Selasa, 21 Mei 2013

Roma 2:1-10

BAB I
PENDAHULUAN
Kitab Roma merupakan kitab dotrinal ditulis oleh Rasul Paulus. Kitab ini juga merupakan kitab yang unik karena kitab ini ditulis dan dikirim tanpa Paulus pernah pergi ke Roma atau menemui jemaat yang ada di Roma.
Surat Roma ini tidaklah perlu diragukan lagi, karena dalam surat Roma ini terdapat dasar Injil yang merupakan tema dari kitab ini. Oleh karena itu perlu ditekankan bahwa surat ini begitu penting.
Dalam surat ini Paulus memberikan pernyataan yang paling lengkap tentang doktrin dalam Perjanjian Baru. Apabila hendak mengetahui seluk-beluk Kekristenan, hendaklah orang memeriksa tulisan Paulus kepada jemaat di Roma. Demikian kata seorang penafsir kenamaan. Oleh sebab itulah selayaknya Surat Roma ini diperhatikan dengan sungguh-sungguh oleh setiap orang Kristen, Karena amat penting dan berisi penuh mata benda rohani yang indah.
Kota Roma dipenuhi dengan orang-orang yang memiliki latar belakang yang berbeda-beda, ada Yahudi dan Yunani. Dalam jemaat Kristen disana terutama Roma 2:1-10 menyatakan tentang orang-orang Yahudi yang merasa paling benar dan tidak lagi perlu dihukum oleh karena mereka sebagai umat pilihan dan berhak menghakimi siapa saja terutama orang diluar Yahudi. Namun pada pasal ini Paulus menekankan akan penghakiman Allah yang adil akan semua manusia. Paulus menekankan bahwa tidak ada yang lebih benar atau salah, semua sama dihadapan Allah walaupun pada awalnya Yahudi diberi anugrah khusus untuk menerima janji keselamatan itu. Kelompok kami akan membahas lebih lanjut mengenai Roma 2:1-10 dimana teks ini kami beri tema “Penghakiman Allah Yang Adil”








BAB II
LATAR BELAKANG
            Pada bagian ini kami akan membahas latar belakang dari surat Roma yang mencakup antara lain lalu mengenai analisa sejarah dan analisa konteks
Analisa Sejarah
Analisa sejarah mancakup bagian latar belakang kota Roma, alamat Kitab Roma, penulis kitab Roma, tempat penulisan kitab Roma, Waktu penulisan, maksud dan tujuan penulis kitab Roma
Latar Belakang Kota Roma
Dalam sejarahnya lahirnya kota Roma diliputi oleh legenda. Sebuah legenda menyatakan bahwa Aeneas, pejuang dari Troya, telah mendirikan Roma setelah kejatuhan Troya pada tahun 1100 sM. Sebuah legenda lain menyatakan bahwa dua orang keturunannya, Romulus dan Remus, mendirikan Roma pada tahun 753 sM. Hal ini terjadi pada masa pemerintahan Azarya (Uzia) di Yehuda dan Zakharia serta Salum di Israel.[1]
Kekristenan di Roma tidak jelas bagaimana terbentuk, karena ketika Paulus mengirimkan surat Roma ini kekristenan sudah ada. Mungkin jemaat itu didirikan oleh orang-orang yang bertobat pada hari Pentakosta, yang kembali ke rumah mereka di Roma dengan luapan kegembiraan karena iman mereka yang baru. Namun ada kaitannya dengan Paulus yang berjumpa dengan Akwila dan Priskila di Korintus. Karena setelah itu Paulus mengirim Surat ini. Kemungkinan besar jemaat disana terdiri dari orang Yahudi dan non-Yahudi[2]
Alamat Kitab Roma
            Surat ini dialamatkan kepada jemaat di Roma, “Kamu sekalian yang tinggal di Roma, yang dikasihi Allah yang dipanggil dan dijadikan orang-orang kudus” (1:7)[3]
Penulis Kitab Roma
            Paulus adalah penulis Surat Roma, hal itu tidak perlu diragukan. Banyak ahli bahasa menilai surat itu sebagai karya sastra yang terbaik dari semua surat kiriman Paulus. (1:1) Isi Surat Roma adalah khas Paulus, sejak abad ke-2 keaslian surat itu tidak dapat diragukan lagi. [4]
Tempat Penulisan Kitab Roma
            Dalam perjalan misi yang ketiga, Paulus mengunjungi Korintus, ia menulis surat kepada jemaat di Roma.[5]
Waktu Penulisan
            Surat Roma ini ditulis antara tahun 55-59, tetapi yang ditekankan itu tahun 57.[6]
Maksud dan Tujuan Penulis
Paulus telah mendengar beberapa kesulitan praktis yang dialami orang Kristen Roma, jadi dalam suratnya pada bagian etika (terutama ps. 14) ia berusaha memperbaiki penekanan yang salah itu. Dalam Roma 16:17-19 disinggung tentang guru palsu yang harus dihindari, tapi ini tak dapat dianggap tujuan utama Roma, kendati hal itu muncul kemudian sebagai renungan. Dan adalah jelas, bahwa tujuan menentang ajaran palsu tidak mendominasi Roma.[7]
Maksud dan tujuan surat Roma dijelaskan pada ps. 15:22-25 dimana Paulus memberitahukan mereka bahwa ia ingin mengunjungi mereka di Roma. Ps 15:24 menceritakan suatu maksud yang lain yaitu Paulus mengharapkan pertolongan mereka karena ia akan melayani di Spanyol dan ia berharap mereka memperlancar perjalanannya.[8]

