BAB I
PENDAHULUAN
Konteks
Sebelum
Dalam adat
Yahudi hari Sabat
merupakan hari yang sakral bagi mereka, dimana sama sekali tidak boleh
melakukan aktivitas apapun. Banyak hal
yang tidak boleh dilakukan pada hari Sabat
dan itu merupakan ketentuan atau ketetapan. Bagaimana dengan Yesus? Bukankah
Dia merupakan keturunan Yahudi? Tetapi Dia melakukan aktivitas pada hari Sabat. Sehingga apa yang
Dia lakukan pada saat itu menjadi titik tolak
permasalahan bagi
ahli
Taurat dan orang Farisi. Ahli Taurat merupakan suatu golongan “ahli-ahli dalam keagamaan”. Orang
Farisi ialah orang-orang fanatik agama.
Ahli Taurat dan orang Farisi memiliki persamaan dimana
mereka sama-sama memisahkan diri dan hal mencari kesucian dengan cara
menjalankan secara harafiah baik Taurat yang tertulis maupun yang lisan adalah
tujuan hidup yang paling utama.[1]
Apa yang dilakukan Yesus pada saat itu
merupakan salah satu alasan mereka untuk mencari-cari kesalahan Yesus. Apa
yang Yesus lakukan, sehingga orang Farisi mempersalahkan Yesus? Kita dapat melihat dalam
teks sebelumnya: (ayat 1-8) Yesus mengizinkan
murid-murid-Nya memetik gandum pada hari Sabat, (ayat 9-15a) Yesus menyembuhkan orang pada hari
Sabat, dan (ayat 22-37) Yesus mengusir setan
dari orang buta dan bisu.Kejadian
terakhir inilah yaitu Yesus mengusir setan menjadi
latar belakang mereka meminta tanda kepada Yesus untuk dapat memastikan bahwa Ia benar-benar Anak Daud. Sebab dalam
ayat 23 dijelaskan bahwa orang-orang yang melihat tindakan Yesus takjub dan berkata
“Ia ini agaknya Anak Daud”.
Konteks
Sesudah
Ayat
selanjutnya dari perikop ini (43-45) jelas memiliki kaitan yang erat, yaitu
masih berhubungan. Dimana dalam ayat selanjutnya menceritakan akan
jawaban Yesus kembali kepada ahli Taurat
dan orang Farisi dengan
memberi perumpamaan yang menggambarkan bagaimana
roh jahat merasuki tubuh manusia.
BAB II
ISI
Garis
Besar :
Dalam bagian ini, ada 3 hal yang akan
menjadi pembahasan dalam Matius 12:38-42
yaitu mengenai permintaan dan tanda yang diberikan Yesus kepada ahli Taurat dan
orang Farisim, yaitu;
I.
Permintaan orang Farisi
dan ahli
Taurat kepada Yesus (ayat 38)
II.
Jawaban Yesus terhadap
permintaan orang Farisi dan ahli-ahli Taurat (ayat 39-40)
III.
Penjelasan Yesus mengenai tanda Yunus (ayat
41-42)
Dalam perikop ini menceritakan akan
orang Yahudi yaitu ahli Taurat dan orang
Farisi yang menghendaki suatu tanda
dari Yesus. Hal ini merupakan salah satu ciri khas
dari mereka, dimana mereka meminta tanda
dari orang yang menganggap dirinya sebagai utusan Allah, seperti halnya kepada Yesus.
Ahli Taurat dalam bahasa
Ibrani disebut “Sopherim” dan dalam
bahasa Yunani ada beberapa istilah: “gramateis” = siswa sekolah Alkitab;
“nomokoi” = siswa Hukum Taurat;
“ahli Hukum” (Matius 22:35, Lukas 7:30, 10:25,11:45, 52, 14:3). Mereka juga
disebut “nomodidaskaloi” = guru-guru
Hukum Taurat (guru-guru besar atau doktor-doktor Hukum Taurat). Munculnya
ahli-ahli Taurat setelah pembuangan ke Babel.
Zaman Ezra ahli-ahli Taurat mempunyai kedudukan yang penting dan sangat
berjasa dalam pembaharuan bangsa Yahudi. Tetapi setelah zaman Perjanjian Lama
hidup rohani ahli-ahli Taurat semakin merosot, disebabkan karena kekuasaan
mereka mulai meningkat.
