Kamis, 16 Mei 2013

EKSPOSISI MATIUS 12:38-42

BAB I

PENDAHULUAN
      Konteks Sebelum
Dalam adat Yahudi hari Sabat merupakan hari yang sakral bagi mereka, dimana sama sekali tidak boleh melakukan aktivitas apapun.  Banyak hal yang tidak boleh dilakukan pada hari Sabat dan itu merupakan ketentuan atau ketetapan. Bagaimana dengan Yesus? Bukankah Dia merupakan keturunan Yahudi? Tetapi Dia melakukan aktivitas pada hari Sabat. Sehingga apa yang Dia lakukan pada saat itu menjadi titik tolak  permasalahan bagi ahli Taurat dan orang Farisi. Ahli Taurat merupakan suatu golongan “ahli-ahli dalam keagamaan”. Orang Farisi ialah orang-orang fanatik agama. Ahli Taurat dan orang Farisi memiliki persamaan dimana mereka sama-sama memisahkan diri dan hal mencari kesucian dengan cara menjalankan secara harafiah baik Taurat yang tertulis maupun yang lisan adalah tujuan hidup yang paling utama.[1] Apa yang  dilakukan Yesus pada saat itu merupakan salah satu alasan mereka untuk mencari-cari kesalahan Yesus. Apa yang Yesus lakukan, sehingga orang Farisi mempersalahkan Yesus? Kita dapat melihat dalam teks sebelumnya: (ayat 1-8) Yesus mengizinkan murid-murid-Nya memetik gandum pada hari Sabat, (ayat 9-15a) Yesus menyembuhkan orang pada hari Sabat, dan (ayat 22-37) Yesus mengusir setan dari orang buta dan bisu.Kejadian terakhir inilah yaitu Yesus  mengusir setan menjadi latar belakang mereka meminta tanda kepada Yesus untuk dapat memastikan  bahwa Ia benar-benar Anak Daud. Sebab dalam ayat 23 dijelaskan bahwa orang-orang yang melihat tindakan Yesus takjub dan berkata “Ia ini agaknya Anak Daud”. 
  Konteks Sesudah
            Ayat selanjutnya dari perikop ini (43-45) jelas memiliki kaitan yang erat, yaitu masih berhubungan. Dimana dalam ayat selanjutnya menceritakan akan jawaban Yesus kembali kepada ahli Taurat dan orang Farisi dengan memberi perumpamaan yang menggambarkan bagaimana roh jahat merasuki tubuh manusia.
                           BAB II                          
ISI
Garis Besar :
Dalam bagian ini, ada 3 hal yang akan menjadi pembahasan dalam Matius 12:38-42 yaitu mengenai permintaan dan tanda yang diberikan Yesus kepada ahli Taurat dan orang Farisim, yaitu;
I.                   Permintaan orang Farisi dan ahli Taurat kepada Yesus (ayat 38)
II.                Jawaban Yesus terhadap permintaan orang Farisi dan ahli-ahli Taurat (ayat 39-40)
III.              Penjelasan Yesus mengenai tanda Yunus (ayat 41-42)
Dalam perikop ini menceritakan akan orang Yahudi yaitu ahli Taurat dan orang Farisi yang menghendaki suatu tanda dari Yesus. Hal ini merupakan salah satu ciri khas dari mereka, dimana mereka meminta tanda dari orang yang menganggap dirinya sebagai utusan Allah, seperti halnya kepada Yesus.
Ahli Taurat dalam bahasa Ibrani disebut “Sopherim” dan dalam bahasa Yunani ada beberapa istilah: “gramateis” = siswa sekolah Alkitab; “nomokoi” = siswa Hukum Taurat; “ahli Hukum” (Matius 22:35, Lukas 7:30, 10:25,11:45, 52, 14:3). Mereka juga disebut “nomodidaskaloi” = guru-guru Hukum Taurat (guru-guru besar atau doktor-doktor Hukum Taurat). Munculnya ahli-ahli Taurat setelah pembuangan ke Babel.  Zaman Ezra ahli-ahli Taurat mempunyai kedudukan yang penting dan sangat berjasa dalam pembaharuan bangsa Yahudi. Tetapi setelah zaman Perjanjian Lama hidup rohani ahli-ahli Taurat semakin merosot, disebabkan karena kekuasaan mereka mulai meningkat.
