PENDAHULUAN
Injil Matius adalah injil yang merupakan wahyu Allah
kepada manusia untuk menyatakan dirin-Nya. Injil matius adalah injil yang
narasi pada umumnya lebih ringkas, dan memiliki struktur yang baik. Injil
Matius selain rujukan kepada perjanjian lama yakni juga mengutip Perjanjian
Lama Ibarani yang semuanya didahului oleh rumusan “ dengan demikianlah genaplah
Firman “ perhatian penulis juga kepada keyahudian tampak dari berbagai hal.
Injilnya kerap mencerminkan cara pandang Yahudi Kristen yang lebih ketat, satu
titik tidak akan ditiadakan dari hukum Musa (23:2 dst). Yesus memerintahkan
penggenapan-penggenapan perintah Allah (19:17 dst ; 23:23) Pajak bait Allah
dibayar ( Mat 17:24dst), para murid diharapkan berpuasa, memelihara sabat dan
memberikan persembahan dalam tradisi yahudi (6:16 dst; 24:20; 5:23 dst).[1]
Injil
Matius adalah injil yang pertama menurut Tradisi, dianggap tulisan Matius Lewi seorang
pemungut cukai yang dipanggil yesus menjadi salah seorang dari keduabelas
murid-Nya, ( Mat 9:9-13; 10:3).[2]
Dari
keempat Injil hanya Matius yang mencatat khusus tentang Gereja hanya disini
kata Ekklesia keluar dari mulut Yesus
(Mat 16:18; 18:17 dst)[3] dibandingkan
dengan Injil lain, Matius memiliki susunan yang lebih teliti dan hal ini
menjelaskan mengapa Injil Matius lebih banyak dipakai jemaat mula-mula dan hal
ini menunjukkan pemikiran penulisnya begitu tertata.[4]
Penulis
menulis sabda-sabda Yesus dalam bahasa Aram namun Injil Matius yang kita miliki
ditulis dalam bahsa Yunani. Dalam Matius
24:15 disebutkan tentang kejatuhan Yerusalem, namun dalm bentuk nubuatan, hal
ini menunjukkan bahwa Injil Matius ditulis sebelum tahun 70 AD, namun ada
penafsir yang menyatakan bahwa Injil Matius ditulis tahun 60-65 AD.[5]
BAB
I
ANALISA
KONTEKS
A. Konteks Sebelumnya (Sebelum Mat 23:29-36)
Konteks sebelumnya (Mat 22:41-46) menceritakan tentang pertanyaan balik dari
Yesus tentang Mesias. Pada dasarnya pertanyaan ini sama dengan pertanyaan yang
diajukan dulunya kepada keduabelas murid (Mat.16:15). Para ahli taurat
mengajarkan bahwa Mesias adalah keturuna Daud ( Markus 12:35). Yesus
menunjukkan bahwa pengertian mereka tentang nas dalam Mazmur 110 yang oleh
orang Yahudi ditafsirkan sebagai berkaitan dengan Mesias. Dalm Mazmur, Daud
menyebut Mesias sebagai Tuanku (Adonai), jadi orang-orang Yahudi yang mengaku
bahwa Yesus adalah keturunan Daud diperhadapkan dengan Mazmur ini dimana Daud
menyebut keturunannnya sebagai “Tuan” dan atasannya. Mazmur ini diberikan oleh
pimpinan Roh (Roh Kudus ) Markus 12:36.[6]
Selain
itu ayat 15-46 juga menekankan tentang bagaimana pertanyaan-pertanyaan yang
menguji orang-orang Farisi yang hendak bersekongkol hendak membunuh Tuhan Yesus
(Markus 12: 13-44).[7]
Orang Farisi yang dimaksudkan dalam nas ini ialah orang yang disebut Khasidim
pada abab 2 SM yaitu orang-orang yang dikasihi Allah, dan orang –orang ini adalah orang-orang
yang berusaha mendalami naskah dan ajaran Hukum Taurat sampai kepada hal-hal
yang sekecil-kecilnya.[8]
Dalam
nas ini juga dikatakan bahwa yesus sedang bertanya jawab dengan orang Farisi tentang
siapakah Mesias itu ( Mat 22:42) dan orang Farisi menjawab bahwa Ia adalah anak
Daud , namun dalam pertanyaan selanjutnya, sesus mengajukan pertanyaan lagi
namun tidak ada satupun yang menjawabnya (Mat. 22:46), Yesus mengatakan bahwa
jika Daud menyebut Mesias sebagai Tuannya (Adonai), bagaimana mungkin ia
anaknya pula (Matius 22:45), dan selanjutnya Yesus melanjutkan perkatannya
kepada orang banyak dan murid-murid-Nya tentang bagaimana kelakuan dan
sifat-sifat Ahli-Ahli taurat dan Orang-Orang Farisi itu.