Golongan orang Farisi adalah
kelompok yang terbesar pengaruhnya dalam periode Perjanjian Baru. Nama Farisi
berasal dari kata “parash”, yang
berarti “memisahkan”. Mereka adalah
golongan separatis, atau puritan dan Yudaisme. Mereka memisahkan diri dari
segala bentuk sekularisme dan hal-hal yang dianggap jahat agar dapat tetap
mempertahankan ketaatan dan moral kepada Hukum Taurat. Golongan ini muncul
setelah berakhirnya gerakan Makabe, dan pada tahun 135 Sebelum Masehi, golongan
ini telah terorganisir dengan baik. mereka berpegang teguh pada Hukum Taurat
dan kitab para Nabi[2].
Adapun ciri-ciri pengajaran orang Farisi, yaitu;[3]
·
Kejatuhan ke
dalam dosa tidak dianggap hal yang serius dan radikal. Meskipun mereka
mengatakan bahwa manusia telah jatuh ke dalam dosa, masih ada unsure yang baik
di dalam tiap-tiap manusia. Dimana unsur itu wajib mereka kembangkan sehingga
berkenan kepada Allah.
·
Menurut orang
Farisi manusia tidak perlu dilahirkan kembali. Dianggap cukup bilamana tingkah
lakunya makin baik akibat ketaatan kepada Hukum Taurat, asal dia berusaha
sekuat tenaga untuk menggenapi Hukum Taurat. Kalau dia tidak berhasil maka
Allah akan mengampuninya (Lukas 18:9-14).
·
Mereka percaya
akan adanya malaikata-malaikat dan bahwa jiwa manusia tidak akan mati, yaitu
mereka percaya akan kebangkitan orang mati. Mereka juga percaya bahwa tiap-tiap
manusia akan di hukum menurutperbuatannya. Orang-orang Saduki menolak hal itu.
Meskipun
jumlah orang Farisi tidak begitu besar (6000 jiwa pada waktu Yesus lahir),
mereka mempunyai pengaruh yang besar. Mereka sangat mmpengaruhi aliran Talmud
sesudah tahun 70 A.D.
A. Permintaan orang Farisi
dan ahli
Taurat kepada Yesus (ayat 38)
Dalam ayat
38 “Pada waktu itu berkatalah beberapa
ahli Taurat dan orang Farisi kepada Yesus: "Guru, kami ingin melihat suatu
tanda dari pada-Mu”. Ini merupakan ceritera akan reaksi dari ahli Taurat dan orang
Farisi akan pengabaran dan perbuatan-perbuatan Yesus. Dalam hal ini orang
Farisi hendak meminta tanda, karena tanda-tanda yang telah diperbuat Yesus
sebelumnya tidak meyakinkan mereka.
Dalam memulai akan permintaan mereka,
sebelumnya ahli Taurat dan orang
Farisi menyapa Yesus sebagai Guru. Sapaan yang mereka lakukan merupakan sapaan yang halus
dan sopan, namun sapaan itu hanyalah pura-pura saja dimana sapaan itu sebenarnya
merupakan suatu penghinaan yang mereka lakukan secara tidak langsung kepada
Yesus. Kata Ibrani rav berarti ‘besar’ dipakai sebagai kehormatan. Dalam Perjanjian Baru
kata Yunani belum terbatas pada guru resmi, masih gelar kehormatan yang
dikenakan sekali pada Yohanes Pembaptis dan dua belas kali pada Tuhan Yesus.[4] Sapaan yang mereka
lakuakan tersebut dapat saya artikan bahwa mereka ingin mencari perhatian
kepada Yesus, sehingga Yesus sudi memberi tanda bagi mereka dan dalam hal ini sangat
terlihat akan niat busuk dari orang Farisi yang ingin mencari kesalahan Yesus. Orang yang memanggil Yesus Guru belum tentu ia
adalah murid Yesus.
