BAB I
PENDAHULUAN
Kitab Roma merupakan kitab dotrinal ditulis oleh Rasul
Paulus. Kitab ini juga merupakan kitab yang unik karena kitab ini ditulis dan
dikirim tanpa Paulus pernah pergi ke Roma atau menemui jemaat yang ada di Roma.
Surat Roma ini tidaklah perlu diragukan lagi, karena
dalam surat Roma ini terdapat dasar Injil yang merupakan tema dari kitab ini.
Oleh karena itu perlu ditekankan bahwa surat ini begitu penting.
Dalam
surat ini Paulus memberikan
pernyataan yang paling lengkap tentang doktrin dalam Perjanjian Baru. Apabila
hendak mengetahui seluk-beluk Kekristenan, hendaklah orang memeriksa tulisan
Paulus kepada jemaat di Roma. Demikian kata seorang penafsir kenamaan. Oleh
sebab itulah selayaknya Surat Roma ini diperhatikan dengan sungguh-sungguh oleh
setiap orang Kristen, Karena amat penting dan berisi penuh mata benda rohani
yang indah.
Kota Roma dipenuhi dengan orang-orang yang memiliki latar
belakang yang berbeda-beda, ada Yahudi dan Yunani. Dalam jemaat Kristen disana
terutama Roma 2:1-10 menyatakan tentang orang-orang Yahudi yang merasa paling
benar dan tidak lagi perlu dihukum oleh karena mereka sebagai umat pilihan dan
berhak menghakimi siapa saja terutama orang diluar Yahudi. Namun pada pasal ini
Paulus menekankan akan penghakiman Allah yang adil akan semua manusia. Paulus
menekankan bahwa tidak ada yang lebih benar atau salah, semua sama dihadapan
Allah walaupun pada awalnya Yahudi diberi anugrah khusus untuk menerima janji
keselamatan itu. Kelompok kami akan membahas lebih lanjut mengenai Roma 2:1-10
dimana teks ini kami beri tema “Penghakiman
Allah Yang Adil”
BAB II
LATAR BELAKANG
Pada bagian ini kami akan
membahas latar belakang dari surat Roma yang mencakup antara lain lalu mengenai
analisa sejarah dan analisa konteks
Analisa
Sejarah
Analisa sejarah mancakup bagian latar belakang kota Roma,
alamat Kitab Roma, penulis kitab Roma, tempat penulisan kitab Roma, Waktu
penulisan, maksud dan tujuan penulis kitab Roma
Latar Belakang
Kota Roma
Dalam sejarahnya lahirnya kota Roma diliputi oleh
legenda. Sebuah legenda menyatakan bahwa Aeneas, pejuang dari Troya, telah
mendirikan Roma setelah kejatuhan Troya pada tahun 1100 sM. Sebuah legenda lain
menyatakan bahwa dua orang keturunannya, Romulus dan Remus, mendirikan Roma
pada tahun 753 sM. Hal ini terjadi pada masa pemerintahan Azarya (Uzia) di
Yehuda dan Zakharia serta Salum di Israel.[1]
Kekristenan di Roma tidak jelas bagaimana terbentuk,
karena ketika Paulus mengirimkan surat Roma ini kekristenan sudah ada. Mungkin
jemaat itu didirikan oleh orang-orang yang bertobat pada hari Pentakosta, yang
kembali ke rumah mereka di Roma dengan luapan kegembiraan karena iman mereka
yang baru. Namun ada kaitannya dengan Paulus yang berjumpa dengan Akwila dan
Priskila di Korintus. Karena setelah itu Paulus mengirim Surat ini. Kemungkinan
besar jemaat disana terdiri dari orang Yahudi dan non-Yahudi[2]
Alamat Kitab
Roma
Surat ini dialamatkan
kepada jemaat di Roma, “Kamu sekalian yang tinggal di Roma, yang dikasihi Allah
yang dipanggil dan dijadikan orang-orang kudus” (1:7)[3]
Penulis Kitab
Roma
Paulus adalah penulis
Surat Roma, hal itu tidak perlu diragukan. Banyak ahli bahasa menilai surat itu
sebagai karya sastra yang terbaik dari semua surat kiriman Paulus. (1:1) Isi
Surat Roma adalah khas Paulus, sejak abad ke-2 keaslian surat itu tidak dapat
diragukan lagi. [4]
Tempat
Penulisan Kitab Roma
Dalam perjalan misi yang
ketiga, Paulus mengunjungi Korintus, ia menulis surat kepada jemaat di Roma.[5]
Waktu
Penulisan
Surat Roma ini ditulis
antara tahun 55-59, tetapi yang ditekankan itu tahun 57.[6]
Maksud dan
Tujuan Penulis
Paulus telah mendengar beberapa kesulitan praktis yang
dialami orang Kristen Roma, jadi dalam suratnya pada bagian etika (terutama ps.