Golongan orang Farisi adalah kelompok yang terbesar pengaruhnya dalam periode Perjanjian Baru. Nama Farisi berasal dari kata “parash”, yang berarti “memisahkan”. Mereka adalah golongan separatis, atau puritan dan Yudaisme. Mereka memisahkan diri dari segala bentuk sekularisme dan hal-hal yang dianggap jahat agar dapat tetap mempertahankan ketaatan dan moral kepada Hukum Taurat. Golongan ini muncul setelah berakhirnya gerakan Makabe, dan pada tahun 135 Sebelum Masehi, golongan ini telah terorganisir dengan baik. mereka berpegang teguh pada Hukum Taurat dan kitab para Nabi[2]. Adapun ciri-ciri pengajaran orang Farisi, yaitu;[3]
·         Kejatuhan ke dalam dosa tidak dianggap hal yang serius dan radikal. Meskipun mereka mengatakan bahwa manusia telah jatuh ke dalam dosa, masih ada unsure yang baik di dalam tiap-tiap manusia. Dimana unsur itu wajib mereka kembangkan sehingga berkenan kepada Allah.
·         Menurut orang Farisi manusia tidak perlu dilahirkan kembali. Dianggap cukup bilamana tingkah lakunya makin baik akibat ketaatan kepada Hukum Taurat, asal dia berusaha sekuat tenaga untuk menggenapi Hukum Taurat. Kalau dia tidak berhasil maka Allah akan mengampuninya (Lukas 18:9-14).
·         Mereka percaya akan adanya malaikata-malaikat dan bahwa jiwa manusia tidak akan mati, yaitu mereka percaya akan kebangkitan orang mati. Mereka juga percaya bahwa tiap-tiap manusia akan di hukum menurutperbuatannya. Orang-orang Saduki menolak hal itu.
Meskipun jumlah orang Farisi tidak begitu besar (6000 jiwa pada waktu Yesus lahir), mereka mempunyai pengaruh yang besar. Mereka sangat mmpengaruhi aliran Talmud sesudah tahun 70 A.D.
 A.    Permintaan orang Farisi dan ahli Taurat kepada Yesus (ayat 38)
            Dalam ayat 38 “Pada waktu itu berkatalah beberapa ahli Taurat dan orang Farisi kepada Yesus: "Guru, kami ingin melihat suatu tanda dari pada-Mu”. Ini merupakan ceritera akan reaksi dari ahli Taurat dan orang Farisi akan pengabaran dan perbuatan-perbuatan Yesus. Dalam hal ini orang Farisi hendak meminta tanda, karena tanda-tanda yang telah diperbuat Yesus sebelumnya tidak meyakinkan mereka.
Dalam memulai akan permintaan mereka, sebelumnya ahli Taurat dan orang Farisi menyapa Yesus sebagai Guru. Sapaan yang mereka lakukan merupakan sapaan yang halus dan sopan, namun sapaan itu hanyalah pura-pura saja dimana sapaan itu sebenarnya merupakan suatu penghinaan yang mereka lakukan secara tidak langsung kepada Yesus. Kata Ibrani rav berarti ‘besar’ dipakai  sebagai kehormatan. Dalam Perjanjian Baru kata Yunani belum terbatas pada guru resmi, masih gelar kehormatan yang dikenakan sekali pada Yohanes Pembaptis dan dua belas kali pada Tuhan Yesus.[4] Sapaan yang mereka lakuakan tersebut dapat saya artikan bahwa mereka ingin mencari perhatian kepada Yesus, sehingga Yesus sudi memberi tanda bagi mereka dan dalam hal ini sangat terlihat akan niat busuk dari orang Farisi yang ingin mencari kesalahan Yesus. Orang yang memanggil Yesus Guru belum tentu ia adalah murid Yesus.