B.
Konteks
Sesudahnya ( Sesudah Mat 23:29-36).
Konteks sesudah Matius 22:29-36 menceritakan
tentang keluhan terhadap Yerusalem (23:37-39; Luk 13:34-35). Dalam pasal 38-39
Tuhan Yesus sedang menubuatkan kehancuran kota itu. Ayat 39 menyinggung tentang
kedatangan-Nya kembali dalam kemuliaan-Nya untuk menghakimi.[9]
Nubuatan yang di tujukan kepada
Kota Yerusalem yaitu salah satu kota termasyur di dunia dan berdiri sejak
millennium 3 sM, dan kota ini disebut kota yang kudus (Yesaya 52:1), dalam
ungkapan ibrani disebut Ir haq- qodesy
yang harafianya disebut kota suci dan alasannya disebut kota suci karena disitu
terdapat bait suci yang megah.[10]
Tuhan Yesus berkata dalam pasal
22:37, bahwa Yerusalem adalah kota dimana terdapat kejadian banyak nabi-nabi
dibunuh dan orang-orang yang diutus Tuhan kepada Yerusalem dilempari batu. Kota
Yerusalem mengandung arti teologis bahwa kota yang tempat ketidaksetiaan dan
pendurhakaan Yahudi yang membangkitkan amarah Illahi dan hukuman, selain itu
juga disebut sebagi tempat muliah Allah
dan hadirat-Nya, perlindungan dan kemuliaan-Nya.[11]
Yesus
pernah mengungkapkan perasaan-Nya yang sama sebelumnya (Lukas 13:34,35;
19:11-44). Ayat 37 dikatakan bahwa Engkau membunuh nabi-nabi , dan hal ini
masih berhubungan dengan ayat 34 sebelumnya. Kemudian rumah didalam ayat 38
dapat ditafsirkan kepada suatu kota, bangsa dan bait Suci dan hal ini menunjuk
kepada Yerusalem dan juga menunjuk kepada bait suci di Yerusalem saat Yesus
meninggalkan tempat itu untuk terahir kalinya(Mat 24:1).[12]
Dalam pasal sesudah pasal 22 ini Yerusalem masih menjadi topic yang dibicarakan
karena masih berhubungan dengan topic dimana orang-orang farisi dan ahli-ahli
taurat dikecam oleh Tuhan Yesus, karena Yerusalem adalah kota dimana tempat
terjadinya banyak nabi dan utusan Tuhan yang disiksa dan dibunuh oleh
orang-orang yahudi yang merupakan nenek moyang dari para ahli taurat dan orang
Farisi dan ahli-ahli Taurat.
BAB III
PEMBAHASAN
Eksposisi Matius 22:
29-36
1. Ayat 29
“ Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang
Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu membangun makam nabi-nabi dan
memperindah tugu orang-orang saleh”
Ayat 29-36
merupakan bagian yang tidaklah lepas dari ayat 1-28 dan merupakan bagian yang
masih berkesinambungan yang membahas tentang kecaman Tuhan Yesus terhadap
ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi. Sebagian dari khotbah ini sudah
dipakai sebelumnya dalam (Luk 11:39 dst), tetapi dalam pasal 22 ini Ia
mengutarakan kecaman-Nya di Bait Allah di Yerusalem.