14) ia berusaha memperbaiki penekanan yang salah itu. Dalam Roma 16:17-19
disinggung tentang guru palsu yang harus dihindari, tapi ini tak dapat dianggap
tujuan utama Roma, kendati hal itu muncul kemudian sebagai renungan. Dan adalah
jelas, bahwa tujuan menentang ajaran palsu tidak mendominasi Roma.[7]
Maksud dan tujuan surat Roma dijelaskan pada ps. 15:22-25
dimana Paulus memberitahukan mereka bahwa ia ingin mengunjungi mereka di Roma.
Ps 15:24 menceritakan suatu maksud yang lain yaitu Paulus mengharapkan
pertolongan mereka karena ia akan melayani di Spanyol dan ia berharap mereka
memperlancar perjalanannya.[8]
Analisa
Konteks
Konteks menurut KBBI adalah bagian suatu uraian atau
kalimat yang dapat mendukung atau menambah kejelasan makna; situasi yang ada hubungannya dengan suatu
kejadian. Dan menurut Kaiser kata
konteks berasal dari dua kata bahasa Latin yang berbunyi Con,
yang berarti bersama-sama/menjadi satu, dan textus yang berarti tersusun.[9] Jadi kata konteks di sini dipakai untuk
menunjukkan hubungan yang menyatukan bagian Alkitab yang ingin ditafsir dengan sebagian
atau seluruh Alkitab. Sehingga dalam bagian ini kami akan menjelaskan konteks
menyeluruh di surat Roma yang menurut Tenney[10]:
1.
Kata Pembuka 1:1
-17
a.
Salam Pembuka 1:1-7
Penulis 1:1-5
Pembaca Yang Dituju 1:6:7a
Salam 1:7b
Alasan 1:8-15
Tema 1:16-17
2.
Kebutuhan Akan
Pembenaran 1:18
– 3:20
a.
Kefasikan
Bangsa-Bangsa Lain 1:18-32
b.
Kebinasaan Bagi
Yang Menghakimi 2:1-16
c.
Dilema Bangsa
Yahudi 2:17
– 3:8
d.
Hukuman Bagi Semua
Orang 3:9-20
3.
Perwujudan
Pembenaran Ilahi 3:21
- 8:39
a.
Jalan Menuju
Pembenaran : Iman 3:21-31
b.
Dasar Pembenaran :
Janji 4:1-25
c.
Hasil Pembenaran 5:1-21
d.
Beberapa Aspek
Pembenaran Praktis 6:1
– 7:25
e.
Akibat Pembenaran :
Hidup Oleh Roh Kudus 8:1-39
4.
Hubungan Antara
Pembenran Dan Bangsa Yahudi 9:1 –
11:36
a.
Pilihan Atas Israel 9:1-33
b.
Keselamatan Israel 10:1-21
c.
Kegagalan Israel 11:1-36
5.
Penerapan
Pembenaran Pada Kehidupan Gereja 12:1
– 15:13
a.
Himbauan Untuk
Menguduskan Diri 12:1-2
b.
Pemanfaatan Karunia 12:3-8
c.
Hubungan Pribadi 12:9-21
d.
Hubungan Politik 13:1-7
e.
Hubungan Masyarakat 13:8-14
f.
Hubungan
Persaudaraan 14:1
- 15:13
6.
Kesimpulan 15:14
– 33
a.
Rencana Pribadi 15:14-29
b.
Permintaan Untuk
Berdoa 15:30-33
7.
Kata-Kata Tambahan 16:1-27
a.
Salam 16:1-24
b.