Analisa Konteks
Konteks menurut KBBI adalah bagian suatu uraian atau kalimat yang dapat mendukung atau menambah kejelasan makna;  situasi yang ada hubungannya dengan suatu kejadian. Dan menurut Kaiser kata konteks berasal dari dua kata bahasa Latin yang berbunyi Con, yang berarti bersama-sama/menjadi satu, dan textus yang berarti tersusun.[9] Jadi kata konteks di sini dipakai untuk menunjukkan hubungan yang menyatukan bagian Alkitab yang ingin ditafsir dengan sebagian atau seluruh Alkitab. Sehingga dalam bagian ini kami akan menjelaskan konteks menyeluruh di surat Roma yang menurut Tenney[10]:
1.      Kata Pembuka                                                                   1:1 -17
a.       Salam Pembuka                                                           1:1-7
     Penulis                                                                    1:1-5
     Pembaca Yang Dituju                                            1:6:7a
     Salam                                                                     1:7b
     Alasan                                                                    1:8-15
     Tema                                                                      1:16-17
2.      Kebutuhan Akan Pembenaran                                          1:18 – 3:20
a.       Kefasikan Bangsa-Bangsa Lain                                  1:18-32
b.      Kebinasaan Bagi Yang Menghakimi                          2:1-16
c.       Dilema Bangsa Yahudi                                               2:17 – 3:8
d.      Hukuman Bagi Semua Orang                                     3:9-20
3.      Perwujudan Pembenaran Ilahi                                          3:21 - 8:39
a.       Jalan Menuju Pembenaran : Iman                               3:21-31
b.      Dasar Pembenaran : Janji                                            4:1-25
c.       Hasil Pembenaran                                                       5:1-21
d.      Beberapa Aspek Pembenaran Praktis                         6:1 – 7:25
e.       Akibat Pembenaran : Hidup Oleh Roh Kudus           8:1-39
4.      Hubungan Antara Pembenran Dan Bangsa Yahudi         9:1 – 11:36
a.       Pilihan Atas Israel                                                       9:1-33
b.      Keselamatan Israel                                                      10:1-21
c.       Kegagalan Israel                                                         11:1-36
5.      Penerapan Pembenaran Pada Kehidupan Gereja              12:1 – 15:13
a.       Himbauan Untuk Menguduskan Diri                         12:1-2
b.      Pemanfaatan Karunia                                                  12:3-8
c.       Hubungan Pribadi                                                       12:9-21
d.      Hubungan Politik                                                        13:1-7
e.       Hubungan Masyarakat                                                13:8-14
f.       Hubungan Persaudaraan                                             14:1 - 15:13
6.      Kesimpulan                                                                       15:14 – 33
a.       Rencana Pribadi                                                          15:14-29
b.      Permintaan Untuk Berdoa                                          15:30-33
7.      Kata-Kata Tambahan                                                        16:1-27
a.       Salam                                                                          16:1-24
b.      Berkat                                                                         16:25-27
Dan Roma 2:1-10 terdapat pada bagian Kebutuhan akan pembenaran Ilahi (1:18-3:20) yang memiliki sub tema kebinasaan bagi yang menghakimi (2:1-16).

Konteks Dekat
Tema utama dari Roma adalah pernyataan kebenaran Tuhan kepada manusia, dan penerapannya pada kebutuhan rohani manusia. Oleh karenanya tema ini merupakan hal yang mendasar bagi semua pengalaman kristiani, karena manusia tidak dapat berhubungan  dengan Tuhan sebelum diadakan suatu pendekatan yang benar. Paulus menyatakan dirinya sebagai rasul bagi semua bangsa (1:5), ia melukiskan secara singkat sejarah dunia kafir sebagai pembuka pernyataannya (1:18-32); ia meyakinkan bahwa keselamatan Allah adalah juga bagi “bangsa-bangsa lain” (3:29), dan bahwa dalam hal keselamatan “tidak ada perbedaan” antara orang Yahudi dan Yunani. Roma menegaskan bahwa wawasan keselamatan adalah universal. 
            Dalam Roma 1:18-32, Paulus sudah menjelaskan bahwa orang-orang di Roma sudah mengalami kebobrokan moral, menggantikan kemuliaan Allah dengan berhala (23), menyembah berhala (25), menyerahkan diri kepada hawa nafsu yang tidak wajar (26-27), penuh dengan dosa pikiran (28-32). Lalu dalam Roma 2:11-29, Paulus menyatakan bahwa Allah itu tidak memandang bulu (11), baik yang sudah mendengar atau menerima hukum taurat dan yang tidak menerima juga akan mendapat bagian masing-masing (12-16), walaupun Yahudi dengan kebanggaan mereka sebagai penerima hukum taurat dan juga penerima janji melalui sunat, tetap akan Allah adili dengan adil dan itu semua bukan jaminan akan keselamatan mereka (17-29)