Ayat 29 diawali dengan kata “celakalah” yang dalam bahsa Yunani Ouvai. (Ouai) yang
diartikan celakalah; kecelakaan, dan hal ini merupakan
kata seru yang menunjukkan rasa sakit atau ketidaksenangan.[13]
Kata celakalah ini diulang dalam pasal 22 ini sebanyak
delapan kali, dan kata celakalah dalam PB terdapat empat puluh enam kali dan hal ini merupakan hal yang sangat serius ditekankan
karena penggunaaan kata ini diulang-ulang digunakan.
Hal ini menunjukkan
bahwa Tuhan Yesus sedang mengecam orang-orang Farisi dan Ahli-ahli taurat dalam
keadaan yang tidak senang, atau tidak merasa senang dan merasa sakit melihat
perbuatan dari para ahli-ahli Taurat dan orang Farisi ini karena mereka
mengajarkan sesuatu sedangkan mereka sendiri tidak melakukannnya ( Mat. 23:3 ),
dan bahkan mereka melakukan semuanya itu dengan maksud dan tujuan yang terselubung
dan Yesus memaparkaannya dalam (23:3-7).
Ahli
taurat dalam terjemahan Yunani yaitu orang berilmu; ahli taurat; panitera kota.
Jelaslah bahwa dari ayat 29 ini Yesus mengecam mereka dengan rasa yang sakit
dan rasa yang tidak senang dengan kata celakalah, karena nama dan jabatan
mereka tidak sesuai dengan apa yang mereka lakukan, bahkan dalam kecaman-Nya
Yesus juga mengatakan kata munafik, yaitu orang munafik yang diterjemahkan
dalam bahasa Yunani yaitu u`pokritai,
(hupokretai,hupokrites) noun, vocative,
maskulin, plural, yaitu kata benda bentuk penyeru, maskulin tunggal yaitu orang yang suka berpura-pura dan
menunjuk kepada mereka semua, yaitu orang-orang Farisi.[14]
Jadi dalam nas ini berisikan juga kata
yang ditujukan kepada orang farisi yaitu tentang sifat dari mereka yang suka
berpura-pura dan kata ini
diutarakan oleh Yesus kepada mereka. Kata munafik juga
disebutkan pada ayat sebelumya yaitu pada ayat 27 disitu sangat jelas yesus
mengatakan bahwa mereka itu munafik, dan diumpamakan seperti kuburan yang
dilabur putih yang sebelah luarnya tampak bersih tetapi sebelah dalamnya
penuh dengan tulang belulang dan
kotoran, dan dari hal inilah yang menjelaskan tentang kemunafikan dari Ahli-Ahli Taurat ini karena kelihatan dari setiap
perbuatan mereka yang dilihat orang dari luar
, kelihatannya benar tetapi didalm hati mereka penuh dengan kemunafikan
dan kedurjanaan. Dan bukan hanya dari ayat 27 tetapi ungkapan dari kata munafik
ini disebut sebanyak tujuh kali, dan hal ini menggambarkan bahwa Tuhan
Yesus memaparkan kelakuan dari para
ahli-ahli Taurat dan orang Farisi ini yang memiliki sifat munafik yang
digambarkan Yesus
dari beberapa perumpamaan, dan jelaslkah bahwa yang ingin ditekankan dalm hal
ini yaitu sifat mereka itu yang berpura-pura, yang tidak sesuai dengan apa yang
diajarkan dan apa yang mereka lakukan.
Kemunafikan dari sifat-sifat perbuatan ahi-ahli
Taurat juga terlihat bagaimana Tuhan Yesus mengatakan bahwa mereka mengunjungi
kubur-kubur para martir dan membangun tugu-tugu mereka dan mengklaim bahwa
seandainya mereka hidup pada saman dahulu mereka pasti tidak membunuh para nabi
dan dan umat Allah namun itulah yang justru ingin mereka lakukan dan ingin mereka perbuat.[15]
2. Ayat 30-33
“dan berkata:
Jika kami hidup di zaman nenek moyang kita, tentulah kami tidak ikut dengan
mereka dalam pembunuhan nabi-nabi itu. Tetapi dengan demikian kamu bersaksi
terhadap diri kamu sendiri, bahwa kamu adalah keturunan pembunuh nabi-nabi
itu.”