Berkat 16:25-27
Dan Roma 2:1-10 terdapat pada bagian Kebutuhan akan
pembenaran Ilahi (1:18-3:20) yang memiliki sub tema kebinasaan bagi yang
menghakimi (2:1-16).
Konteks Dekat
Tema utama dari Roma adalah pernyataan
kebenaran Tuhan kepada manusia, dan penerapannya pada kebutuhan rohani manusia.
Oleh karenanya tema ini merupakan hal yang mendasar bagi semua pengalaman
kristiani, karena manusia tidak dapat berhubungan dengan Tuhan sebelum diadakan suatu
pendekatan yang benar. Paulus menyatakan dirinya sebagai rasul bagi semua bangsa (1:5), ia
melukiskan secara singkat sejarah dunia kafir sebagai pembuka pernyataannya
(1:18-32); ia meyakinkan bahwa keselamatan Allah adalah juga bagi
“bangsa-bangsa lain” (3:29), dan bahwa dalam hal keselamatan “tidak ada
perbedaan” antara orang Yahudi dan Yunani. Roma menegaskan bahwa wawasan
keselamatan adalah universal.
Dalam Roma 1:18-32, Paulus sudah menjelaskan bahwa orang-orang
di Roma sudah mengalami kebobrokan moral, menggantikan kemuliaan Allah dengan
berhala (23), menyembah berhala (25), menyerahkan diri kepada hawa nafsu yang
tidak wajar (26-27), penuh dengan dosa pikiran (28-32). Lalu dalam Roma 2:11-29,
Paulus menyatakan bahwa Allah itu tidak memandang bulu (11), baik yang sudah
mendengar atau menerima hukum taurat dan yang tidak menerima juga akan mendapat
bagian masing-masing (12-16), walaupun Yahudi dengan kebanggaan mereka sebagai
penerima hukum taurat dan juga penerima janji melalui sunat, tetap akan Allah
adili dengan adil dan itu semua bukan jaminan akan keselamatan mereka (17-29)
Konteks Jauh
Allah memulai providensianya kepada manusia dalam
Kejadian 3:15 yang kita kenal sebagai proto
evanggelium, lalu dilanjutkan janji melalui Abraham. Hal
ini juga menjelaskan tentang pembenahan penyelamatan, disini terlihat inisiatif
Allah sendiri kepada umat pilihan-Nya. Abram menjadi dasar terang keturunan
dari penyelenggaran penyelamatan yang dilakukan Allah dalam konteks perjanjian
lama. Dimana Allah memanggil Abram, dan memerintahkan Abram (Kej 12:1), dari kehidupan Abram janji
pembenahan tentang penebusan tidak berakhir dengan diteguhkan janji itu kepada
keturunan Abraham. Janji kejayaan kerajaan yang tidak pernah berakhir itu
ditekankan kepada keturunaan Yehuda sebagai penerima janji sebelum Israel atau
Yakub mati. Yakub memberkati Yehuda (Kej. 49:8) dimana Yehuda sebagai garis keturnan sang Mesias,
lalu Daud sebagai gambaran sang Mesias sehingga dikatakan bahwa Yesus merupakan
keturunan anak Daud (Mat.1:1). Sehingga melalui gambaran ini terlihat bahwa
Yahudi merupakan pemegang janji keselamatan tersebut, namun perlu diperhatikan
bahwa Allah itu adil, sehingga Israel merupakan jalan atau saluran berkat bagi
bangsa diluar Yahudi.
Kitab Roma telah lama menjadi sandaran utama theologi
Kristen. Kebanyakan dari
istilah-istilah teknisnya seperti pembenaran, diperhitungkan, menjadikan (Anak
Allah) disucikan, diambil dari kosakata surat ini, dan kerangka argumentasinya menjadi dasar pemikiran Kristen. Metode
logikanya jelas terlibat. Mula-mula, temanya diperkenalkan ”...Injil adalah
kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya” (ps.1:16). Kebutuhan manusia akan kekuatan itu
ditunjukkan oleh keruntuhan dunia, baik Yahudi maupun bukan Yahudi, oleh karena
itu, “tidak ada yang benar, seorang pun tidak” (3:10). Maka, bila semuanya tidak berdaya dan dikuasai oleh
dosa, pertolongan itu harus datang dari luar, yang memberikan kepada mereka
suatu pembenaran secara hukum dan secara pribadi. Ia dapat diperoleh di dalam
Kristus, yang “telah ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian karena iman,
dalam darah-Nya...” (3:25). Pasal 6-8 membahas mengenai persoalan-persoalan
pribadi yang timbul akibat hubungan rohaniah yang baru itu. “Bolehkah kita
bertekun dalam dosa, supaya semakin bertambah kasih karunia itu?” (6:1).