Konteks Jauh
Allah memulai providensianya kepada manusia dalam Kejadian 3:15 yang kita kenal sebagai proto evanggelium, lalu dilanjutkan janji melalui Abraham. Hal ini juga menjelaskan tentang pembenahan penyelamatan, disini terlihat inisiatif Allah sendiri kepada umat pilihan-Nya. Abram menjadi dasar terang keturunan dari penyelenggaran penyelamatan yang dilakukan Allah dalam konteks perjanjian lama. Dimana Allah memanggil Abram, dan memerintahkan Abram (Kej 12:1), dari kehidupan Abram janji pembenahan tentang penebusan tidak berakhir dengan diteguhkan janji itu kepada keturunan Abraham. Janji kejayaan kerajaan yang tidak pernah berakhir itu ditekankan kepada keturunaan Yehuda sebagai penerima janji sebelum Israel atau Yakub mati. Yakub memberkati Yehuda (Kej. 49:8) dimana Yehuda sebagai garis keturnan sang Mesias, lalu Daud sebagai gambaran sang Mesias sehingga dikatakan bahwa Yesus merupakan keturunan anak Daud (Mat.1:1). Sehingga melalui gambaran ini terlihat bahwa Yahudi merupakan pemegang janji keselamatan tersebut, namun perlu diperhatikan bahwa Allah itu adil, sehingga Israel merupakan jalan atau saluran berkat bagi bangsa diluar Yahudi.
Kitab Roma telah lama menjadi sandaran utama theologi Kristen. Kebanyakan dari istilah-istilah teknisnya seperti pembenaran, diperhitungkan, menjadikan (Anak Allah) disucikan, diambil dari kosakata surat ini, dan kerangka argumentasinya menjadi dasar pemikiran Kristen. Metode logikanya jelas terlibat. Mula-mula, temanya diperkenalkan ”...Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya” (ps.1:16).  Kebutuhan manusia akan kekuatan itu ditunjukkan oleh keruntuhan dunia, baik Yahudi maupun bukan Yahudi, oleh karena itu, “tidak ada yang benar, seorang pun tidak” (3:10). Maka, bila semuanya tidak berdaya dan dikuasai oleh dosa, pertolongan itu harus datang dari luar, yang memberikan kepada mereka suatu pembenaran secara hukum dan secara pribadi. Ia dapat diperoleh di dalam Kristus, yang “telah ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian karena iman, dalam darah-Nya...” (3:25). Pasal 6-8 membahas mengenai persoalan-persoalan pribadi yang timbul akibat hubungan rohaniah yang baru itu. “Bolehkah kita bertekun dalam dosa, supaya semakin bertambah kasih karunia itu?” (6:1). “Apakah kita akan berbuat dosa, karena kita tidak berada di bawah Hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia?” (6:15). “Apakah Hukum Taurat itu dosa?” (7:7). “Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini?” (7:24). Semua pertanyaan ini dijawab oleh penjelasan tentang kehidupan pribadi di dalam Roh dalam pasal 8. Bagian selanjutnya dari pasal 9-11 membahas suatu pertanyaan yang lebih luas. Apakah dengan mengaruniakan keselamatan oleh iman, Tuhan membatalkan perjanjian-Nya dengan Israel yang ditetapkan melalui Hukum Taurat? Paulus menunjukkan bahwa pilihan Allah atas bangsa-bangsa lain adalah sama seperti ketika Allah memilih Yakub daripada Esau. Adalah hak Allah memberikan keselamatan-Nya kepada bangsa-bangsa lain sama seperti memilih Israel untuk menjadi alat pernyataan-Nya. Karena ketidakpercayaannya Israel telah kehilangan haknya, hingga kini bangsa lainlah yang menerimanya dari tangan Allah. Akan tiba saatnya, ketika kesempatan bagi bangsa-bangsa telah penuh (11:25), dan orang-orang Israel yang percaya dapat masuk ke dalam keselamatan. Perhatian Allah sekarang pada bangsa-bangsa lain bukanlah suatu kebetulan, tetapi itu termasuk dalam rencana ilahi. Bagian praktis dari kitab Roma merupakan penerapan dari tata cara keselamatan yang diuraikan dalam sebelas pasal sebelumnya.

Struktur Teks
            Penyelidikan tujuan suatu kitab adalah struktur (garis besar) suatu kitab.[11] Tujuan bisa diumpamakan sebagai puncak dari suatu gunung, sedangkan struktur (garis besar) adalah jalan yang menuju ke situ.[12] Pada bagian ini kelompok akan memaparkan mengenai struktur teks atau garis besar yang terdapat dalam Roma 2:1-10 menurut para Teolog :
Menurut Yakub Tri Handoko struktur teksnya adalah[13]
a.       Kritik terhadap asumsi Yahudi (ay. 1-5)
b.      Penghakiman Allah tanpa memandang bulu (ay. 6-11)
Menurut John Stott[14]
a.       Penghakiman Allah tidak bisa dihindari (ay.1-4)
b.      Penghakiman Allah yang sepantasnya. (ay.5-11)
Namun menurut kelompok kami
a.       Kritik terhadap pola pikir Yahudi (ay. 1-3)
b.      Seruan pertobatan (ay. 4-5)
c.       Penghakiman Allah (ay. 6-9)
d.      Tindakan Allah tanpa pandang bulu (ay.9-10)
Sehingga kelompok kami memakai struktur yang kami buat

BAB III
URAIAN EKSEGETIS
Dalam bagian ini kami akan menguraikan Roma 2:1-10, yang dimulai dengan bagian kritik terhadap pola pikir Yahudi (ay. 1-3), seruan pertobatan (ay. 4-5), penghakiman Allah (ay. 6-9), tindakan Allah tanpa pandang bulu (ay.9-10).