Dalam ayat 38 terdapat kata melihat dalam bahasa aslinya menggunakan kata ivdei/n (verb infinitive aorist active) dari kata dasar o`ra,w artinya melihat, memperhatikan,  mengalami. Ini berarti bahwa ahli Taurat dan orang Farisi bukan hanya ingin melihat, tetapi ingin mengalami tanda dari Yesus secara langsung dihadapan mereka, agar dapat meyakini mereka. Dalam hal tujuan orang Farisi meminta tanda tersebut selain untuk meyakini mereka namun juga agar Yesus dapat membuktikan kepada mereka akan misi Ilahi-Nya dengan mengadakan tanda.[5] Dalam New American Comentary dikatakan “they wanted to see a less ambiguous miracle that could come only from God” yang artinya mereka ingin melihat langsung keajaiban itu dari Tuhan sendiri.[6] Jadi mereka ingin sungguh-sungguh keajaiban itu terjadi dihadapan mereka. Tetapi atas tuntutan mereka ini Yesus tidak memberi dan tidak memperlihatkan kepada mereka akan tanda yang mereka inginkan karena Yesus sebelumya telah banyak melakukan tanda-tanda yang menunjukkan bahwa Dia benar Anak Allah.
B.     Jawaban Yesus terhadap permintaan ahli Taurat dan orang Farisi (ayat 39)
            Ayat 39 merupakan jawaban Yesus akan permintaan dari ahli Taurat dan orang Farisi. Yesus tidak secara langsung memberikan atau tidak mengabulkan permintaan mereka. Namun dalam ayat ini Yesus menyebut mereka sebagai angkatan yang jahat dan tidak setia. Dalam kalimat sini, timbul pertanyaan, mengapa Tuhan Yesus menyebut mereka sebagai angkatan yang jahat dan tidak setia ? “angkatan” dalam bahasa Yunani adalah Genea. (noun nominative feminine singular)  dari kata dasar genea, yang berarti keturunan, sesama, generasi. “Yang jahat” dalam bahasa Yunani adalah ponhra. (adjective normal nominative feminine singular no degree) dari kata dasar ponhro,j  yang berarti jahat, buruk, yang bersalah. Kata “setia” dalam bahasa Yunani adalah moicali.j (adjektif feminin nominative no degree) dari kata dasar “moikhalis” yang berarti “yang berzinah”. Jadi dapat disimpulkan bahwa ahli Taurat dan orang Farisi adalah keturunan yang jahat dan yang berzinah. Demikian halnya sama akan pemaparan dari Mathew Henry akan tafsirannya dimana ia mengatakan bahwa  mereka merupakan penerus dari kejahatan. Sifat ahli Taurat dan orang Farisi yang jahat itu menggambarkan bahwa mereka adalah orang yang suka menggeraskan hati dan suka merancangkan kejahatan. Dalam buku William ahli Taurat dan orang Farisi dikatakan “they were surely an evil and adulterous generation” yaitu mereka (ahli Taurat dan orang Farisi) sungguh pasti adalah jahat dan generasi berzinah .[7]
            Orang Farisi yang tidak setia ini seperti keturunan pezinah, keadaan mereka yang begitu menyedihkan, sampai melangkah jauh dari iman dan ketaatan nenek moyang mereka, sehingga Abraham dan Israel pun tidak mau mengakui mereka lagi (Yes. 53:3). Ataupun seperti istri yang berzinah, mereka meninggalkan Allah yang dengan-Nya mereka mengikat diri dalam pernikahan. Mereka tidak bersalah atas pelacuran penyembahan berhala, seperti mereka lakukan sebelumnya pada masa pembuangan, melainkan bersalah atas ketidaksetiaan dan atas segala kejahatan, dan ini pun merupakan pelacuran. Mencari tanda-tanda atas keinginan sendiri merupakan perzinahan. Kata tidak setia arti lainnya ialah menjadi murtad. Dibaliknya ada suatu gambaran profetis Perjanjian Lama yaitu hubungan antara Israel dan Allah dipandang sebagai suatu ikatan perkawinan, yaitu Allah dipandang sebagai suami dan Israel sebagai mempelai perempuannya. Karena itu ketika Israel tidak setia dan memberikan cintanya kepada ilah-ilah lain, bangsa itu dikatakan berzinah dan melacur dengan ilah-ilah asing.[8] Demikian halnya ahli Taurat dan orang Farisi.