“Apakah kita akan berbuat dosa, karena kita tidak berada di bawah Hukum Taurat,
tetapi di bawah kasih karunia?” (6:15). “Apakah Hukum Taurat itu dosa?” (7:7).
“Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini?” (7:24). Semua
pertanyaan ini dijawab oleh penjelasan tentang kehidupan pribadi di dalam Roh
dalam pasal 8. Bagian selanjutnya dari pasal 9-11 membahas suatu pertanyaan yang lebih luas. Apakah
dengan mengaruniakan keselamatan oleh iman, Tuhan membatalkan perjanjian-Nya
dengan Israel yang ditetapkan melalui Hukum Taurat? Paulus menunjukkan bahwa
pilihan Allah atas bangsa-bangsa lain adalah sama seperti ketika Allah memilih Yakub daripada
Esau. Adalah hak Allah memberikan keselamatan-Nya kepada bangsa-bangsa lain sama
seperti memilih Israel untuk menjadi alat pernyataan-Nya. Karena
ketidakpercayaannya Israel telah kehilangan haknya, hingga kini bangsa lainlah
yang menerimanya dari tangan Allah. Akan tiba saatnya, ketika kesempatan bagi
bangsa-bangsa telah penuh (11:25), dan orang-orang Israel yang percaya dapat
masuk ke dalam keselamatan. Perhatian Allah sekarang pada bangsa-bangsa lain
bukanlah suatu kebetulan, tetapi itu termasuk dalam rencana ilahi. Bagian
praktis dari kitab Roma merupakan penerapan dari tata cara keselamatan yang
diuraikan dalam sebelas pasal sebelumnya.
Struktur
Teks
Penyelidikan tujuan suatu kitab adalah struktur (garis
besar) suatu kitab.[11]
Tujuan bisa diumpamakan sebagai puncak dari suatu gunung, sedangkan struktur
(garis besar) adalah jalan yang menuju ke situ.[12] Pada bagian ini
kelompok akan memaparkan mengenai struktur teks atau garis besar yang terdapat
dalam Roma 2:1-10 menurut para Teolog :
Menurut Yakub Tri Handoko struktur teksnya adalah[13]
a.
Kritik terhadap asumsi Yahudi (ay. 1-5)
b.
Penghakiman Allah tanpa memandang bulu (ay. 6-11)
Menurut
John Stott[14]
a. Penghakiman Allah tidak bisa dihindari (ay.1-4)
b. Penghakiman Allah yang sepantasnya. (ay.5-11)
Namun
menurut kelompok kami
a. Kritik terhadap pola pikir Yahudi (ay. 1-3)
b. Seruan pertobatan (ay. 4-5)
c. Penghakiman Allah (ay. 6-9)
d. Tindakan Allah tanpa pandang bulu (ay.9-10)
Sehingga kelompok
kami memakai struktur yang kami buat
BAB III
URAIAN EKSEGETIS
Dalam
bagian ini kami akan menguraikan Roma 2:1-10, yang dimulai dengan bagian kritik
terhadap pola pikir Yahudi (ay. 1-3), seruan pertobatan (ay. 4-5), penghakiman
Allah (ay. 6-9), tindakan Allah tanpa pandang bulu (ay.9-10).
Kritik
Terhadap Pola Pikir Yahudi
Ayat 1 Karena itu, hai manusia, siapa pun juga
engkau, yang menghakimi orang lain, engkau sendiri tidak bebas dari salah.
Sebab, dalam menghakimi orang lain, engkau menghakimi dirimu sendiri, karena
engkau yang menghakimi orang lain, melakukan hal-hal yang sama.