Kritik Terhadap Pola Pikir Yahudi
Ayat 1 Karena itu, hai manusia, siapa pun juga engkau, yang menghakimi orang lain, engkau sendiri tidak bebas dari salah. Sebab, dalam menghakimi orang lain, engkau menghakimi dirimu sendiri, karena engkau yang menghakimi orang lain, melakukan hal-hal yang sama.
Διὸ ἀναπολόγητος εἶ , ὦ ἄνθρωπε πᾶς ὁ κρίνων· ἐν ᾧ γὰρ κρίνεις τὸν ἕτερον, σεαυτὸν κατακρίνεις, τὰ γὰρ αὐτὰ πράσσεις ὁ κρίνων.
Pada ayat 1 ini dimulai dengan frasa “karena itu” yang dalam bahasa Yunaninya Διὸ ἀναπολόγητος εἶ yang jika diterjemahkan lebih sempit artinya yaitu oleh karena itu kamu tidak ada alasan. Frasa ini menunjukkan sambungan dari pasal sebelumnya dimana memang semua orang baik Yahudi dan orang kafir telah melakukan dosa, walaupun mereka sudah tahu hukum Allah. Sehingga siapa pun yang berani menghakimi berarti sedang menghakimi dirinya sendiri.
Ada sekitar tiga kali kata κρίνω disebutkan. Kata ini memiliki arti sebagai menghakimi, menghukum berlaku seperti hakim, mencari keadilan, melebihkan, menghargai, mempertimbangkan, mengkritik, memutuskan, berpendapat dan juga memerintah.  Kata κρίνω yang pertama yaitu ὁ κρίνων (present aktif Nominatif maskulin tunggal) dimana kata ini menjadi subjek sehingga diterjemahkan menjadi penghakiman. Lalu yang kedua κρίνεις (present indikatif aktif orang ke-2 tunggal) yang berarti kamu yang terus-menerus menghakimi atau mengkritik. Yang ketiga sama dengan yang pertama. Lalu ada frasa yang menarik yaitu σεαυτὸν κατακρίνεις, τὰ γὰρ αὐτὰ, dimana kata κατακρίνεις berarti menghukum, menyalahkan, mengutuk. Sehingga frasa ini berarti kamu menyalahkan, menghukum, mengutuk diri kamu sendiri. Sehingga jika semua frasa dari yang dari bahasa aslinya berarti oleh karena itu tidak alasan bagi setiap manusia yang melakukan penghakiman, kamu yang terus menerus menghakimi yang lain, kamu sedang menghakimi, menyalahkan, mengkutuk dirimu sendiri, karena kamu melakukan apa yang kamu hakimi. Berarti ada kemunafikan ketika mereka mengkritik, karena melakukan dosa yang sama.[15]
Ayat 2 Tetapi kita tahu, bahwa hukuman Allah berlangsung secara jujur atas mereka yang berbuat demikian
Pada ayat ini ada frasa “tetapi kita tahu”, dalam bahasa Yunani οἴδαμεν δὲ , (Perfect indikatif aktif orang 1 jamak dari kata οἶδα yang berarti tahu, mengenal, mengerti, menghormati, memperhatikan, ingat) menunjukkan bahwa pengetahuan yang mereka miliki itu sudah mereka ketahui sejak dahulu dan itu masih mereka ingat sampai sekarang. Sehingga frasa ini menjelaskan bahwa Paulus ingin mengingatkan mereka mereka sudah tahu dan mengingat apa yang dimaksudkan oleh Paulus sebelumnya, bahwa hukuman Allah berlangsung secara jujur/benar terhadap apa yang mereka perbuat salah. Sehingga Paulus mengkritik, jika mereka sudah tahu tapi tetap juga melakukan hal yang salah dan selalu menganggap dirinya yang paling benar walaupun mereka salah, Allah tetap akan menghukum mereka.
Lalu ada frasa “hukuman Allah berlangsung secara jujur”, kata jujur disini kurang tepat karena dalam bahasa yunani ἀλήθειαν, (feminin, akusatif, tunggal dari kata ἀλήθεια yang berarti kebenaran, kejujuran, keadaan yang sebenarnya, dapat dipertanggungjawabkan). Menunjukkan bahwa kebenaran itu sebagai objek sehingga kata jujur itu diganti dengan sesuai kebenaran atau fakta atau keadaan.[16] Jadi hukuman Allah itu tidak ada manipulasi namun sesuai dengan fakta atau kebenaran yang terjadi sesuai dengan apa yang mereka perbuat.
Ayat 3 Dan engkau, hai manusia, engkau yang menghakimi mereka yang berbuat demikian, sedangkan engkau sendiri melakukannya juga, adakah engkau sangka, bahwa engkau akan luput dari hukuman Allah?
Pada ayat ini Paulus menggunakan pertanyaan retorik[17] untuk mengkritik orang-orang yang hanya bisa bicara tanpa ada tindakan. Mereka hanya bisa menghakimi atau mengkritik orang lain tanpa melihat dirinya yang juga melakukan kesalahan. Frasa “dan engkau hai manusia” dalam bahasa yunani λογίζῃ δὲ τοῦτο, ὦ ἄνθρωπε  kata λογίζῃ (present indikatif medium orang kedua tunggal dari kata λογίζομαι yang berarti memperhitungkan, menganggap, mengira, menyadari, berpikir berpendapat). Lalu kata “Hai manusia” Ini cocok dengan istilah yang sama di ay. 1. Dalam 9:20 ini menunjuk pada orang Yahudi.[18]
Terlihat ada penekanan dalam perkataan Paulus untuk pribadi- pribadi bahwa mereka harus memikirkan, menyadari bahwa orang-orang yang menghakimi dan mengkritik secara terus menerus orang yang bersalah tetapi mereka melakukan hal yang sama, mereka tidak akan lari dari penghukuman Allah, tidak akan bisa menghapus atau menutupi dosa atau kesalahan. Paulus mengatakan bahwa tidak akan luput dari hukuman Allah. Semua terlihat dihadapan Allah, semuanya tidak ada yang tertutup. Dan menurut Tri Handoko mengapa Paulus bertanya, mereka berpikir   bahwa mereka dapat melepaskan diri dari murka Allah karena posisi mereka sebagai umat pilihan. Dengan demikian, ayat ini sekaligus menjelaskan mengapa mereka tetap melakukan dosa-dosa (ay.1) padahal mereka sudah mengetahui bahwa Allah akan menghukum orang berdosa (ay. 2), yaitu mereka menganggap diri mereka akan mendapat dispensasi khusus dari Allah.[19]