            Kata ‘menuntut’ dalam bahasa Yunani adalah “epizetei” (v3 plural present indikatif aktif) dari kata dasar “epizeteo” yang berarti mencari, ingin, berusaha keras mencari tanda. Jadi dapat disimpulkan bahwa ahli Taurat dan orang Farisi sedang dan terus menerus berusaha keras mencari tanda. Namun dalam tindakan mereka yang demikian, tidak mengahasilkan apa-apa dari Yesus sendiri. Dengan kata lain Yesus tidak memberi tanda yang baru bagi mereka, melainkan Yesus memberi tanda yang sudah pernah ada yaitu tanda Yunus (ayat 40). Tanda Yunus yang Yesus berikan mempunyai makna yaitu mengenai kematian dan kebangkitan Yesus. Nabi Yunus “tinggal” dalam perut ikan. Kata tinggal dalam bahasa Yunani “en (V3 imperfek aktif indikatif) dari kata dasar “eimi yang berarti berada dari akar kata berarti ada, adalah, berada, terdapat, tinggal, terjadi, menjadi, mungkin, melambangkan, sama seperti. Jadi Yunus ada di dalam perut ikan.
C.    Penjelasan Yesus mengenai tanda Yunus (ayat 40-42)
Ayat 40-42 bagian ini Yesus menceriterakan bagaimana Yunus di dalam perut ikan yang berada di dalam perut ikan selama tiga hari tiga malam dan juga keadaan angkatan yang jahat itu (ahli Taurat dan orang Farisi). Adapun makna dari 3 hari 3 malam;[9]
1.      Waktu pada saat penciptaan.
Kejadian 1:5 Dan Allah menamai terang itu siang, dan gelap itu malam. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari pertama. Dari sini di dapat bahwa 1 terang dan 1 gelap sama dengan 1 hari, bisa saja 24 jam, yang artinya bisa saja 3 hari sama dengan 72 jam dan seterusnya terang dan gelap ini akan digunakan. Terang bisa juga diartikan pada keadaan ada cahaya. Sesuai tradisi Yahudi jam dimulai pada jam 6 pagi. Jam 6 pagi sampai jam 6 sore saya sebut terang , dan selebihnya 6 sore ke 6 pagi besoknya disebut gelap. Perlu dicatat juga. TUHAN menciptakan alam semesta 6 hari lamanya (Keluaran 31:17, tetapi sangat jelas kita ketahui TUHAN melakukan penciptaan hanya pada TERANG saja, bukan pada saat GELAP. Artinya 6 hari bukan perkara 6 x 24 jam, tetapi kuantitas 6 x 1 hari saja.