Διὸ
ἀναπολόγητος εἶ , ὦ ἄνθρωπε πᾶς ὁ κρίνων· ἐν ᾧ γὰρ
κρίνεις τὸν ἕτερον, σεαυτὸν κατακρίνεις, τὰ γὰρ αὐτὰ πράσσεις ὁ κρίνων.
Pada ayat 1 ini dimulai dengan frasa “karena itu” yang
dalam bahasa Yunaninya Διὸ ἀναπολόγητος εἶ
yang jika diterjemahkan lebih sempit artinya yaitu oleh
karena itu kamu tidak ada alasan. Frasa ini menunjukkan sambungan dari pasal
sebelumnya dimana memang semua orang baik Yahudi dan orang kafir telah
melakukan dosa, walaupun mereka sudah tahu hukum Allah. Sehingga siapa pun yang
berani menghakimi berarti sedang menghakimi dirinya sendiri.
Ada sekitar tiga kali kata κρίνω disebutkan. Kata ini memiliki
arti sebagai menghakimi, menghukum berlaku seperti hakim,
mencari keadilan, melebihkan, menghargai, mempertimbangkan, mengkritik,
memutuskan, berpendapat dan juga memerintah. Kata κρίνω yang pertama yaitu ὁ
κρίνων (present aktif Nominatif maskulin tunggal) dimana kata ini
menjadi subjek sehingga diterjemahkan menjadi penghakiman. Lalu yang kedua κρίνεις (present indikatif aktif orang ke-2 tunggal) yang berarti kamu yang
terus-menerus menghakimi atau mengkritik. Yang ketiga sama dengan yang pertama.
Lalu ada frasa yang menarik yaitu σεαυτὸν κατακρίνεις, τὰ γὰρ αὐτὰ, dimana kata κατακρίνεις berarti menghukum,
menyalahkan, mengutuk. Sehingga frasa ini berarti kamu menyalahkan, menghukum,
mengutuk diri kamu sendiri. Sehingga jika semua frasa dari yang dari bahasa
aslinya berarti oleh karena itu tidak alasan bagi setiap manusia yang melakukan
penghakiman, kamu yang terus menerus menghakimi yang lain, kamu sedang
menghakimi, menyalahkan, mengkutuk dirimu sendiri, karena kamu melakukan apa
yang kamu hakimi. Berarti ada kemunafikan ketika mereka mengkritik, karena
melakukan dosa yang sama.[15]
Ayat 2 “Tetapi
kita tahu, bahwa hukuman Allah berlangsung secara jujur atas mereka yang
berbuat demikian”
Pada ayat ini ada frasa “tetapi kita tahu”, dalam bahasa
Yunani οἴδαμεν δὲ , (Perfect
indikatif aktif orang 1 jamak dari kata οἶδα yang berarti tahu, mengenal,
mengerti, menghormati, memperhatikan, ingat) menunjukkan bahwa pengetahuan yang
mereka miliki itu sudah mereka ketahui sejak dahulu dan itu masih mereka ingat
sampai sekarang. Sehingga frasa ini
menjelaskan bahwa Paulus ingin mengingatkan mereka mereka sudah tahu dan
mengingat apa yang dimaksudkan oleh Paulus sebelumnya, bahwa hukuman Allah
berlangsung secara jujur/benar terhadap apa yang mereka perbuat salah. Sehingga
Paulus mengkritik, jika mereka sudah tahu tapi tetap juga melakukan hal yang
salah dan selalu menganggap dirinya yang paling benar walaupun mereka salah,
Allah tetap akan menghukum mereka.
Lalu ada frasa “hukuman Allah berlangsung secara jujur”,
kata jujur disini kurang tepat karena dalam bahasa yunani ἀλήθειαν, (feminin, akusatif, tunggal dari kata
ἀλήθεια yang berarti kebenaran,
kejujuran, keadaan yang sebenarnya, dapat dipertanggungjawabkan). Menunjukkan
bahwa kebenaran itu sebagai objek sehingga kata jujur itu diganti dengan sesuai
kebenaran atau fakta atau keadaan.[16]
Jadi hukuman Allah itu tidak ada manipulasi namun sesuai dengan fakta atau
kebenaran yang terjadi sesuai dengan apa yang mereka perbuat.