Seruan Pertobatan
Ayat 4: “Maukah engkau menganggap sepi kekayaan kemurahan-Nya, kesabaran-Nya dan kelapangan hati-Nya? Tidakkah engkau tahu, bahwa maksud kemurahan Allah ialah menuntun engkau kepada pertobatan”
Dalam ayat ini Paulus mengingatkan para pembaca secara khusus orang Yahudi: kata menganggap sepi dalam bahasa aslinya katafronei/j (Verb Second Person Singular Present Active Indicative) yang artinya menghina; mengabaikan; menganggap enteng.[20] Paulus mengingatkan bahwa selama ini mereka menganggap enteng terlihat dalam dalam ayat 4 dikatakan kemurahan-Nya dalam bahasa aslinya crhsto,thtoj (Noun Feminim Singular Genetive) artinya kebaikan; kemurahan hati.[21] Dasarnya dalam bahasa Yunani untuk kata baik terdiri dari: agathos dan chretos, tentunya kedua kata ini memiliki perbedaan. Kebaikan avgaqo.j bisa pula dipakai mendorongnya untuk menegur, disiplin, dan menghukum (Mat.7:11), tetapi kebaikan orang, yang disebut crhsto,j secara hakiki berarti kemurahan hati; baik (dalam pengertian kualitas atau moral); kemurahan; ramah. Oleh karena pengertian itulah Paulus berkata: “Kamu orang-orang Yahudi berusaha mencari keuntungan dari kemurahan Allah”.[22]
Selanjutnya Kesabaran dalam bahasa aslinya avnoch/j (Noun Feminim Singular Genetive) forbearance (kesabaran; penahan), celemency (pengampunan). Kata yang menunjuk tentang hal penghentian suatu permusuhan, tetapi yang dimaksud adalah penghentian yang sementara. Dengan pengertian itu Paulus berkata kepada orang Yahudi bahwa mereka bukanlah mendapat kartu jaminan untuk bebas dari dosa tetapi Allah memberikan suatu kesempatan untuk bertobat, karena mereka tidak bisa terus-menerus berbuat dosa tanpa adanya penghukuman dari Allah.[23]
Kemudian kelapangan hati bahasa aslinya makroqumi,aj (Noun Feminim Singular Genetive) patience, steadfastness, endurance, forbearance[24] adalah suatu kata yang menyatakan, kesabaran terhadap sesama manusia. Jadi Paulus ingin menyatakan bahwa bukan berarti kesabaran Allah terjadi karena Ia tidak mempunyai kuasa untuk menghukum manusia, melainkan Allah ingin menunjukkan bukti kelapangan hati-Nya, yaitu kesabaranya Allah atas dosa yang telah mereka lakukan agar mereka bertobat.[25]
Jadi dalam ayat ini Paulus dengan geramnya memberitahukan kepada orang Yahudi bahwa mereka menganggap enteng dan menyia-nyiakan kemurahan Allah sebagai jalan untuk berbuat dosa. Mereka tidak menyadari bahwa kemurahan Allah dinyatakan adalah untuk memberikan kepada mereka kesempatan untuk bertobat bukan kesempatan untuk menikmati dosa.
Ayat 5 “Tetapi oleh kekerasan hatimu yang tidak mau bertobat, engkau menimbun murka atas dirimu sendiri pada hari waktu mana murka dan hukuman Allah yang adil akan dinyatakan.”
Kekerasan hati bahasa aslinya sklhro,thta, (Noun Feminim Singular Accusative) kata ini hanya dipakai 1x dalam PB dipakai Paulus khusus untuk menyatakan betapa kerasnya hati orang Yahudi ini. Sedangkan NIV menterjemahkannya stubbornness yang artinya sikap keras kepala. Akibat dosa mereka adalah menimbun bahasa aslinya qhsauri,zeij (Verb Second Person Singular Present Active Indivative) artinya kamu sedang dan terus-menerus menyimpan atau menimbun. Dan murka dalam bahasa aslinya ovrgh/j (Noun Feminim Singular Accusative) yang artinya kemarahan; hukuman.[26] Jadi Paulus disini menyatakan bahwa betapa kerasnya hati orang Yahudi yang tidak mau bertobat, sehingga mereka menerima akibat dosa atas perbuatan mereka sendiri yaitu menabung, menyimpan, mengumpulkan murka pada Allah.

