Jumat, 24 Mei 2013

ETOS KERJA MANUSIA



BAB I
PENDAHULUAN
Kamus Wikipedia menyebutkan bahwa Etos berasal dari bahasa Yunani, akar katanya adalah Ethikos, yang berarti moral atau menunjukkan karakter moral. Dalam bahasa Yunani kuno dan modern, etos punya arti sebagai keberadaan diri, jiwa, dan pikiran yang membentuk seseorang. Dalam kamus etos didefinisikan sebagai kecenderungan atau karakter; sikap, kebiasaan, keyakinan yang berbeda dari individu atau kelompok. Bahkan dapat dikatakan bahwa etos pada dasarnya adalah tentang etika.
Etika tentu bukan hanya dimiliki bangsa tertentu. Masyarakat dan bangsa apapun mempunyai etika. Ini merupakan nilai-nilai universal. Nilai-nilai etika yang dikaitkan dengan etos kerja seperti rajin, bekerja, keras, berdisplin tinggi, menahan diri, ulet, tekun dan nilai-nilai etika lainnya bisa juga ditemukan pada masyarakat dan bangsa lain. Kerajinan, gotong royong, saling membantu, bersikap sopan misalnya masih ditemukan dalam masyarakat kita. Perbedaannya adalah bahwa pada bangsa tertentu nilai-nilai etis tertentu menonjol sedangkan pada bangsa lain tidak.
Secara umum, etos kerja berfungsi sebagai alat penggerak tetap perbuatan dan kegiatan individu sebagai seorang pengusaha atau manajer. Menurut A. Tabrani Rusyan, (1989) fungsi etos kerja adalah:
(a) pendorang timbulnya perbuatan
(b) penggairah dalam aktivitas
(c) penggerak, seperti; mesin bagi mobil, maka besar kecilnya motivasi yang akan menentukan cepat lambatnya suatu perbuatan.
Sebagai hamba Tuhan kita juga harus memiliki etos kerja terutama dalam bekerja untuk melayani. Pada kesempatan ini, kelompok akan membahas Etos kerja berdasarkan Alkitab, yaitu Amsal 6:6-11 yang akan menjadi panduan bagi kita agar kita memiliki etos kerja yang baik. Dalam Amsal ini kita akan belajar dari Etos kerja yang dimiliki oleh seekor semut.


BAB II
ANALISA EKSEGETIS TEKS
Amsal 6:6-8 menjelaskan kepada kita akan sifat dari semut yang dapat dijadikan teladan dalam bekerja, yaitu;
1.      Tekun dan Rajin (6: 6)
2.      Bekerja dengan Rapi dan Efisien (6: 7-8)
Pada teks ini Penulis mengajarkan agar pemalas pergi belajar dari semut (ayat 6-8)[1]. Semut adalah makhluk kecil yang terlihat lemah. Namun, fakta membuktikan, semut masih eksis hingga detik ini, sedangkan makhluk raksasa yang terlihat kuat seperti dinosaurus malah terbukti sudah punah. Tidak mengherankan bila Raja Salomo mengajar kita untuk memperhatikan tingkah laku semut dan menarik pelajaran darinya agar kita menjadi bijak dalam perbuatan kita untuk bekerja. Ada dua sikap semut yang dapat kita teladani, yaitu:
1.      Tekun dan Rajin (6: 6)
Semut dicatat dalam Alkitab hanya di ayat 6 dan 30:25. Ayat ini mengajar tentang ketekunan dan kerajinan. Orang malas dapat belajar dari semut dengan memperhatikan bagaimana semut bekerja keras, bagaimana semut menggotong beban yang berat dan bagaimana semut bekerja sama. Kelihatannya semut tidak pernah behenti bekerja, tidak seperti pemalas yang sering memboroskan banyak waktu[2].
Tekun adalah tidak lekas putus asa, tidak akan berhenti bekerja sebelum yang dicita-citakan tercapai. Sifat tekun juga mengandung makna kesungguhan, kekerasan tekad, tidak mudah putus asa, tidak berhenti sebelum tujuannya tercapai, dan ada keasikan saat mengerjakan ketekunan itu. Sifat tekun membuat orang mau mempelajari atau mengerjakan sesuatu, meskipun sesuatu itu sulit atau baru diketahui. Sifat tekun sangat diperlukan dalam melayani Tuhan. Tanpa sifat ini, kita akan mudah putus asa dan tersandung jatuh, sekalipun cuma tersandung sebutir pasir dan belum sampai menabrak tembok.
Semut dapat mencukupi kebutuhan makanannya karena mereka konsisten mengumpulkan makanan. Hari cerah, semut bekerja; hari hujan, semut juga tetap bekerja. Semut konsisten dalam bertindak, cuaca tidak mengubahnya untuk tekun melayani komunitasnya. Raja Salomo bersabda “Hai pemalas, pergilah kepada semut, perhatikanlah lakunya dan jadilah bijak!”
Kata pergilah dalam bahasa Ibrani menggunakan kata $l;y" yalak {yaw-lak'} yang artinya  to go, walk, come (Qal) go away yaitu pergi lakukan. Dalam bentuk imperative active masculine yang berarti satu kata perintah yang harus dilakukan atau yang membutuhkan tindakan (action). Kata perhatikanlah dalam bahasa Ibrani menggunakan kata ha'r' (raah) yang artinya to see (Qal ) yaitu pergi untuk melihat dan dalam bentuk imperative active masculine yang berarti satu tindakan yang bukan hanya diperhatikan melainkan dilihat sungguh-sungguh akan tindakan atau sikap dari seekor semut tersebut.
2.      Bekerja Dengan Rapi dan Efisien  (6: 7-8)
Dalam Amsal 6: 7-8 dimana semut-semut ini ketika bekerja mereka tidak memiliki pemimpin[3]. Meskipun demikian semut-semut itu tetap menyediakan rotinya di musim panas, dan mengumpulkan makanannya pada waktu panen. Semut tidak punya waktu kosong untuk berleha-leha. Tidak ada pengangguran di dunia semut. Semut tetap tekun bekerja, sekalipun tidak ada mandor yang mengawasi mereka, sekalipun tidak ada penguasa yang memberi perintah kepada mereka untuk bekerja (Amsal 6: 7-8).
Pemimpin di dunia semut (ratu) tugasnya bukan memberi perintah agar semut-semut itu bekerja keras. Dorongan bekerja keras pada diri semut berasal dari dalam dirinya sendiri, bukan didikte oleh semut lain.
Adapun sifat-sifat semut yang lain yang dapat diteladani, yaitu;
·         Peduli. Peduli dan peka terhadap segala hal yang terjadi dalam lingkungannya serta selalu memelihara rasa cinta kasih kepada sesama.
·         Positif dan Antusias. Selalu antusias dalam berpikir dan bertindak demi mencapai tujuan berusaha. Namun segala pemikiran dan tindakan tersebut bersifat positif demi menjaga kelangsungan usaha.
·         Inisiatif. Memiliki inisiatif dalam menjalankan usaha berdasarkan motivasi yang kuat untuk maju dan mencapai tujuan tanpa menunggu komando, dan tanpa menyimpang dari kebijakan perusahaan atau negara.
·         Rendah hati. Berusaha selalu optimis dalam setiap langkah, namun tidak sombong dan selalu menghargai serta menghormati orang lain.
·         Kreatif dan inovatif. Selalu kreatif dalam berusaha dengan melakukan berbagai inovasi agar dapat memenang-kan persaingan dan menjadi Leader dalam lingkungannya.
·         Disiplin dan bertanggung jawab. Memiliki rasa tanggung jawab yang besar terhadap kelangsungan hidup kegiatan usaha. Untuk itu, diperlukan disiplin yang tinggi dalam menjalankan semua peraturan/ketentuan demi mencapai tujuan.
·         Kerjasama. Mampu menjalin kerjasama untuk menggalang kemitraan dengan semua kalangan dalam menjalankan tugas agar sukses mencapai tujuan.
·         Produktif. Bekerja secara profesional, tekun, dan sungguh-sungguh untuk mencapai hasil yang maksimal.
·         Komitmen dan tabah. Memiliki komitmen yang tinggi terhadap semua keputusan/peraturan dan kesepakatan yang telah ditetapkan serta bertanggung jawab melaksanakannya tanpa tawar-menawar.
·         Komunikatif. Memiliki kemampuan berkomunikasi dengan menguasai tekniknya secara baik, sehingga mampu menyampaikan segala informasi yang diperlukan tanpa menimbulkan kesalah-pahaman.
·         Tidak menyerah. Bila kita menghalang-halangi dan berusaha menghentikan langkah para semut, mereka selalu akan mencari jalan lain. Mereka akan memanjat ke atas, menerobos ke bawah atau mengelilinginya. Mereka terus mencari jalan keluar.