Ayat 3 “Dan engkau, hai manusia, engkau yang menghakimi mereka
yang berbuat demikian, sedangkan engkau sendiri melakukannya juga, adakah
engkau sangka, bahwa engkau akan luput dari hukuman Allah?”
Pada ayat ini Paulus menggunakan
pertanyaan retorik[17] untuk
mengkritik orang-orang yang hanya bisa bicara tanpa ada tindakan. Mereka hanya
bisa menghakimi atau mengkritik orang lain tanpa melihat dirinya yang juga
melakukan kesalahan. Frasa “dan engkau hai manusia” dalam bahasa yunani λογίζῃ δὲ τοῦτο, ὦ ἄνθρωπε kata λογίζῃ (present indikatif medium orang kedua tunggal dari kata λογίζομαι yang berarti
memperhitungkan, menganggap, mengira, menyadari, berpikir berpendapat). Lalu
kata “Hai manusia” Ini cocok dengan istilah yang sama di ay. 1. Dalam 9:20 ini
menunjuk pada orang Yahudi.[18]
Terlihat
ada penekanan dalam perkataan Paulus untuk pribadi- pribadi bahwa mereka harus
memikirkan, menyadari bahwa orang-orang yang menghakimi dan mengkritik secara
terus menerus orang yang bersalah tetapi mereka melakukan hal yang sama, mereka
tidak akan lari dari penghukuman Allah, tidak akan bisa menghapus atau menutupi dosa atau
kesalahan. Paulus mengatakan bahwa tidak akan luput dari hukuman Allah. Semua
terlihat dihadapan Allah, semuanya tidak ada yang tertutup. Dan menurut Tri
Handoko mengapa Paulus bertanya, mereka berpikir bahwa mereka dapat melepaskan diri dari
murka Allah karena posisi mereka sebagai umat pilihan. Dengan demikian, ayat ini
sekaligus menjelaskan mengapa mereka tetap melakukan dosa-dosa (ay.1) padahal
mereka sudah mengetahui bahwa Allah akan menghukum orang berdosa (ay. 2), yaitu
mereka menganggap diri mereka akan mendapat dispensasi khusus dari Allah.[19]
Seruan Pertobatan
Ayat 4: “Maukah engkau menganggap sepi kekayaan
kemurahan-Nya, kesabaran-Nya dan kelapangan hati-Nya? Tidakkah engkau tahu,
bahwa maksud kemurahan Allah ialah menuntun engkau kepada pertobatan”
Dalam
ayat ini Paulus mengingatkan para pembaca secara khusus orang Yahudi: kata menganggap sepi dalam bahasa aslinya katafronei/j (Verb Second
Person Singular Present Active Indicative) yang artinya menghina; mengabaikan;
menganggap enteng.[20]
Paulus mengingatkan bahwa selama ini mereka menganggap enteng terlihat dalam dalam
ayat 4 dikatakan kemurahan-Nya dalam
bahasa aslinya crhsto,thtoj (Noun Feminim Singular Genetive) artinya kebaikan;
kemurahan hati.[21]
Dasarnya dalam bahasa Yunani untuk kata baik terdiri dari: agathos dan chretos, tentunya kedua kata ini memiliki perbedaan.
Kebaikan avgaqo.j bisa
pula dipakai mendorongnya untuk menegur, disiplin, dan menghukum (Mat.7:11), tetapi
kebaikan orang, yang disebut crhsto,j secara hakiki berarti kemurahan hati; baik (dalam
pengertian kualitas atau moral); kemurahan; ramah. Oleh karena pengertian
itulah Paulus berkata: “Kamu orang-orang Yahudi berusaha mencari keuntungan
dari kemurahan Allah”.[22]
Selanjutnya Kesabaran
dalam bahasa aslinya avnoch/j (Noun Feminim Singular Genetive) forbearance (kesabaran; penahan), celemency (pengampunan). Kata yang menunjuk tentang hal penghentian
suatu permusuhan, tetapi yang dimaksud adalah penghentian yang sementara.