Penghakiman Allah
Ayat 6 Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya,
o]j avpodw,sei e`ka,stw| kata. ta. e;rga auvtou/\
podw,sei (verb indicative future active 3rd person singular) dari avpodi,dwmi yang berarti give away, give (up) or (out), pay (out) Matius 20:28,Markus 12:17 ; fulfill (1 Korintus 7:3); give or pay back, return Lukas 9:42; 12:59; 19:18. Dengan demikian, kata “membalas” di sini dapat berarti memberi, membayarkan, mengembalikan. Maksudnya, Ia (Allah) akan mengembalikan atau memberi  kepada setiap orang sesuatu yang menjadi hasil dari apa yang telah diperbuatnya.
Dalam pasal sebelumnya telah dinyatakan bahwa akan ada murka dan hukuman Allah yang adil. Hukuman Allah yang adil dijelaskan dalam bagian ini, yaitu akan membalaskan kepada setiap orang seperti apa yang dilakukannya, menurut perbuatannya.
Di sini Paulus mengutip Mazmur 62: 13b, yang berkata “sebab Engkau membalas setiap orang menurut perbuatannya.” Kalau dibaca sepintas, tampak seolah-olah Paulus menyeleweng dari ajaran Alkitab (dan ajaran Paulus sendiri) mengenai pengampunan, tetapi sebenarnya tidak. Alkitab sering menyatakan bahwa Allah akan membalas setiap orang menurut perbuatannya. Ajaran bahwa setiap orang harus dihadapkan pada tahta Allah untuk menerima balasan yang setimpal dengan perbuatan kita bukanlah dimaksudkan kepada hukuman kekal, namun pahala. Kalau 2:6 ini dikaitkan dengan hukuman kekal dan bukan pahala, maka Roma 3:21; 3:28; 4:5 dan 5:1-6 tidak masuk akal lagi.[27]
Dalam 2 Korintus 5:10 Paulus berkata kepada orang percaya “sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat.” Apakah ayat ini berarti bahwa dosa kita akan diingat lagi?  Singkatnya seperti ini: kita bebas dari hukuman kekal, kita pasti akan masuk Kerajaan Allah, karena darah Tuhan dicurahkan bagi kita. Tetapi keberadaan kita di sana tergantung sepenuhnya pada perbuatan kita pada masa ini (present) karena Allah akan (future) membalas setiap orang, termasuk kita, menurut perbuatannya. Dalam ayat-ayat yang berikut Paulus menggambarkan pengalaman beberapa kelompok manusia dalam zaman akhir.[28]
Ayat 7  yaitu hidup kekal kepada mereka yang dengan tekun berbuat baik, mencari kemuliaan,  kehormatan dan ketidakbinasaan,
toi/j me.n kaqV u`pomonh.n e;rgou avgaqou/ do,xan kai. timh.n kai. avfqarsi,an zhtou/sin zwh.n aivw,nion(
zwh.n (noun accusative feminine singular common) from zwh, yang berarti of the life belonging to God, Christ, and the believer.
w,nion (adjective normal accusative feminine singular no degree) dari aivw,nioj, yang berarti  eternal, everlasting: without beginning Roma 16:25; without beginning or end 16:26; without end Matius 25:46; Lukas 10:25; Ibrani 13:20.
Yang dimaksud di sini adalah bahwa orang percaya pda zaman ini, orang Kristen, yang benar-benar setia kepada Kristus, yang menyerahkan diri mereka begitu tinggi sehingga dengan tekun berbuat baik, dan mereka mencari kemuliaan dan kehormatan Allah dalam hidup mereka, dan mereka mengutamakan apa yang tidak binasa. Kepada mereka inilah akan dikaruniakan hidup kekal itu (zwh.n aivw,nion). Hal ini, sekali lagi, mengarah kepada upah/pahala sebagaimana dijelaskan dalam ayat 6. Dalam PB “hidup kekal” disebut sebagai sesuatu yang sudah merupakan milik orang sekarang ini sebagai pemberian Tuhan, jadi apabila disebut sebagai sesuatu yang akan menjadi milik orang pada masa depan, maka hidup kekal tersebut merupakan pahala yang dikaruniakan kepada  orang percaya yang setia, orang percaya yang dengan tekun berbut baik, seperti yang dikatakan dalam ayat ini. Inilah kelompok pertama pada zaman akhir. Penting untuk diperhatikan di sini bahwa Paulus tidak membedakan orang  Yahudi dan orang Yunani karena dalam jemaat, yaitu Tubuh Kristus.[29]
Ayat 8 tetapi murka dan geram kepada mereka yang mencari kepentingan sendiri, yang tidak taat kepada kebenaran, melainkan taat kepada kelaliman.
oi/j de. evx evriqei,aj kai. avpeiqou/si th/| avlhqei,a| peiqome,noij de. th/| avdiki,a| ovrgh. kai. qumo,jÅ
Kelompok kedua pada zaman akhir di gambarkan dalam ayat ini. Siapakah mereka yang mencari kepentingan sendiri dan tidak taat kepada kebenaran? Orang yang dimaksudkan di sini adalah mereka yang tidak percaya kepada Tuhan Yesus. Dalam Roma 1:5 iman dan ketaatan sudah dikaitkan secara erat oleh Paulus. Di sini, mereka yang tidak taat kepada kebenaran adalah mereka yan tidak beriman.[30]