2.       Waktu pada saat Musa dan Israel dipanggil.
Keluaran 19:10-11 Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: “Pergilah kepada bangsa itu; suruhlah mereka menguduskan diri pada hari ini dan besok, dan mereka harus mencuci pakaiannya. Menjelang hari ketiga mereka harus bersiap, sebab pada hari ketiga TUHAN akan turun di depan mata seluruh bangsa itu di gunung Sinai. Misalnya, hari penulisan makalah ini adalah hari Rabu, maka kita akan mencoba mengapplikasikannya ke kutipan ayat diatas sebagai berikut:….suruhlah mereka menguduskan diri pada hari ini (Rabu) dan besok (Kamis), …sebab pada hari ketiga (Jumat)….” perhatikan gambar berikut:http://hakadosh.files.wordpress.com/2010/01/3-hari.jpg?w=500&h=123
TUHAN berfirman pada saat terang di hari Rabu, dan pada hari terang di hari Jumat sudah bertemu dengan TUHAN artinya 3 hari sama dengan 3 terang yang tidak penuh dan 2 gelap yang penuh, tetapi masih tetap 3 hari yaitu Rabu, Kamis dan Jumat, dan kurang dari 72 jam.
3.      Waktu Daud bertemu seorang Mesir
I Samuel 30:11-13 Kemudian mereka menemui seorang Mesir di padang lalu membawanya kepada Daud. Mereka memberi dia roti, lalu makanlah ia, kemudian mereka memberi dia minum air, dan memberikan kepadanya sepotong kue ara dan dua buah kue kismis, dan setelah dimakannya, ia segar kembali, sebab ia tidak makan dan minum selama tiga hari tiga malam. Kemudian bertanyalah Daud kepadanya: “Budak siapakah engkau dan dari manakah engkau?” Jawabnya: “Aku ini seorang pemuda Mesir, budak kepunyaan seorang Amalek. Tuanku meninggalkan aku, karena tiga hari yang lalu aku jatuh sakit.
http://hakadosh.files.wordpress.com/2010/01/4-hari.jpg?w=500&h=94
Gambar menjelaskan bisa saja si Mesir ini berbicara kepada Daud pada hari Sabtu (yang menjadikan 3 hari penuh dan bercerita di hari ke 4) atau pada hari Jumat (yang menjadikan
tidak 3 hari penuh), dan semuanya disebut 3 hari. 3 hari sama dengan 3 hari 3 malam, sesuai narasi bisa saja lebih dari 72 jam atau malah kurang dari 72 jam.
d. Waktu pada saat Ester dan Yahudi berpuasa.
Ester 4:15-16 dan Ester 5:1 Maka Ester menyuruh menyampaikan jawab ini kepada Mordekhai:”Pergilah, kumpulkanlah semua orang Yahudi yang terdapat di Susan dan berpuasalah untuk aku; janganlah makan dan janganlah minum tiga hari lamanya, baik waktu malam, baik waktu siang. Aku serta dayang-dayangkupun akan berpuasa demikian, dan kemudian aku akan masuk menghadap raja, sungguhpun berlawanan dengan undang-undang; kalau terpaksa aku mati, biarlah aku mati.”…Pada hari yang ketiga Ester mengenakan pakaian ratu, lalu berdirilah ia di pelataran dalam istana raja, tepat di depan istana raja. Raja bersemayam di atas takhta kerajaan di dalam istana, berhadapan dengan pintu istana itu. 3 hari sama dengan 3 malam dan 3 siang, tetapi pada hari ketiga Ester sudah menemui raja, artinya kurang dari 72 jam.
Dari uraian analisa Perjanjianj Lama di atas di dapat, bahwa 3 hari 3 malam bukan mengartikan tentang rentang jam, tetapi lebih ke arti bahasa yaitu 3 hari, baik penuh maupun tidak penuh. Pertanyaannya adalah apakah metode ini masih dipakai pada jaman Yesus? Kita bandingan dua nats ini; Matius 12:40 Sebab seperti Yunus tinggal di dalam perut ikan tiga hari tiga malam, demikian juga Anak Manusia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam. Matius 16:21 Sejak waktu itu Yesus mulai menyatakan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga. Matius 17:23 dan mereka akan membunuh Dia dan pada hari ketiga Ia akan dibangkitkan.” Maka hati murid-murid-Nya itupun sedih sekali. Matius 20:19 Dan mereka akan menyerahkan Dia kepada bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, supaya Ia diolok-olokkan, disesah dan disalibkan, dan pada hari ketiga Ia akan dibangkitkan. Matius 27:63.. dan mereka berkata: “Tuan, kami ingat, bahwa si penyesat itu sewaktu hidup-Nya berkata: Sesudah tiga hari Aku akan bangkit.