Dengan pengertian itu Paulus berkata kepada orang Yahudi bahwa mereka bukanlah
mendapat kartu jaminan untuk bebas dari dosa tetapi Allah memberikan suatu
kesempatan untuk bertobat, karena mereka tidak bisa terus-menerus berbuat dosa
tanpa adanya penghukuman dari Allah.[23]
Kemudian kelapangan
hati bahasa aslinya makroqumi,aj (Noun Feminim Singular Genetive) patience, steadfastness,
endurance, forbearance[24] adalah suatu kata yang
menyatakan, kesabaran terhadap sesama manusia. Jadi Paulus ingin menyatakan
bahwa bukan berarti kesabaran Allah terjadi karena Ia tidak mempunyai kuasa
untuk menghukum manusia, melainkan Allah ingin menunjukkan bukti kelapangan hati-Nya, yaitu kesabaranya Allah
atas dosa yang telah mereka lakukan agar mereka bertobat.[25]
Jadi dalam ayat ini Paulus
dengan geramnya memberitahukan kepada orang Yahudi bahwa mereka menganggap
enteng dan menyia-nyiakan kemurahan Allah sebagai jalan untuk berbuat dosa.
Mereka tidak menyadari bahwa kemurahan Allah dinyatakan adalah untuk memberikan
kepada mereka kesempatan untuk bertobat bukan kesempatan untuk menikmati dosa.
Ayat 5 “Tetapi oleh
kekerasan hatimu yang tidak mau bertobat, engkau menimbun murka atas dirimu
sendiri pada hari waktu mana murka dan hukuman Allah yang adil akan
dinyatakan.”
Kekerasan hati bahasa aslinya sklhro,thta,
(Noun Feminim Singular Accusative) kata ini hanya dipakai 1x dalam PB dipakai
Paulus khusus untuk menyatakan betapa kerasnya hati orang Yahudi ini. Sedangkan
NIV menterjemahkannya stubbornness
yang artinya sikap keras kepala. Akibat
dosa mereka adalah menimbun bahasa aslinya qhsauri,zeij (Verb Second Person Singular Present Active Indivative) artinya kamu
sedang dan terus-menerus menyimpan atau menimbun. Dan murka dalam
bahasa aslinya ovrgh/j (Noun Feminim Singular Accusative) yang artinya
kemarahan; hukuman.[26] Jadi
Paulus disini menyatakan bahwa betapa kerasnya hati orang Yahudi yang tidak mau
bertobat, sehingga mereka menerima akibat dosa atas perbuatan mereka sendiri
yaitu menabung, menyimpan, mengumpulkan murka pada Allah.
Penghakiman
Allah
Ayat 6 “Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya,”
o]j avpodw,sei
e`ka,stw| kata. ta. e;rga auvtou/\
podw,sei (verb
indicative future active 3rd person singular)
dari avpodi,dwmi yang berarti give away, give (up) or (out), pay (out) Matius 20:28,Markus 12:17 ; fulfill (1 Korintus
7:3); give or pay back, return Lukas
9:42; 12:59; 19:18. Dengan demikian, kata “membalas” di sini dapat berarti
memberi, membayarkan, mengembalikan. Maksudnya, Ia (Allah) akan mengembalikan
atau memberi kepada setiap orang sesuatu
yang menjadi hasil dari apa yang telah diperbuatnya.
Dalam
pasal sebelumnya telah dinyatakan bahwa akan ada murka dan hukuman Allah yang
adil. Hukuman Allah yang adil dijelaskan dalam bagian ini, yaitu akan
membalaskan kepada setiap orang seperti apa yang dilakukannya, menurut
perbuatannya.
Di
sini Paulus mengutip Mazmur 62: 13b, yang berkata “sebab Engkau membalas setiap orang menurut perbuatannya.”
Kalau dibaca sepintas, tampak seolah-olah Paulus menyeleweng dari ajaran
Alkitab (dan ajaran Paulus sendiri) mengenai pengampunan, tetapi sebenarnya
tidak. Alkitab sering menyatakan bahwa Allah akan membalas setiap orang menurut
perbuatannya. Ajaran bahwa setiap orang harus dihadapkan pada tahta Allah untuk
menerima balasan yang setimpal dengan perbuatan kita bukanlah dimaksudkan
kepada hukuman kekal, namun pahala. Kalau 2:6 ini dikaitkan dengan hukuman
kekal dan bukan pahala, maka Roma 3:21; 3:28; 4:5 dan 5:1-6 tidak masuk akal
lagi.[27]
Dalam
2 Korintus 5:10 Paulus berkata kepada orang percaya “sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan
Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai
dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat.” Apakah ayat
ini berarti bahwa dosa kita akan diingat lagi?