Dalam pasal ini, diawali kata dan
yang dalam bahasa Yunani kai. (Kai) yaitu
conjunction artinya dan; juga; bahkan;, yang merupakan kata penghubung[16],
yang menunjukkan adanya kesinambungan dari ayat 29. Pasal 30-31 ini menjelaskan tentang perbuatan
dan sifat yang dilakukan oleh orang-orang Farisi yakni mereka memiliki watak
yang sama dengan nenek moyang mereka dengan membangun dan memperindah kuburan
dari para nabi yang terbunuh, mereka mengira mereka dapat mengingkari
pembunuhan tersebut, namun Yesus mengatakan bahwa tindakan mereka itu justru
membuktikan yang sebaliknya karena dengan membangun kuburan mereka sekadar
melengkapi apa yang telah dimulai oleh para orang tua (rohani maupun kebangsaan
mereka) dan renbcana mereka untuk membunuh Tuhan Yesus ( 21:46; 22:15; Yoh
11:47-53) membuktikan bahwa mereka adalah keturunan pembunuh nabi-nabi itu.[17]
3. Ayat 32-33
“Jadi,
penuhilah juga takaran nenek moyangmu! Hai kamu ular-ular, hai kamu keturunan
ular beludak! Bagaimanakah mungkin kamu dapat meluputkan diri dari hukuman
neraka? “
Selanjutnya dalam ayat 32 dikatakan jadi penuhilah takaran nenek
moyangmu, dan ayat ini jika kata penuhilah diartikan dalam bahasa Yunani plhrw,sate (Plerhosate) merupakan kata kerja imperative,
aorist orang ke2 jamak, yang menunjukkan
kata perintah tentang suatu pekerjaan yang telah selesai dilakukan,jadi
perintah ini menunjuk kepada kalian yaitu
orang orang farisi untuk memenuhi takaran yaitu dalam bahasa ingris dikatakan measure yaitu ukuran yang sudah
ditentukan bagi nenek moyang mereka untuk mereka harus lakukan. Perintah ini
menunjukkan perintah untuk perbuatan sekali telah dilakukan namun berlaku sampai saat ini
dan seterusnya, yaitu harus memenuhi.[18]
Jadi ini merupakan kelanjutan dari kecaman Tuhan Yesus agar para Ahli Taurat
memenuhi ukuran yang telah ditentukan yakni melakukan tugas mereka sesuai
dengan jabatan mereka yakni seperti yang telah dilakukan dan hal ini sama halnya dengan yang dilakukan oleh nenek
moyang mereka yakni perbuatan
mereka tidak sesuai dengan yang diajarkan.
Ayat 33 ini Tuhan Yesus kembali
mengecam ahli-ahli Taurat
dan orang-orang Farisi dengan mengatakan “ hai kamu ular-ular”, “hai kamu
keturunan ular beludak”. Dalam buku The New American Commentary Mathew,
diterjemahkan dengan kata “you snakes” yang berarti hai kamu para ular, dan kemudian
dikatakan lagi “ You Brood of Vipers”
yang berarti kamu sejenis ular beludak yaitu sejenis ular berbisa, mengeram,memikir-mikir,ulsr berbisa, jahat.[19]
Dalam terjemahan bahasa Yunani diterjemahkan dengan kata evcidnw/n( (Ekhidna)
yang berarti ular, kamu ular berbisa dan menunjuk kepada orang yang jahat dan
dipandang hina.[20]
Ular pada bagian ini bisa juga menunjuk kepada binatang yang merupakan binatang
yang paling cerdik dari segala jenis binatang yang diciptakan Tuhan (Kej. 3:1).
Jadi pada bagian ini Yesus mengecam orang-orang farisi dan ahli-ahli taurat
dengan sebutan ular yakni mengacu kepada kelicikan dari sifat mereka, dan juga
merupakan orang yang jahatdan dipandang hina.
4. Ayat 34-36
“Hai kamu ular-ular, hai kamu keturunan ular beludak!
Bagaimanakah mungkin kamu dapat meluputkan diri dari hukuman neraka?