Dalam ayat 38 terdapat kata
‘melihat’
dalam
bahasa aslinya menggunakan kata
ivdei/n
(verb infinitive aorist active)
dari kata dasar o`ra,w
artinya melihat, memperhatikan, mengalami. Ini berarti bahwa ahli Taurat dan orang Farisi bukan hanya ingin melihat, tetapi ingin mengalami tanda dari Yesus secara
langsung dihadapan mereka, agar dapat meyakini mereka. Dalam hal tujuan orang
Farisi meminta tanda tersebut selain untuk meyakini mereka namun juga agar
Yesus dapat membuktikan kepada mereka akan misi Ilahi-Nya dengan mengadakan
tanda.[5] Dalam
New American Comentary dikatakan “they
wanted to see a less ambiguous miracle that could come only from God” yang
artinya mereka ingin melihat langsung keajaiban itu dari Tuhan sendiri.[6] Jadi
mereka ingin sungguh-sungguh keajaiban itu terjadi dihadapan mereka. Tetapi
atas tuntutan mereka ini Yesus tidak memberi dan tidak memperlihatkan kepada
mereka akan tanda yang mereka inginkan karena Yesus sebelumya telah banyak
melakukan tanda-tanda yang menunjukkan bahwa Dia benar Anak Allah.
B. Jawaban Yesus terhadap
permintaan ahli Taurat dan orang
Farisi (ayat 39)
Ayat
39 merupakan jawaban Yesus akan permintaan dari ahli Taurat dan orang Farisi.
Yesus tidak secara langsung memberikan atau tidak mengabulkan permintaan
mereka. Namun dalam ayat ini Yesus menyebut mereka sebagai angkatan yang jahat dan tidak
setia. Dalam kalimat sini, timbul pertanyaan, mengapa Tuhan Yesus menyebut
mereka sebagai angkatan yang jahat dan tidak setia ? “angkatan” dalam bahasa Yunani adalah Genea. (noun nominative feminine singular)
dari kata dasar genea, yang berarti keturunan, sesama, generasi. “Yang jahat” dalam bahasa Yunani adalah ponhra. (adjective normal nominative
feminine singular no degree) dari kata dasar ponhro,j
yang berarti jahat, buruk, yang bersalah. Kata “setia” dalam bahasa Yunani adalah moicali.j (adjektif
feminin nominative no degree) dari kata dasar “moikhalis” yang berarti “yang berzinah”. Jadi dapat disimpulkan
bahwa ahli Taurat dan orang Farisi adalah keturunan yang jahat dan yang
berzinah. Demikian halnya sama akan pemaparan dari Mathew Henry akan
tafsirannya dimana ia mengatakan bahwa
mereka merupakan penerus dari kejahatan. Sifat ahli Taurat dan orang
Farisi yang jahat itu menggambarkan bahwa mereka adalah orang yang suka
menggeraskan hati dan suka merancangkan kejahatan. Dalam buku William ahli
Taurat dan orang Farisi dikatakan “they
were surely an evil and adulterous generation” yaitu mereka (ahli Taurat dan orang Farisi) sungguh
pasti adalah jahat dan generasi berzinah .[7]
Orang
Farisi yang tidak setia ini seperti keturunan pezinah, keadaan mereka yang begitu
menyedihkan, sampai melangkah jauh dari iman dan ketaatan nenek moyang mereka,
sehingga Abraham dan Israel pun tidak mau mengakui mereka lagi (Yes. 53:3). Ataupun
seperti istri yang berzinah, mereka meninggalkan Allah yang dengan-Nya mereka
mengikat diri dalam pernikahan. Mereka tidak bersalah atas pelacuran
penyembahan berhala, seperti mereka lakukan sebelumnya pada masa pembuangan,
melainkan bersalah atas ketidaksetiaan dan atas segala kejahatan, dan ini pun
merupakan pelacuran. Mencari tanda-tanda atas keinginan sendiri merupakan
perzinahan. Kata tidak setia arti lainnya ialah menjadi murtad. Dibaliknya ada
suatu gambaran profetis Perjanjian Lama yaitu hubungan antara Israel dan Allah
dipandang sebagai suatu ikatan perkawinan, yaitu Allah dipandang sebagai suami
dan Israel sebagai mempelai perempuannya. Karena itu ketika Israel tidak setia
dan memberikan cintanya kepada ilah-ilah lain, bangsa itu dikatakan berzinah
dan melacur dengan ilah-ilah asing.[8] Demikian
halnya ahli Taurat dan orang Farisi.
Kata ‘menuntut’ dalam bahasa Yunani adalah “epizetei”
(v3 plural present indikatif aktif) dari kata dasar “epizeteo” yang berarti
mencari, ingin, berusaha keras mencari tanda. Jadi dapat disimpulkan bahwa ahli
Taurat dan orang Farisi sedang dan terus menerus berusaha keras mencari tanda.
