paulus tidak memberikan hak sedikitpun kepada mereka
(orang yang menerima surat dan menentang) tentang hak Allah. Bahkan Paulus
karena kasih kita ada, coba jika Allah tidak mengasihi,
maka kita seperti sodom dan gomora yang dibinasakan tanpa sisa
kehidupan.
Kita bisa melihat perkatan
Paulus pada (ayat 22) kesabaran’ menggunakan kata makroqumi,a (makrothumia) Meaning: menggunakan
dengan bentuk noun dative (Keterangan) feminine singular yang dapat diartikan patience, steadfastness, endurance, “kesabaran, ketabahan, daya tahan, jika
kita simpulkan dari analisa teks ini, maka kita tahu bahwa Paulus ingin
menerangkan tentang kesabaran Allah. Kepada orang-orang yang dimurakai Allah. Kenapa
dikatakan sabar. Jelaslah bahwa Allah ! yang diungkapkan Paulus adalah Allah
yang kasih. Seperti penjelasan dari ayat-ayat sebelumya tentang kehidupan
Firaun dimana Allah tidak langsung memberikan satu hukuman kepada Firaun.
Tetapi Allah tetap memberikan kesabaranya untuk Firaun kembali, tetapi Firaun
tetep mengeraskan hati, maka Allah murka kepadanya, bukan hanya menerangkan
tentang kesabaran kepada Firaun tetapi juga menjelaskan secara jamak yang
ditujukan. Kepada orang-orang pilihan yang juga memberontak kepada Allah,
dengan pemberontakan mereka maka Allah akan menujukan kasih kepada orang-orang
yang telah dipilihnya.
Ayat 23 adalah peryatan dari
kesabaran Allah kepada orang-orang yang seharusnya cepat menerima murka Allah.
Dikatakan “justru untuk menyatakan
kekayaan kemuliaan-Nya’ Kesabaranya Allah kepada orang-orang yang melawan
Dia, semua itu hanya untuk menyatakan kekuasan dan kekayan akan kuasa-kuasa dan
kasih Allah yang besar bagi orang pilihan. Damana orang-orang pilihan Allah
dapat melihat betapa Allahnya umat pilihan adalah Allah yang besar dan
berkuasa. Paulus pada akhirnya memberikan titik berat akan jawabanya, kepada
kekuasan Allah kepada umat pilihan.
Hal ini ditegaskan oleh Paulus, agar
mereka tahu tentang tujuan akhir dari sebuah kesabaran Allah. Bagi benda-benda
kesayanganya dan benda-benda kemurkanya, tetapi kita juga harus melihat bagaimana
kesabaran Allah itu, harus lebih dahulu menyatakan jahatnya dosanya dan
pembrontakan Israel. Dalam hal ini menjelaskan bagaimana kita tahu bahwa
kesabaran Allah terlihat ketika ciptanya memberontak tetapi ia tetap mengasihi,
sehingga kemulian dan ke agungnya terlihat oleh manusia.[21]
Bahkan kata pemilihan dan murka Allah
bukan berarti Allah Murka dan membinasakan karena dari dirinya, tetapi kita juga
harus tahu bagaimana Allah tidak memilih dan tidak menakdirkan manusia untuk
kemurkan dan kebinasan, dan maut. Tetapi manusia itu sendiri yang memilih
kemurkanya sendiri dan bukan belas kasihan, murka dan mautlah yang menimpa
mereka, karena mereka menolak satu-satunya jalan kemurahan dan kehiduapan.[22]
Pada Ayat 24 Paulus melanjutkan
tentang peryatan kekuasan Allah yang ditujukan kepada orang-orang pilihan.
Dengan menjelaskan siapa itu orang pilihan atau orang yang di panggil. “Paulus
menegaskan dengan kata bukan hanya orang
Yahudi tetapi dari bangsa-bangsa lain. penjelasan secara jamak yang tentang panggilan ini.
Menitik beratkan kepada penerima surat di Roma bukan orang Yahudi saja, agar
mereka mengerti tentang keistimewan mereka dalam pemilihan Allah.[23]
Bahkan
juga Paulus menekankan tentang keistimewan panggilan mereka, dalam (ayat 25-26)
dengan meggutif tulisan nabi Hosea tentang pemilihan diluar Israel (Hosea
1:10,). Dimana dijelaskan bahwa Allah akan memilih
bangsa-bangsa lain menjadi orang-orang pilihanya, denagan menjadikan mereaka
umat-umat Allah. Itulah bentuk penegguhan Paulus akan keistimawan panggilan orang-orang
bukan Yahudi. Hal ini juga dapat dikatakan tentang pemulihan akan umat pilihan
dimana Allah memperbaharui pilihanya.[24]
Di dalam
penegasan selanjutnya dimana Paulus,
mengutarakan kembali bagaimana pemilihan Allah yang beralih kepada
bangsa-bangsa lain. dikarenakan kedegilan umat pilihan. Hal ini ditegaskan oleh
Paulus dengan mengutif (Yesaya
10:22-23). Dikatakan “hanya sisanya yang diselamatkan, hal ini menujuk kepada
umat pilihan yang mau meresponi tentang panggilan dan pemilihan Allah bagi
dirinya.
Ditegaskan kembali
oleh Paulus tentang semua firman Allah (Ayat 28) bahwa semua firman Allah akan
digenapi kita bisa melihat LAI memakai
kata dilakukan. Dalam terjemahan aslinya memakai kata( sunteleo) sunte,mnwn verb participle present active nominative masculine
singular diartikan cut short, shorten, limit ‘yang diperpendek,
memendekkan, membatasi’ dimana firman Allah akan digenapi sesegera mugkin
setiap apa yang difirmankan. Dimana hal itu menujukan kata kerja aktif. Menujuk
kepada suatu pekerjaan yang sekarang dilakukan oleh Allah.