Dari bagian nats tersebut dapat disimpulkan bahwa metode tersebut masih digunakan pada zaman Yesus. Artinya 3 hari 3 malam bukan menjelaskan tentang kuantitas jam tetapi kuantitas hari yang setara dengan 3 hari (baik penuh maupun tidak penuh). Bandingkan grafik pada Keluaran 19:10 di atas dengan Lukas 13:32 Yesus menjawab, “Pergilah beritahukan kepada orang yang tak berguna itu, ‘Hari ini dan besok Aku mengusir roh jahat dan menyembuhkan orang sakit, tetapi pada hari ketiga, Aku akan menyelesaikan pekerjaan-Ku.……Hari ini (Rabu) dan besok (Kamis) Aku mengusir roh jahat …..,tetapi pada hari ketiga (Jumat)…”.
http://hakadosh.files.wordpress.com/2010/01/3-hari.jpg?w=500&h=123
Perhatikan tabel berikut ini:
Keterangan 1
Keterangan 2 = Keterangan 1
…empat puluh hari empat puluh malam (Kejadian 7:4, 12)
=…empat puluh hari (Kejadian 7:17, 8:6, 50:3)
…pagi dan petang (1 Samuel 17:16)
=…1 hari (1 Samuel 17:16)
…40 hari 40 malam (Matius 4:2)
=…40 hari (Markus 1:13, Lukas 4:2)
Kesimpulan:
Yesus mati 3 hari 3 malam yang setara dengan 3 hari. 3 hari bukan makna literal 72 jam, tetapi makna tradisi yang setara dengan, sesuai contoh, Rabu, Kamis, Jumat (3 hari).
http://hakadosh.files.wordpress.com/2010/01/3-hari-1.jpg?w=500&h=123
Yesus bangkit pada hari pertama (Matius 28:1, Markus 16:2,9, Lukas 24:1, Yohanes 20:1), Minggu, artinya Yesus disalib dan mati pada hari Jumat. Ingat pada hari Jumat itu ada 3 jam
. Kegelapan sebelum Yesus mati. Dalam sense Yahudi,
a. 1 hari dimulai/dihitung dari sore jam 6 sampai jam 6 sore di hari berikutnya,
b. suatu jam disebutkan bukan jam 1 atau jam 2, kardinal, melainkan jam ke 1, jam ke 2, urutan, ordinal
maka grafiknya menjadi demikian:
http://hakadosh.files.wordpress.com/2010/01/3-hari2.jpg?w=502&h=122
Dalam peristiwa lahir, mati dan bangkit, hanya kebangkitan yang disebutkan hari pertama, yaitu Minggu, yang lainnya tidak, itu mengindikasikan betapa pentingnya kebangkitan YESUS. Dari grafik total menjadi 3 hari.
Dalam ayat ini juga Yesus mengambil kesempatan untuk menggambarkan keadaaan yang menyedihkan bagi angkatan yang pada waktu itu hidup, suatu angkatan yang tidak mau diperbaharui. Oleh sebab itu harus dihancurkan. Yesus juga menggambarkan keadaan mereka yang sebenarnya akan terlihat pada hari penghakiman nanti. Kata penghakiman dalam bahasa Yunani kri,sei (noun-dative feminin singular common dari akar kata kri,sij yang artinya menghakimi, menghukum, berlaku seperti hakim, memerintah. Jadi hukuman-hukuman kekal akan diberikan kepada mereka.