Namun dalam tindakan mereka yang demikian, tidak mengahasilkan apa-apa dari
Yesus sendiri. Dengan kata lain Yesus tidak memberi tanda yang baru bagi
mereka, melainkan Yesus memberi tanda yang sudah pernah ada yaitu tanda Yunus
(ayat 40). Tanda Yunus yang Yesus berikan mempunyai makna yaitu mengenai kematian dan kebangkitan Yesus. Nabi
Yunus “tinggal” dalam perut ikan. Kata tinggal dalam bahasa Yunani “en”
(V3 imperfek aktif indikatif) dari kata dasar “eimi” yang berarti berada
dari akar kata berarti ada, adalah, berada, terdapat, tinggal, terjadi,
menjadi, mungkin, melambangkan, sama seperti. Jadi Yunus ada di dalam perut
ikan.
C. Penjelasan
Yesus mengenai tanda Yunus (ayat 40-42)
Ayat 40-42 bagian ini Yesus menceriterakan bagaimana
Yunus di dalam perut ikan yang berada di dalam perut ikan selama tiga hari tiga
malam dan juga keadaan angkatan yang jahat itu (ahli Taurat dan orang Farisi). Adapun
makna dari 3 hari 3 malam;[9]
1.
Waktu pada saat penciptaan.
Kejadian
1:5 Dan Allah menamai terang itu siang, dan gelap itu malam. Jadilah petang dan
jadilah pagi, itulah hari pertama. Dari sini di dapat bahwa “1 terang dan 1 gelap sama dengan 1
hari, bisa saja 24 jam, yang artinya bisa saja 3 hari sama dengan 72 jam dan seterusnya terang dan gelap ini
akan digunakan. Terang bisa juga diartikan pada keadaan ada cahaya. Sesuai
tradisi Yahudi jam dimulai pada jam 6 pagi. Jam 6 pagi sampai jam 6 sore saya
sebut terang , dan selebihnya 6 sore ke 6 pagi besoknya disebut gelap. Perlu
dicatat juga. TUHAN menciptakan alam semesta 6 hari lamanya (Keluaran 31:17,
tetapi sangat jelas kita ketahui TUHAN melakukan penciptaan hanya pada TERANG
saja, bukan pada saat GELAP. Artinya 6 hari bukan perkara 6 x 24 jam, tetapi
kuantitas 6 x 1 hari saja.
2.
Waktu pada saat Musa
dan Israel dipanggil.
Keluaran 19:10-11 Berfirmanlah TUHAN
kepada Musa: “Pergilah kepada bangsa itu; suruhlah mereka menguduskan diri pada
hari ini dan besok, dan mereka harus mencuci pakaiannya. Menjelang hari ketiga
mereka harus bersiap, sebab pada hari ketiga TUHAN akan turun di depan mata
seluruh bangsa itu di gunung Sinai. Misalnya, hari penulisan makalah ini adalah hari Rabu, maka kita
akan mencoba mengapplikasikannya ke kutipan ayat diatas sebagai berikut:“….suruhlah mereka menguduskan diri
pada
hari ini (Rabu) dan besok (Kamis), …sebab pada hari ketiga (Jumat)….” perhatikan gambar berikut:

TUHAN berfirman pada saat terang di
hari Rabu, dan pada hari terang di hari Jumat sudah bertemu dengan TUHAN artinya 3 hari sama dengan 3 terang
yang tidak penuh dan 2 gelap yang penuh, tetapi masih tetap 3 hari yaitu Rabu,
Kamis dan Jumat, dan kurang dari 72 jam.
3.
Waktu Daud bertemu seorang Mesir
I Samuel 30:11-13 Kemudian mereka
menemui seorang Mesir di padang lalu membawanya kepada Daud. Mereka memberi dia
roti, lalu makanlah ia, kemudian mereka memberi dia minum air, dan memberikan
kepadanya sepotong kue ara dan dua buah kue kismis, dan setelah dimakannya, ia
segar kembali, sebab ia tidak makan dan minum selama tiga hari tiga malam.
Kemudian bertanyalah Daud kepadanya: “Budak siapakah engkau dan dari manakah
engkau?” Jawabnya: “Aku ini seorang pemuda Mesir, budak kepunyaan seorang
Amalek. Tuanku meninggalkan aku, karena tiga hari yang lalu aku jatuh sakit.