Sebab itu, lihatlah, Aku mengutus kepadamu nabi-nabi,
orang-orang bijaksana dan ahli-ahli Taurat: separuh di antara mereka akan kamu
bunuh dan kamu salibkan, yang lain akan kamu sesah di rumah-rumah ibadatmu dan
kamu aniaya dari kota ke kota,
supaya kamu menanggung akibat penumpahan darah orang yang
tidak bersalah mulai dari Habel, orang benar itu, sampai kepada Zakharia anak
Berekhya, yang kamu bunuh di antara tempat kudus dan mezbah.
Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya semuanya ini akan
ditanggung angkatan ini!"
Pada ayat 34-36 dikatakan bahwa “Aku
mengutus kepadamu nabi-nabi” dan hal ini juga dinyatakan sama dalm Lukas 11:4
mengaitkan pengutusan ini dengan “hikmat Allah” dsehingga dengan demikian Yesus
selaku penjelmaan sempurna dari hikmat Allah, mengklaim gelar ini untuk diri-Nya (I Kor 1:24).[21]
Nabi-nabi disini diterjemahkan dalam
bahasa yunani profh,taj (Prothetes), noun accusative masculine plural common
yaitu kata
benda yang bersifat menuduh, jamak maskulin, yaitu
nabi ;para nabi. Istilah yang secara khusus disesuaikan dengan para
pendengarnya, orang-orang yang bijaksana.[22]
Dalam Niv Study Bible nabi-nabi dikatakan disitu “teachers” yaitu para pengajar atau para guru.[23]
Jadi, perkataan Tuhan yesus kepada
mereka bahwa setiap para pengajar, para guru , orang-orang bijaksana, dan ahli
Taurat sebagian dari pada mereka, disiksa, dibunuh bahkan disalibkan. Dan perkataan Tuhan Yesus ini menunjukkan suatutuduhan
kepada mereka yang mendengarkan saat itu, yakni Ahli-Ahli Taurat.
Istilah
yang secara khusus disesuaikan dengan para pendengarnya yang dalm hal itu
adalah para ahli Taurat dsn orsng-orsng Farisi. Dalam penaganiayaan yang
dinubuatkan ini akan menjadi cawan kesalahan orang Yahudi sehingga permusuhan
Illahi akan menimpa angkatan ini. Kata angkatan ini memiliki arti dalam bahasa
Yunani yaitu genea.n “Genea”
yaitu keluarga, keturunan atau generasi.[24]
Jadi dalam hal ini Yesus menyampaikan bahwa nubuatan yang akan terjadi akan
menimpa keturunan, keluarga, atau generasi dari akibat permusuhan dengan
Illahi, yang dalam hal ini mengacu kepada para ahli taurat, orang Farisi
sebagai generasi atau penerus.
Pada
ayat yang ke-35 menceritakan tentang
bagiman Habel orang benar itu sampai
kepada Zakaria meliputi semua pembunuhan yang tercatatdalm Perjanjian Lama,
sejak kitab pertama (Kej 4:8) hingga kitab terahir dalam kanon Ibrani (II
Tawarik 24:20-22), kegagalan orang-orang
Farisi ini belajar dari sejarah dan bertobat dari kejahatan mereka sama
seperti nenek moyang mereka.[25]
Jadi dari hal ini dapt disimpulkan bahwa pembunuhan Habel adalah yang pertama
dalam kisah Alkitab dan pembunuhan
Zakaria adalah yang terakir. Sejak awal sampai akhir sejarah Israel adalah
penolakan dan dan seringkali pembantaian terhadap utusan-utusan Allah.
BAB
III
PENUTUP
Dari pembahasan dalam
Matius 22: 29-36 ini merupakan suatu kecaman yang dilakukan oleh Tuhan Yesus kepada ahli-ahli
taurat dan orang- orang Farisi, karena Tuhan
yesus menjelaskan tentang bagaiman kelakuan dari mereka itu yakni sifat kemunafikan
yang mereka lakukan, seperti melakukan suatu perbuatan baik didepan orang
banyak namun dalam hatinya penuh dengan kemunafikan, bahkan mereka melkukan
semuany itu untuk dilihat oleh orang banyak, dan tidak hanya itu bahwa mereka
itu memiliki sifat yang sama dengan nenek moyang mereka yaitu sifat pembunuh
nabi-nabi dan utusan Tuhan,
hal ini terletak dari rencana dan bersekongkol untuk ingin membunuh Tuhan Yesus (Markus 12:13).