            Dalam ayat 41 Yesus menggambarkan orang-orang Yahudi sebagai angkatan yang akan dihukum oleh orang-orang Niniwe. Pertobatan dari Niniwe terjadi setelah mereka mendengar pemberitaan Yunus yang akan bangkit melawan orang-orang Yahudi pada hari penghakiman (ayat 41). Kebangkitan Yesus akan menjadi tanda Nabi Yunus bagi mereka, namun tanda itu tidak akan membawa dampak yang membahagiakan kepada mereka seperti halnya pemberitaan Yunus kepada orang Niniwe. Sebab dengan pemberitaan Yunus orang Niniwe menjadi bertobat dan terhindar dari kehancuran, sedangkan orang-orang Yahudi tetap bersikeras dan tidak percaya dan itu akan mempercepat kehancuran mereka. Pada hari penghakiman nanti, pertobatan orang-orang Niniwe akan disebutkan sebagai suatu hal yang akan semakin memperberat dosa orang-orang Yahudi itu, dan karenanya akan menghukum baik orang-orang yang diInjili Yesus pada waktu itu maupun orang-orang yang diInjili Yesus pada saat ini, sebab Yesus lebih besar dari Yunus. Yunus hanyalah seorang manusia biasa yang tunduk kepad hawa nafsu, hawa nafsu yang berdosa, sedangkan Yesus adalah Anak Allah. Yunus hanya memberitakan khotbah yang singkat, tidak dengan suatu kesungguhan yang besar, melainkan sambil lalu saja ketika ia melewati jalan-jalan. Tetapi Yesus terus menerus memanggil mengajar. Yunus tidak mengadakan mujizat tetapi Yesus mengadakan mujizat.Orang-orang Niniwe bertobat setelah pemberitaan Yunus, sedangkan orang-orang Yahudi tidak tersentuh sedikit pun oleh pengajaran Yesus.[10]
            Ayat 42 ”Pada waktu penghakiman, ratu dari Selatan itu akan bangkit bersama angkatan ini dan ia akan menghukumnya juga . Sebab ratu ini datang dari ujung bumi untuk mendengar hikmat Salomo dan sesungguhnya yang ada disini lebih dari pada Salomo”. Ayat ini menjelaskan orang-orang Niniwe yang akan mempermalukan mereka karena mereka tidak bertobat, serta Ratu Syeba akan mempermalukan mereka karena mereka tidak percaya kepada Yesus. Mengapa orang-orang Niniwe dan Ratu Syeba yang ikut untuk menghukum mereka? Karena orang-orang Niniwe dan Ratu Syeba telah bertobat ketika penyampaian khotbah yang disampaikan oleh Yunus. Kata bertobat (ayat 41).
Dalam bahasa Yunani “metenoesan” (v3   plural aorist indikatif aktif) dari kata dasar “metanoeo” yang artinya mengubah dalam rupa, mengubah. Jadi orang Niniwe dan Ratu Selatan telah satu kali bertobat ketika mendengar khotbah Yunus dan tidak muluk-muluk. Kata menghukumnya (ayat 42) dalam bahasa Yunani “katakrinei (V3 singular future indikatif aktif) dari kata dasar “katakrino” yang berarti akan menghukumnya.  Jadi, orang Niniwe dan Ratu syeba pasti akan ikut untuk menghukum mereka. Orang Niniwe dan ratu Syeba datang dari jauh untuk mendengarkan hikmat Salomo, sedangkan orang-orang Yahudi tidak mau datang dan mendengar akan hikmat Yesus, meskipun Dia dalam segala hal melebihi Salomo. Dapat dilihat dari kata “lebih dari pada”dalam bahasa Yunani plei/on (adjective-normal accusative neuter tunggal comparative) dari kata dasar polu,j yang artinya banyak ,besar, kuat, hebat, sungguh-sungguh, dengan keras. Jadi, Yesus lebih hebat dari pada Salomo. Adapun hal yang membedakan Yesus dengan Salomo dan juga mengenai Ratu Syeba[11]; Salomo hanyalah orang berhikmat, sedangkan Yesus adalah hikmat itu sendiri, di dalam dialah tersembunyi segala harta hikmat. Ratu Syeba adalah seorang wanita. Ratu dalam bahasa Yunani asi,lissa  (noun nominatif feminin singular common) dari kata dasar basi,lissa yang berarti “ratu”. Ketika itu Ratu Syeba harus melalui banyak kesulitan untuk menemui Salomo karena dia seorang wanita dia tidak mungkin melakukan perjalanan jauh dan berbahaya. Apalagi dia seorang ratu. Dalam hal ini bisa saja Ratu Syeba tidak menyadari akan perjalanan yang jauh ini akan berharga baginya atau tidak. Namun, kerena keinginannya untuk mendengarkan hikmat Salomo dan telah mendengar akan kemahsyuran Salomo membuat Ratu Syeba datang untuk menemuinya. Ratu Syeba datang hanya untuk mendengarkan hikmat dari Salomo. Hikmat yang dicari Ratu Syeba kemungkinan adalah hikmat yang berupa filsafat dan masalah pemerintahan. Berbeda halnya dengan ahli Taurat dan orang Farisi dimana mereka tidak mau percaya kepada Yesus padahal Yesus ada ditengah-tengah mereka.
 BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dalam pembahasan saya dalam Injil Matius 12:38-42 dapat saya simpulkan bahwa bagian ini menceritakan tentang ahli Taurat dan orang Fari yang hendak memint mengenai tanda kepada Yesus. Mereka menginginkan tanda dari Yesus secara langsung terjadi dihadapan mereka. Tetapi permintaan dari ahli Taurat dan orang Farisi tersebut tidak dikabulkan oleh Yesus, karena mereka memiliki motivasi yang tidak baik yaitu ingin mencobai Yesus.
B.     Aplikasi
Yesus Kristus selalu mendengarkan dan menjawab keinginan-keinginan serta doa yang kudus, namun ia tidak pernah mau memuaskan hawa nafsu dan tindakan-tindakan yang jahat. Jika orang salah meminta, maka tidak akan diberi oleh Tuhan. kita sebagai orang percaya hendaknya tidak meregukan lagi akan kebenaran dari Yesus, melainkan kita teguh percaya akan kebenaran itu. Jangan mencoba-coba untuk mencobai Yesus. Memang dalam hal ini untuk percaya akan sesuatu yang tidak pernah dilihat sulit, tapi kita harus ingat akan firman-Nya yang mengatakan “apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul dalam hati manusia, semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia” (I Korintus 2:9). Kita juga sebagai orang percaya harus memiliki hikmat, namun harus kita tahu bahwa hikmat yang sejati ada pada Yesus. Oleh sebab itu, kita harus datang dan meminta hikmat kepada Yesus bukan kepada yang lain.


         [1] Olla Tuluan, Introduksi Perjanjian Baru, (Malang: Departemen Literatur YPPII, 1999), 15-16
         [2] Marulak Pasaribu, Eksposisi Injil Sinoptik, (Malang: Gandum Mas, 2005), 139-140
         [3] Ibid …, 17
         [4] _____, Ensiklopedi Masa Kini Jilid II, (Jakarta : Yayasan Komunikasi Bina Kasih/ OMF), 288
         [5] Matthew henRy, Tafsiran Injil Matius 1-14, (Surabaya: Momentum, 2007), 597
          [6] Craig E. Blomberg, The New American Comentary Mathew, (Nashville: Broadman Press, 1992), 206
         [7] William L. Pettingill, The Gospel Of The Kingdom, (USA:  Dunham Publishing Company), 143
         [8] William Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari Injil Matius Pasal 11-28, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009), l78
   [9]http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://www.biblegateway.com/passage/%3Fsearch%3DMatthew%2B12%253A38-42%26version%3DESV
[10] Matthew Henry, Tafsiran Injil Matius 1-14, (Surabaya: Momentum, 2007), 600-601
         [11] Ibid …, 603

0 komentar:

Posting Komentar