Gambar menjelaskan bisa saja si Mesir ini berbicara kepada Daud pada hari Sabtu (yang menjadikan 3 hari penuh dan bercerita di hari ke 4) atau pada hari Jumat (yang menjadikan tidak 3 hari penuh), dan semuanya disebut 3 hari. 3 hari sama dengan 3 hari 3 malam, sesuai narasi bisa saja lebih dari 72 jam atau malah kurang dari 72 jam.
d. Waktu pada saat Ester dan Yahudi berpuasa.
Ester 4:15-16 dan Ester 5:1 Maka
Ester menyuruh menyampaikan jawab ini kepada Mordekhai:”Pergilah, kumpulkanlah
semua orang Yahudi yang terdapat di Susan dan berpuasalah untuk aku; janganlah
makan dan janganlah minum tiga hari lamanya, baik waktu malam, baik waktu
siang. Aku serta dayang-dayangkupun akan berpuasa demikian, dan
kemudian aku akan masuk menghadap raja, sungguhpun berlawanan dengan
undang-undang; kalau terpaksa aku mati, biarlah aku mati.”…Pada hari yang
ketiga Ester mengenakan pakaian ratu, lalu berdirilah ia di pelataran dalam
istana raja, tepat di depan istana raja. Raja bersemayam di atas takhta
kerajaan di dalam istana, berhadapan dengan pintu istana itu. 3 hari sama dengan 3 malam dan 3
siang, tetapi pada hari ketiga Ester sudah menemui raja, artinya kurang dari 72
jam.
Dari uraian analisa Perjanjianj Lama di atas di dapat, bahwa 3 hari 3
malam bukan mengartikan tentang rentang jam, tetapi lebih ke arti bahasa yaitu
3 hari, baik penuh maupun tidak penuh. Pertanyaannya adalah apakah metode
ini masih dipakai pada jaman Yesus? Kita bandingan dua nats ini; Matius 12:40 Sebab seperti Yunus
tinggal di dalam perut ikan tiga hari tiga malam, demikian juga Anak
Manusia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam. Matius 16:21 Sejak waktu itu Yesus
mulai menyatakan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem dan
menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala dan
ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga. Matius 17:23 dan mereka akan
membunuh Dia dan pada hari ketiga Ia akan dibangkitkan.” Maka hati murid-murid-Nya
itupun sedih sekali. Matius 20:19 Dan mereka akan menyerahkan Dia kepada bangsa-bangsa yang tidak
mengenal Allah, supaya Ia diolok-olokkan, disesah dan disalibkan, dan pada
hari ketiga Ia akan dibangkitkan. Matius 27:63.. dan mereka berkata:
“Tuan, kami ingat, bahwa si penyesat itu sewaktu hidup-Nya berkata: Sesudah
tiga hari Aku akan bangkit.
Dari bagian nats tersebut dapat
disimpulkan bahwa metode tersebut masih digunakan
pada zaman Yesus.
Artinya 3 hari 3 malam bukan menjelaskan tentang kuantitas jam tetapi kuantitas hari yang setara dengan 3 hari (baik
penuh maupun tidak penuh). Bandingkan grafik pada Keluaran
19:10 di atas dengan Lukas 13:32 Yesus menjawab, “Pergilah beritahukan
kepada orang yang tak berguna itu, ‘Hari ini dan besok Aku mengusir roh jahat
dan menyembuhkan orang sakit, tetapi pada hari ketiga, Aku akan menyelesaikan
pekerjaan-Ku. “……Hari ini (Rabu) dan besok (Kamis) Aku
mengusir roh jahat …..,tetapi pada hari ketiga (Jumat)…”.

Perhatikan tabel berikut ini:
Keterangan
1
|
Keterangan
2 = Keterangan 1
|
…empat
puluh hari empat puluh malam (Kejadian 7:4, 12)
|
=…empat
puluh hari (Kejadian 7:17, 8:6, 50:3)
|
…pagi
dan petang (1 Samuel 17:16)
|
=…1
hari (1 Samuel 17:16)
|
…40
hari 40 malam (Matius 4:2)
|
=…40
hari (Markus 1:13, Lukas 4:2)
|
Kesimpulan:
Yesus mati 3 hari 3 malam yang setara dengan 3 hari. 3 hari bukan makna literal 72 jam, tetapi makna tradisi yang setara dengan, sesuai contoh, Rabu, Kamis, Jumat (3 hari).
Yesus mati 3 hari 3 malam yang setara dengan 3 hari. 3 hari bukan makna literal 72 jam, tetapi makna tradisi yang setara dengan, sesuai contoh, Rabu, Kamis, Jumat (3 hari).