Tindakan Allah Tanpa Pandang Bulu
Ayat 9 “Penderitaan dan kesesakan akan menimpa setiap orang yang hidup yang berbuat jahat, pertama-tama orang Yahudi dan juga orang Yunani,”
Pada ayat ini berbicara mengenai penderitaan dan kesesakan yang menyangkut dengan perbuatan jahat, hal ini berarti apabila orang yang melakukan kejahatan, harus ada  konsekuensi yang dialaminya yaitu penderitaan dan kesesakan itu sendiri. Terjemahan dari kata Penderitaan, berasal dari bahasa Yunani qli/yij (noun nominative feminine singular) from qli/yij, tribulation, yang berarti kesengsaraan, godaan. Dan juga dari kata kesesakan, stenocwri,a  (noun nominative feminine singular) from stenocwri,a,,  distress, difficulty, anguish, trouble, yang berarti keadaan yang sukar/berbahaya, kesukaran.  Ini berarti menjelaskan bahwa Allah akan memberikan hukuman bagi yang melakukan kejahatan. Dan Paulus memulainya dengan orang Yahudi dan kemudian orang Yunani. Dalam hal ini diketahui bahwa Orang-orang Yahudi itu adalah orang yang selalu menganggap dirinya paling benar karena kedudukannya yang istimewa dihadapan Allah dan orang-orang Yahudi yang mengenal Hukum Taurat,[31] akan tetapi Paulus sangat menegaskan bahwa orang Yahudi juga adalah orang berdosa, karena apabila mereka melakukan kejahatan dalam melanggar Hukum Taurat, maka mereka akan mengalami penderitaan dan kesesakan itu, dan tidak menutup kemungkinan juga apabila Orang-orang Yunani yang diketahui sama sekali tidak mengerti akan Hukum Taurat namun mereka melakukan kejahatan, ini berarti mereka juga harus mengalami penderitaan dan kesesakan itu, akan tetapi disini Paulus membedakan antara orang Yahudi dan juga Orang Yunani, dengan alasan bahwa karena pada Zaman akhir nantinya, melalui perbedaan itu akan kembali berarti bagi orang-orang Yahudi dan juga orang-orang Yunani bahwa pada Zaman Akhir yang dimulai, bahwa dari jemaat Kristus akan diangkat kesurga untuk menikmati Perjamuan Kawin anak Domba. Namun akan ada juga manusia yang tertinggal dibumi yang mengalami Masa Tribulasi selama tujuh tahun, dimana akan ada penderitaan dan kesesakan yang disebut dalam Wahyu 6-18, yang dicurahkan atas mereka. Dan  orang yang percaya akan dikembalikan kepada Jemaat Kristus yang dibentuk pada hari Pentakosta seperti dalam Kisah Para Rasul 2.[32]
Ayat 10 “tetapi kemuliaan, kehormatan dan damai sejahtera akan diperoleh semua orang yang berbuat baik, pertama-tama orang Yahudi, dan juga orang Yunani.”
Pada ayat ini merupakan ayat kontradiksi dari ayat 9, karena pada ayat ke-9 berbicara mengenai melakukan perbuatan jahat dan pada ayat 10 berbicara mengenai melakukan perbuatan baik sehingga Kemulian, Kehormatan, dan Damai sejahtera akan diperoleh. Kata Kemulian berasal dari bahasa Yunani do,xa (noun nominative feminime singular). Glory yang berarti kemulian keagungan. Dan dari kata Kehormatan timh. Noun nominative feminime singular. Honor, Price yang berarti Kehormatan, berharga. Dan juga dari kata  Damai Sejahtera berasal dari bahasa Yunani eivrh,nh (Noun nominative feminime singular). Peace yang berarti damai. Panti. (Adjective indefinite dative masculine singular no degree) from pa/j. Dari artian kata menyatakan bahwa apabila orang yang berbuat baik dalam setiap kehidupannya tanpa ada kesalahan berarti mereka akan mendapatkan serta merasakan Kemulian, Kehormatan, dan Damai Sejahtera yang  dari Allah. Dengan demikian mengenai orang Yahudi dan orang Yunani dapat berbuat baik dalam seluruh kehidupannya yaitu orang Yahudi tidak melanggar hukum Taurat dan tidak melakukan kesalahan maka Kemulian, Kehormatan, dan Damai Sejahtera akan diberikan kepadanya begitu juga demikian yang dialami oleh orang Yunani apabila tidak melakukan kesalahan. Sehingga Paulus sangat menekankan bahwa apapun yang Allah lakukan bagi orang-orang Yahudi dan orang-orang Yunani itu tidak ada perbedaanya, yaitu bahwa Allah tidak memandang mana yang benar dan mana yang salah, mana yang baik maupun mana yang jahat, karena yang Allah kehendaki adalah bahwa setiap umat pilihannya sampai pada akhirnya pun tetap setia dan percaya kepada-Nya.[33]