Dari sifat sifat inilah yang membuat Tuhan Yesus mengecam mereka dengan suatu
tindakan yang dilakuan Tuhan Yesus dengan rasa yang tidak senang karena melihat
tingkah dan perbuatan mereka yang tidak sesuai dengan apa yang mereka ajarkan.
Dari pembahasan dalam
Matius 22:29-36 ini juga membahas bagaimana orang Farisi dan ahli-ahli Taurat memiliki sifat yang licik yang
digambarkan dalam kecaman Tuhan Yesus dengan sebutan ular, dan hal ini
disebutkan kata ular yakni binatang ciptaan Tuhan didarat yang paling cerdik
(Kej 3:1), sehingga dapat juga dikatakan bahwa orang Farisi ini memiliki sifat
yang sama dengan ular yakni licik. Selain itu juga dibahas tentang bagaimana
kelakuan orang farisi yang mengajarkan kebenaran sementara mereka melangar dan
bahkan mereka melakukan semuanya itu karena mereka ingin mencari nama dan ingin
dipuji.
Dari keseluruhan
pembahasan ini, yang menjadi aplikasi bahwa Tuhan menentang orang yang munafik, atau
orang yang suka berpura-pura, dan juga menentang orang yang memilki sifat pembunuh, dan
bahkan licik, dan hal ini juga sangat memberkati saya secara khusus, dalam
mengikuti Tuhan bahwa sebagai seorang hamba Tuhan hendaknya memberikan
pengajaran kepada orang sesuai dengan tindakan kita sendiri, dan bukan karena
kita ingin dilihat oleh orang lain
ataupun karena ada maksud terselubung, melinkan kita harus
memilki pengajaran yang benar yang disertai dengan tindakan yang benar pula dan
maksud yang benar.
KEPUSTAKAAN
Barclay,William,
2008 Memahami Alkitab Setiap Hari, Injil
Matius, Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Blomberg, Craig E,
1992 The New American Commentary Mathew, Nashville:
Broadman Press.
Burdik, Donald John Stek & Wessel, Walter Ronald Youngblood,
1955 NIV
Study
Bible,U.S.A : Zon
Dervan.
Charles F. Pfeiffer,
Everet F. Harrison,
2008 The Wycliffe Bible Commentary Vol.3, Jawa Timur: Gandum Mas.
Dra. Yap Wey Fong,
2004
Hanbook To The Bible,
Bandung : Kalam Hidup.
D. Douglas,
2008 Ensiklopedi Alkitab Jilid I,Jakarta:
yayasan Komunikasi Bina Kasih.
Guthrie, Donald,
2011 Pengantar Perjanjian Baru Vol I,Surabaya:
Momentum .
Tenney Merril,
1992 Survey Perjanjian Baru, Malang : Gandum Mas.
Tulluan Ola,
1999 Introduksi Perjanjian Baru,
Malang : Literatur YPPII.
[1] Donald Guthrie, Pengantar Perjanjian Baru Vol I, (
Surabaya: Momentum 2011), 13-14,
[2] Tenney Merril, Survey Perjanjian Baru, (Malang : Gandum
Mas 1992), 183
[3] Donald Guthrie, Pengantar Perjanjian Baru Vol I,…15
[4] Donald Guthrie, Pengantar Perjanjian Baru Vol I,…. 23
[5]Ola Tulluan, Introduksi Perjanjian Baru, ( Malang : Literatur YPPII, 1999),
35
[6]
Charles F. Pfeiffer, Everet F. Harrison, The Wycliffe Bible Commentary Vol.3, (Jawa Timur: Gandum Mas,
2008), 101
[7] Dra. Yap Wey Fong, Hanbook To The Bible, ( Bandung : Kalam
Hidup, 2004), 548
0 komentar:
Posting Komentar