BAB I
PENDAHULUAN
Kamus Wikipedia menyebutkan bahwa Etos berasal dari bahasa
Yunani, akar
katanya adalah Ethikos, yang berarti moral atau menunjukkan karakter moral. Dalam
bahasa Yunani kuno dan modern, etos punya arti sebagai keberadaan diri, jiwa,
dan pikiran yang membentuk seseorang. Dalam kamus etos didefinisikan sebagai
kecenderungan atau karakter; sikap, kebiasaan, keyakinan yang berbeda dari
individu atau kelompok. Bahkan dapat dikatakan bahwa etos pada dasarnya adalah
tentang etika.
Etika tentu bukan hanya dimiliki bangsa
tertentu. Masyarakat dan bangsa apapun mempunyai etika. Ini merupakan nilai-nilai universal. Nilai-nilai etika yang dikaitkan
dengan etos kerja seperti rajin, bekerja, keras, berdisplin tinggi, menahan
diri, ulet, tekun dan nilai-nilai etika lainnya bisa juga ditemukan pada
masyarakat dan bangsa lain. Kerajinan, gotong royong, saling membantu, bersikap
sopan misalnya masih ditemukan dalam masyarakat kita. Perbedaannya adalah bahwa
pada bangsa tertentu nilai-nilai etis tertentu menonjol sedangkan pada bangsa
lain tidak.
Secara umum, etos kerja berfungsi
sebagai alat penggerak tetap perbuatan dan kegiatan individu sebagai seorang
pengusaha atau manajer. Menurut A. Tabrani Rusyan, (1989) fungsi etos kerja
adalah:
(a) pendorang timbulnya perbuatan
(b) penggairah dalam aktivitas
(c) penggerak, seperti; mesin bagi mobil, maka besar
kecilnya motivasi yang akan menentukan cepat lambatnya suatu perbuatan.
Sebagai
hamba Tuhan kita juga harus memiliki etos kerja terutama dalam bekerja untuk
melayani. Pada kesempatan ini, kelompok akan membahas Etos kerja berdasarkan
Alkitab, yaitu Amsal 6:6-11 yang akan menjadi panduan bagi kita agar kita
memiliki etos kerja yang baik. Dalam Amsal ini kita akan belajar dari Etos
kerja yang dimiliki oleh seekor semut.
BAB II
ANALISA EKSEGETIS TEKS
Amsal 6:6-8
menjelaskan kepada kita akan sifat dari semut yang dapat dijadikan teladan
dalam bekerja, yaitu;
1.
Tekun dan Rajin (6: 6)
2.
Bekerja dengan Rapi dan
Efisien (6: 7-8)
Pada
teks ini Penulis mengajarkan agar pemalas pergi belajar dari semut (ayat 6-8)[1].
Semut adalah makhluk kecil yang terlihat lemah. Namun, fakta
membuktikan, semut masih eksis hingga detik ini, sedangkan makhluk raksasa yang
terlihat kuat seperti
dinosaurus malah terbukti sudah punah. Tidak mengherankan bila Raja Salomo
mengajar kita untuk memperhatikan tingkah
laku
semut dan menarik pelajaran darinya agar kita menjadi bijak dalam perbuatan kita untuk bekerja. Ada dua sikap semut yang dapat kita teladani, yaitu:
1.
Tekun dan Rajin (6: 6)
Semut
dicatat dalam Alkitab hanya di ayat 6 dan 30:25. Ayat ini mengajar tentang
ketekunan dan kerajinan. Orang malas dapat belajar dari semut dengan
memperhatikan bagaimana semut bekerja keras, bagaimana semut menggotong beban
yang berat dan bagaimana semut bekerja sama. Kelihatannya semut tidak pernah
behenti bekerja, tidak seperti pemalas yang sering memboroskan banyak waktu[2].
Tekun adalah tidak lekas putus asa, tidak
akan berhenti bekerja sebelum yang dicita-citakan tercapai. Sifat tekun juga
mengandung makna kesungguhan, kekerasan tekad, tidak mudah putus asa, tidak
berhenti sebelum tujuannya tercapai, dan ada keasikan saat mengerjakan
ketekunan itu. Sifat tekun membuat orang mau mempelajari atau mengerjakan sesuatu,
meskipun sesuatu itu sulit atau baru diketahui. Sifat tekun sangat diperlukan
dalam melayani Tuhan. Tanpa sifat ini, kita akan mudah putus asa dan tersandung
jatuh, sekalipun cuma tersandung sebutir pasir dan belum sampai menabrak tembok.
Semut dapat mencukupi kebutuhan makanannya karena mereka konsisten
mengumpulkan makanan. Hari cerah, semut bekerja; hari hujan, semut juga tetap
bekerja. Semut konsisten dalam bertindak, cuaca tidak mengubahnya untuk tekun
melayani komunitasnya. Raja Salomo bersabda “Hai pemalas, pergilah kepada
semut, perhatikanlah lakunya dan jadilah bijak!”
Kata pergilah dalam bahasa Ibrani menggunakan kata $l;y" yalak {yaw-lak'} yang artinya to go, walk, come (Qal) go away yaitu
pergi lakukan. Dalam bentuk imperative active masculine yang berarti satu kata
perintah yang harus dilakukan atau yang membutuhkan tindakan (action). Kata
perhatikanlah dalam bahasa Ibrani menggunakan kata ha'r' (raah)
yang artinya to see (Qal ) yaitu pergi untuk melihat dan dalam bentuk
imperative active masculine yang berarti satu tindakan yang bukan hanya
diperhatikan melainkan dilihat sungguh-sungguh akan tindakan atau sikap dari
seekor semut tersebut.