BAB IV
Implikasi
            Kelompok kami mengambil implikasi secara umum bahwa kekristenan itu tidaklah seperti orang Yahudi. Yang mengetahui hukum Taurat dengan sedetailnya namun pengabaian terhadap kasih sangatlah besar. Terlalu menekankan peraturan sehingga tidak memandang orang lain lagi. Seperti halnya dalam jemaat Roma ini, mereka hanya tahu untuk mengkritik orang lain, menghakimi orang lain namun mereka sendiri melanggarnya. Memang yang dihakimi orang di luar Yahudi sehingga ada anggapan bahwa ketika mereka menghakimi mereka akan lepas dari hukuman dan mereka bisa sesuka hati.


BAB V
Penutup
            Roma 2:1-10 ini menuliskan tentang orang-orang Yahudi yang merasa mereka tidak bersalah karena mereka menganggap diri mereka merupakan keturunan Abraham yang pasti menerima keselamatan dan menerima janji itu melalui sunat lalu sudah dipilih dan hidup dalam hukum taurat, mereka berhak menghakimi semua orang yang mereka anggap salah namun ironinya mereka tidak mau dipersalahkan. Sehingga melalui surat Roma ini, Paulus ingin menegur mereka bahwa semua itu tidak ada gunanya jika mereka tetap melakukan hal yang sama berdosanya dengan orang kafir. Penghukuman Allah itu adil, Allah tidak memandang dia Yahudi atau kafir. Jika berdosa tetap harus dihukum.


[1] Online Bible.org
[2] Online Bible.org
[3] Ola Tulluan, Introduksi Perjanjian Baru, (Batu: Dept. Literatur YPPII, 1999), 122
[4] Ola Tuluan, Introduksi Perjanjian Baru,... 121
[5] Online Bible.org
[6] Ola Tulluan, Introduksi Perjanjian Baru,...122
[7] Online Bible.org
[8] Dave Hagelberg, Tafsiran Roma dari Bahasa Yunani, (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2000), 7
[9] Walter C. Kaiser, Jr., Toward An Exegetical Theology (Grand Rapids: Baker Book House, 1981), 71
[10] Merril C. Tenney, Survei Perjanjian Baru, (Malang: Gandum Mas, 2009), 377
[11] Hasan Sutanto menyamakan istilah struktur dengan garis besar; Lihat Hasan Sutanto, Hermeneutik: Prinsip dan Metode Penafsiran Alkitab, 198-199
[12] Erni Takaliuang, Eksposisi Efesus, (Batu: I-3, 2007), 18
[13] Yakub Tri Handoko, Pendalaman Alkitab GKRI Exodus, 12 September 2006.
[14] John Stott, The Message of Romans: God’s Good News For The World, (Leceister, England: InterVarsity Press, 2001), 80
[15] J.D.G. Dunn, Word Biblical Commentary: Romans 1-8, Vol. 38A, (Dallas: Word, Incorporated, 2002), 76
[16] Yakub Tri Handoko, Pendalaman Alkitab GKRI Exodus, 12 September 2006.
[17] Bentuk tata bahasa dari pertanyaan retorik Paulus mengharapkan jawaban “tidak”.
[18] Bob Utley, Surat Paulus Kepada Jemaat di Roma, (Marshall, Texas: Bible Lesson International, 2010), 63
[19] Yakub Tri Handoko, Pendalaman Alkitab GKRI Exodus, 12 September 2006.
[20] Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani-Indonesia dan konkordansi PB jilid 1, (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2010), 814
[21] Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani-Indonesia dan konkordansi PB jilid 1..., 814
[22] William Barclay, Pemahaman Alkitab Sehari-hari: Roma, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001), 45
[23] Dave Hagelberg, Tafsiran Roma dari Bahasa Yunani..., 40
[24] Bible Work 8
[25] William Barclay, Pemahaman Alkitab Sehari-hari: Roma..., 45
[26] Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear Yunani-Indonesia dan konkordansi PB jilid 1..., 814
[27] Dave Hagelberg, Tafsiran Roma dari Bahasa Yunani..., 43-44.
[28] Ibid.
[29] Dave Hagelberg, Tafsiran Roma…, 44-45.
[30]  Ibid., 45.
[31] J.D.G. Dunn, Word Biblical Commentary: Romans 1-8, Vol. 38A..., 96
[32] Dave Hagelberg, Tafsiran Roma…,46
[33] Ibid, 47-48

0 komentar:

Posting Komentar