Yesus bangkit pada hari pertama (Matius 28:1, Markus 16:2,9, Lukas 24:1, Yohanes 20:1), Minggu, artinya Yesus disalib dan mati pada hari Jumat. Ingat pada hari Jumat itu ada 3 jam. Kegelapan sebelum Yesus mati. Dalam sense Yahudi,
a. 1 hari dimulai/dihitung dari sore jam 6 sampai jam 6 sore di hari berikutnya,
b. suatu jam disebutkan bukan jam 1 atau jam 2, kardinal, melainkan jam ke 1, jam ke 2, urutan, ordinal maka grafiknya menjadi demikian:

Dalam peristiwa lahir, mati dan
bangkit, hanya kebangkitan yang disebutkan hari pertama, yaitu Minggu, yang
lainnya tidak, itu mengindikasikan betapa pentingnya kebangkitan YESUS. Dari
grafik total menjadi 3 hari.
Dalam ayat ini juga Yesus
mengambil kesempatan untuk menggambarkan keadaaan yang menyedihkan bagi angkatan
yang pada waktu itu hidup, suatu angkatan yang tidak mau diperbaharui. Oleh
sebab itu harus dihancurkan. Yesus juga menggambarkan keadaan mereka yang
sebenarnya akan terlihat pada hari penghakiman nanti. Kata penghakiman dalam
bahasa Yunani kri,sei (noun-dative feminin singular common dari akar
kata kri,sij yang artinya
menghakimi, menghukum, berlaku seperti hakim, memerintah. Jadi hukuman-hukuman
kekal akan diberikan kepada mereka.
Dalam
ayat 41 Yesus menggambarkan orang-orang Yahudi sebagai
angkatan yang akan dihukum oleh orang-orang Niniwe. Pertobatan dari Niniwe
terjadi setelah mereka mendengar pemberitaan Yunus yang akan bangkit melawan
orang-orang Yahudi pada hari penghakiman (ayat 41). Kebangkitan Yesus akan
menjadi tanda Nabi Yunus bagi mereka, namun tanda itu tidak akan membawa dampak
yang membahagiakan kepada mereka seperti halnya pemberitaan Yunus kepada orang
Niniwe. Sebab dengan pemberitaan Yunus orang Niniwe menjadi bertobat dan
terhindar dari kehancuran, sedangkan orang-orang Yahudi tetap bersikeras dan
tidak percaya dan itu akan mempercepat kehancuran mereka. Pada hari penghakiman nanti,
pertobatan orang-orang Niniwe akan disebutkan sebagai suatu hal yang akan
semakin memperberat dosa orang-orang Yahudi itu, dan karenanya akan menghukum
baik orang-orang yang diInjili Yesus pada waktu itu maupun orang-orang yang
diInjili Yesus pada saat ini, sebab Yesus lebih besar dari Yunus. Yunus
hanyalah seorang manusia biasa yang tunduk kepad hawa nafsu, hawa nafsu yang
berdosa, sedangkan Yesus adalah Anak Allah. Yunus hanya memberitakan khotbah
yang singkat, tidak dengan suatu kesungguhan yang besar, melainkan sambil lalu
saja ketika ia melewati jalan-jalan. Tetapi Yesus terus menerus memanggil mengajar.
Yunus tidak mengadakan mujizat tetapi Yesus mengadakan mujizat.Orang-orang
Niniwe bertobat setelah pemberitaan Yunus,
sedangkan orang-orang Yahudi tidak tersentuh sedikit pun oleh pengajaran Yesus.[10]
Ayat 42
”Pada waktu penghakiman, ratu dari Selatan itu akan bangkit bersama angkatan
ini dan ia akan menghukumnya juga . Sebab ratu ini datang dari ujung bumi untuk
mendengar hikmat Salomo dan sesungguhnya yang ada disini lebih dari pada
Salomo”. Ayat ini menjelaskan orang-orang Niniwe yang akan mempermalukan mereka
karena mereka tidak bertobat, serta Ratu Syeba akan mempermalukan mereka karena
mereka tidak percaya kepada Yesus. Mengapa orang-orang Niniwe dan Ratu Syeba
yang ikut untuk menghukum mereka? Karena orang-orang Niniwe dan Ratu Syeba
telah bertobat ketika penyampaian khotbah yang disampaikan oleh Yunus. Kata bertobat (ayat 41).