2.
Bekerja Dengan
Rapi dan Efisien (6: 7-8)
Dalam Amsal 6: 7-8 dimana semut-semut
ini ketika bekerja mereka tidak memiliki pemimpin[3].
Meskipun demikian semut-semut itu tetap menyediakan rotinya di musim panas, dan
mengumpulkan makanannya pada waktu panen. Semut tidak punya waktu kosong untuk
berleha-leha. Tidak ada pengangguran di dunia semut. Semut tetap tekun bekerja,
sekalipun tidak ada mandor yang mengawasi mereka, sekalipun tidak ada penguasa
yang memberi perintah kepada mereka untuk bekerja (Amsal 6: 7-8).
Pemimpin di dunia semut (ratu) tugasnya bukan memberi perintah agar
semut-semut itu bekerja keras. Dorongan bekerja keras pada diri semut berasal
dari dalam dirinya sendiri, bukan didikte oleh semut lain.
Adapun sifat-sifat semut yang lain yang dapat diteladani, yaitu;
·
Peduli.
Peduli dan peka terhadap segala hal yang terjadi dalam lingkungannya serta selalu memelihara rasa cinta kasih kepada sesama.
·
Positif dan Antusias.
Selalu antusias dalam berpikir dan bertindak demi mencapai tujuan berusaha.
Namun segala pemikiran dan tindakan tersebut bersifat positif demi menjaga
kelangsungan usaha.
·
Inisiatif.
Memiliki inisiatif dalam menjalankan usaha berdasarkan motivasi yang kuat
untuk maju dan mencapai tujuan tanpa menunggu komando, dan tanpa menyimpang
dari kebijakan perusahaan atau negara.
·
Rendah
hati. Berusaha selalu optimis dalam setiap langkah, namun
tidak sombong dan selalu menghargai serta menghormati orang lain.
·
Kreatif dan inovatif.
Selalu kreatif dalam berusaha dengan melakukan berbagai inovasi agar dapat
memenang-kan persaingan dan menjadi Leader dalam lingkungannya.
·
Disiplin dan
bertanggung jawab. Memiliki rasa tanggung jawab yang
besar terhadap kelangsungan hidup kegiatan usaha. Untuk itu, diperlukan
disiplin yang tinggi dalam menjalankan semua peraturan/ketentuan demi mencapai
tujuan.
·
Kerjasama.
Mampu menjalin kerjasama untuk menggalang kemitraan dengan semua kalangan
dalam menjalankan tugas agar sukses mencapai tujuan.
·
Produktif.
Bekerja secara profesional, tekun, dan sungguh-sungguh untuk mencapai hasil
yang maksimal.
·
Komitmen dan tabah. Memiliki komitmen yang tinggi
terhadap semua keputusan/peraturan
dan kesepakatan yang telah ditetapkan serta bertanggung jawab melaksanakannya
tanpa tawar-menawar.
·
Komunikatif.
Memiliki kemampuan berkomunikasi dengan menguasai tekniknya secara baik,
sehingga mampu menyampaikan segala informasi yang diperlukan tanpa menimbulkan
kesalah-pahaman.
·
Tidak menyerah. Bila kita
menghalang-halangi dan berusaha menghentikan langkah para semut, mereka selalu
akan mencari jalan lain. Mereka akan memanjat ke atas, menerobos ke bawah atau
mengelilinginya. Mereka terus mencari jalan keluar.
BAB
III
KESIMPULAN
Kita sebagai hamba Tuhan harus memiliki etos kerja
yang baik. Oleh sebab itu hal dapat kita lakukan agar dapat menumbuhkan
Etos Kerja
tersebut, yaitu;
1. Menumbuhkan sikap optimis yaitu mengembangkan semangat dalam diri, memelihara sikap optimis
yang telah dipunyai dan memotivasi
diri untuk bekerja lebih maju.
2. Menjadi diri sendiri yaitu meraih cita-cita yang di harapkan dalam pekerjaan.
3. Memiliki keberanian untuk memulai yaitu dengan tidak membuang
waktu dengan bermimpi, tidak takut
untuk gagal dan mampu merubah
kegagalan menjadi sukses.
4. Kerja dan waktu yaitu Menghargai waktu
(tidak akan pernah ada ulangan waktu)
dan tidak cepat merasa puas.
5. Mengkosentrasikan diri pada pekerjaan yaitu memusatkan diri dalam bekerja.
RELEVANSI
Sebagai
orang percaya kita harus memiliki kesadaran, semangat, kemauan, komitmen, inisiatif, produktif dan memiliki wawasan apalagi kita akan melayani diberbagai tempat dengan
tugas dan tanggungjawab yang akan dipercayakan bagi kita.
Oleh
sebab itu kita harus memiliki integritas diri dalam bekerja. Bekerja tidak
melihat adanya pemimpin yang harus selalu memberi instruksi kepada kita.
Melainkan ketika pemimpin kita tidak ada ditempat kita harus terus melakukan
pekerjaan kita. Mengerjakan semua pekerjaan dengan sungguh-sungguh termasuk
dalam mengerjakan pekerjaan pelayanan kita kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
Carm O.
Pareira Anton Berthold,
2006, Jalan Ke
Hidup Yang Bijak, Malang: Dioma
Alden L. Robert,
2002, Tafsiran
Praktis Kitab Amsal, Malang: Saat
Alden
Robert,
1991, Perilaku
Yang Bijaksana, Jakarta: Percetakan Timur Agung
____________
2006, Interlinear Transliterated Bible
Artikel,
2011
0 komentar:
Posting Komentar