Pada akhir
penjelasan Paulus, di (Ayat 29) Paulus menekankan kembali tentang kasih Allah
kepada orang Yahudi hal ini terlihat dari kutipan Paulus ‘"Seandainya Tuhan
semesta alam tidak meninggalkan pada kita keturunan, (Yesaya
1:9) menujukan tentang kebangsan yang sama dengan pengutif kalimat baik Paulus
dan Yesaya. Bahwa kasih karunia Allah tentang pilihan kepada umat Yahudi yang
meresponi panggilanNya. Paulus mencoba merifiyou kembali tentang cerita murka
Allah terhadap sodom dan Gomara yang diungkapkan oleh Yesaya. (Kejadian 19:28)
dimana semua hal musnah tidak ada yang tersisa. Dimana penduduk asli sodom dan
Gomora musnah tidak ada yang hidup untuk melanjutkan keturunan dari penduduk
itu.[25]
Tetapi tidak dengan bangsa Yahudi dimana
Allah tetap memberikan kepada umat pilihan kesempatan-kesempatan akan janji dan
pemenuhan atas pilihan Allah kepada mereka. Dimana kesempatan itu diberikan
kepada umat Allah yang mau meresponi pilihan Allah, itu sendiri. Kita bisa
melihat bagaimana Paulus sangat detil memberikan penjelasan-penjelasan kepada
pembaca surat Roma akan keberatan-keberatan mereka atas pilihan Allah kepada
umatnya.
BAB IV
KESIMPULAN
Dari semua yang telah kelompok
paparkan, maka kami mengambil satu kesimpulan bahwa, Rasul Paulus berusaha
menjelaskan akan pemilihan Allah atas mereka dimana Allah memilih keturunan
mereka untuk melahirkan Sang Mesias yang akan menebus semua dosa manusia atau
dengan kata lain Paulus memberikan
penjelasan tentang benang merah dari arti janji yang
sesungguhnya dimana Paulus ingin agar kaum Yahudi yang ada di Roma
menjadari tentang keberadan mereka, bahwa mereka telah dilahirkan dari
keturunan Ishak bahkan Paulus
juga menjelaskan dan menegaskan kepada mereka bahwa keselamatan bukan didapat
atau diperoleh kerena usaha kita tetapi itu semua hanya didapat melalui
kematian Yesus Kristus yang telah mati itu. Allah tidak pernah mengingkari
janji-Nya dan Ia telah menggenapi-Nya dengan kedatangan Mesias yang akan
membawa orang-orang yang telah dipilih-Nya untuk datang kepada Allah.
Pada akhir
katanya, Ia menegaskan sekali lagi bahwa karena Kasih Allah yang sangat besar
itu kepada manusia atau umat-Nya maka Ia relah memberikan Anak-Nya yang Tunggal
untuk menebusa dosa kita semua umat manusia dan bagi mereka yang percaya
kepada-Nya akan diselamatkan.
Makna Teologis
Makna teologis dari hal ini
adalah ketika kita percaya kepada Yesus Kristus yang telah mati diatas kayu
salib maka kita diselamatkan dan bukan karena perbuatan baik kita atau
kehebatan kita tetapi semuanya itu hanya karena kasih Allah semata-mata bagi
kita. Jadi, jangan pernah kita berbangga hati atas diri kita tetapi kita harus
bangga memiliki Allah yang sangat luar biasa mengasihi kita dan Ia mau
menyelamatkan kita dari hukuman maut.
DAFTAR PUSTAKA
Barclay
William,
1986 Pemahaman
Alkitan Setiap Hari, Jakarta : Gunung Mulia.
Barclay William,
2003 Surat Roma pemahaman Alkitab Sehari-hari, Jakarta
: BPK Gunung Mulia.
Brauch T.Mafred,
2003 Ucapan Paulus Yang Sulit, Malang : Seminari Alkitab Asia Tengara.
Carlson G. Raymond,
1978 Surat Roma, Malang : Gandum Mas.
End Den Th. Van,
1995 Tafsiran Surat Roma Jakarta : BPK Gunung Mulia.
Hagelberg Dave,
2000 Tafsiran Roma dari bahasa Yunani, Bandung : Yayasan Kalam hidup.
Linde Der S. Van,
1966 Tafsiran Roma, Bogor:
Badan penerbit Kristen.
Jaffray R. A,
1964 Tafsiran Surat Roma, Makasar : Kalam Hidup.
Marjan Muhamad Majdi,
1990 Isa Manusia apa Bukan, Jakarta : Gema Insani Preess.
Raymond
Carlson,
1978 Surat Roma, Malang : Gandum Mas.
Tasmara K. H. Toto,
2010 Yahudi Mengapa Mereka Berprestasi Jakarta : Publising Sinergi.
Tuluan
Ola, Introduksi PB,
1999 Batu; Departemen Literatur YPPII.
Wiersbe W.Warren,
1996 Benar di dalam Kristus Bandung : Yayasan Kalam Hidup.
[11] Tetapi Van menggungkapkan dalam bahasa Yunani
oukh hoion hoti kurang lajim, karena merupakan gabungan dua ungkapan (oukh
hoion dan oukh hoti) yang dua-duanya berarti : ‘bukanya’ ‘ukan seolah-olah’.
Kita dapat menertejemahkan ‘apa yang tadi aku katakan’ mengenai kesedihanku
demi sodar-sodaraku orang Yahudi tidak boleh ditafsirkan seakan-akan firman
Allah telah gagal, maka terjemahan LAI, “tidak mugkin” kurang tepat lebih tepat
IKG ‘bukanya seolah-olah firman Allah sudah gagal Th. Van Den End 425) .
0 komentar:
Posting Komentar