Dalam bahasa Yunani “metenoesan”
(v3 plural
aorist indikatif aktif) dari kata dasar “metanoeo” yang artinya mengubah
dalam rupa, mengubah. Jadi orang Niniwe dan Ratu Selatan telah satu kali
bertobat ketika mendengar khotbah Yunus dan tidak muluk-muluk. Kata menghukumnya (ayat 42) dalam bahasa Yunani “katakrinei” (V3 singular future indikatif aktif)
dari kata dasar “katakrino” yang berarti akan
menghukumnya. Jadi, orang Niniwe dan
Ratu syeba pasti akan ikut untuk menghukum mereka. Orang Niniwe dan ratu Syeba
datang dari jauh untuk mendengarkan hikmat Salomo, sedangkan orang-orang Yahudi
tidak mau datang dan mendengar akan hikmat Yesus, meskipun Dia dalam segala hal
melebihi Salomo. Dapat dilihat dari kata “lebih
dari pada”dalam bahasa Yunani plei/on
(adjective-normal accusative
neuter tunggal comparative) dari kata dasar polu,j yang artinya
banyak ,besar, kuat, hebat, sungguh-sungguh, dengan keras. Jadi, Yesus lebih
hebat dari pada Salomo. Adapun hal yang membedakan Yesus dengan Salomo dan juga
mengenai Ratu Syeba[11]; Salomo
hanyalah orang berhikmat, sedangkan Yesus adalah hikmat itu sendiri, di dalam dialah tersembunyi segala harta
hikmat. Ratu Syeba adalah seorang wanita. Ratu dalam bahasa Yunani asi,lissa (noun nominatif feminin singular
common) dari kata dasar basi,lissa yang berarti “ratu”. Ketika itu Ratu Syeba harus
melalui banyak kesulitan untuk menemui Salomo karena dia seorang wanita dia
tidak mungkin melakukan perjalanan jauh dan berbahaya. Apalagi dia seorang
ratu. Dalam hal ini bisa saja Ratu Syeba tidak menyadari akan perjalanan yang jauh
ini akan berharga baginya atau tidak. Namun, kerena keinginannya untuk
mendengarkan hikmat Salomo dan telah mendengar akan kemahsyuran Salomo membuat
Ratu Syeba datang untuk menemuinya. Ratu Syeba datang hanya untuk mendengarkan
hikmat dari Salomo. Hikmat yang dicari Ratu Syeba kemungkinan adalah hikmat
yang berupa filsafat dan masalah pemerintahan. Berbeda halnya dengan ahli
Taurat dan orang Farisi dimana mereka tidak mau percaya kepada Yesus padahal
Yesus ada ditengah-tengah mereka.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam pembahasan saya dalam Injil
Matius 12:38-42
dapat saya simpulkan bahwa bagian ini menceritakan tentang ahli Taurat dan
orang Fari yang hendak memint mengenai tanda kepada Yesus. Mereka menginginkan
tanda dari Yesus secara langsung terjadi dihadapan mereka. Tetapi permintaan
dari ahli Taurat dan orang Farisi tersebut tidak dikabulkan oleh Yesus, karena
mereka memiliki motivasi yang tidak baik yaitu ingin mencobai Yesus.
B. Aplikasi
Yesus Kristus selalu mendengarkan
dan menjawab keinginan-keinginan serta doa yang kudus, namun ia tidak pernah
mau memuaskan hawa nafsu dan tindakan-tindakan yang jahat. Jika orang salah
meminta, maka tidak akan diberi oleh Tuhan. kita sebagai orang percaya
hendaknya tidak meregukan lagi akan kebenaran dari Yesus, melainkan kita teguh
percaya akan kebenaran itu. Jangan mencoba-coba untuk mencobai Yesus. Memang
dalam hal ini untuk percaya akan sesuatu yang tidak pernah dilihat sulit, tapi kita
harus ingat akan firman-Nya yang mengatakan “apa yang tidak pernah dilihat oleh
mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul
dalam hati manusia, semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi
Dia” (I Korintus 2:9). Kita juga sebagai orang percaya harus memiliki hikmat,
namun harus kita tahu bahwa hikmat yang sejati ada pada Yesus. Oleh sebab itu,
kita harus datang dan meminta hikmat kepada Yesus bukan kepada yang lain.
0 komentar:
Posting Komentar