 BAB III
KESIMPULAN
Kita sebagai hamba Tuhan harus memiliki etos kerja yang baik. Oleh sebab itu hal dapat kita lakukan agar dapat menumbuhkan Etos Kerja tersebut, yaitu;
1. Menumbuhkan sikap optimis yaitu mengembangkan semangat dalam diri, memelihara sikap optimis yang telah dipunyai dan memotivasi diri untuk bekerja lebih maju.
2. Menjadi diri sendiri yaitu meraih cita-cita yang di harapkan dalam pekerjaan.
3. Memiliki keberanian untuk memulai yaitu dengan tidak membuang waktu dengan bermimpi, tidak takut untuk gagal dan mampu merubah kegagalan menjadi sukses.
4. Kerja dan waktu yaitu Menghargai waktu (tidak akan pernah ada ulangan waktu) dan tidak cepat merasa puas.
5. Mengkosentrasikan diri pada pekerjaan yaitu memusatkan diri dalam bekerja.
RELEVANSI
Sebagai orang percaya kita harus memiliki kesadaran, semangat, kemauan, komitmen, inisiatif, produktif dan memiliki wawasan apalagi kita akan melayani diberbagai tempat dengan tugas dan tanggungjawab yang akan dipercayakan bagi kita.
Oleh sebab itu kita harus memiliki integritas diri dalam bekerja. Bekerja tidak melihat adanya pemimpin yang harus selalu memberi instruksi kepada kita. Melainkan ketika pemimpin kita tidak ada ditempat kita harus terus melakukan pekerjaan kita. Mengerjakan semua pekerjaan dengan sungguh-sungguh termasuk dalam mengerjakan pekerjaan pelayanan kita kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
 
Carm O. Pareira Anton Berthold,
2006, Jalan Ke Hidup Yang Bijak, Malang: Dioma

Alden L. Robert,
2002, Tafsiran Praktis Kitab Amsal, Malang: Saat
Alden Robert,
1991, Perilaku Yang Bijaksana, Jakarta: Percetakan Timur Agung
 ____________
2006, Interlinear Transliterated Bible

Artikel, 2011


[1] Berthold Anton Pareira O. Carm, Jalan Ke Hidup Yang Bijak, Malang: Dioma, 2006, 155-156
[2] Robert L. Alden, Tafsiran Praktis Kitab Amsal, Malang: Saat, 2002, 71
[3] Robert Alden, Perilaku Yang Bijaksana, Jakarta: Percetakan Timur Agung, 1991, 32

0 komentar:

Posting Komentar