Singkatnya seperti ini: kita bebas dari hukuman kekal, kita pasti akan
masuk Kerajaan Allah, karena darah Tuhan dicurahkan bagi kita. Tetapi
keberadaan kita di sana tergantung sepenuhnya pada perbuatan kita pada masa ini
(present) karena Allah akan (future) membalas setiap orang, termasuk kita,
menurut perbuatannya. Dalam ayat-ayat yang berikut Paulus menggambarkan
pengalaman beberapa kelompok manusia dalam zaman akhir.[28]
Ayat 7 “yaitu hidup kekal kepada mereka yang dengan tekun berbuat
baik, mencari kemuliaan, kehormatan dan
ketidakbinasaan, “
toi/j me.n kaqV
u`pomonh.n e;rgou avgaqou/ do,xan kai. timh.n kai. avfqarsi,an zhtou/sin
zwh.n aivw,nion(
zwh.n (noun accusative feminine singular common) from zwh, yang berarti of the
life belonging to God, Christ, and the believer.
w,nion (adjective normal accusative feminine singular no degree) dari aivw,nioj, yang berarti eternal, everlasting: without beginning Roma 16:25; without beginning
or end 16:26; without end Matius 25:46; Lukas 10:25; Ibrani 13:20.
Yang dimaksud di sini adalah bahwa orang percaya pda
zaman ini, orang Kristen, yang benar-benar setia kepada Kristus, yang
menyerahkan diri mereka begitu tinggi sehingga dengan tekun berbuat baik, dan
mereka mencari kemuliaan dan kehormatan Allah dalam hidup mereka, dan mereka
mengutamakan apa yang tidak binasa. Kepada mereka inilah akan dikaruniakan
hidup kekal itu (zwh.n aivw,nion). Hal ini, sekali lagi, mengarah kepada upah/pahala
sebagaimana dijelaskan dalam ayat 6. Dalam PB “hidup kekal” disebut sebagai
sesuatu yang sudah merupakan milik orang sekarang ini sebagai pemberian Tuhan,
jadi apabila disebut sebagai sesuatu yang akan menjadi milik orang pada masa
depan, maka hidup kekal tersebut merupakan pahala yang dikaruniakan kepada orang percaya yang setia, orang percaya yang
dengan tekun berbut baik, seperti yang dikatakan dalam ayat ini. Inilah
kelompok pertama pada zaman akhir. Penting untuk diperhatikan di sini bahwa
Paulus tidak membedakan orang Yahudi dan
orang Yunani karena dalam jemaat, yaitu Tubuh Kristus.[29]
Ayat 8 “tetapi murka dan geram kepada
mereka yang mencari kepentingan sendiri, yang tidak taat kepada kebenaran,
melainkan taat kepada kelaliman.”
oi/j de. evx evriqei,aj kai.
avpeiqou/si th/| avlhqei,a| peiqome,noij de. th/| avdiki,a| ovrgh. kai.
qumo,jÅ
Kelompok kedua pada zaman akhir di gambarkan dalam ayat
ini. Siapakah mereka yang mencari kepentingan sendiri dan tidak taat kepada
kebenaran? Orang yang dimaksudkan di sini adalah mereka yang tidak percaya
kepada Tuhan Yesus. Dalam Roma 1:5 iman dan ketaatan sudah dikaitkan secara
erat oleh Paulus. Di sini, mereka yang tidak taat kepada kebenaran adalah
mereka yan tidak beriman.[30]
Tindakan Allah Tanpa Pandang Bulu
Ayat 9 “Penderitaan dan kesesakan akan menimpa setiap orang yang hidup yang
berbuat jahat, pertama-tama orang Yahudi dan juga orang Yunani,”
Pada
ayat ini berbicara mengenai penderitaan dan kesesakan yang menyangkut dengan
perbuatan jahat, hal ini berarti apabila orang yang melakukan kejahatan, harus
ada konsekuensi yang dialaminya yaitu
penderitaan dan kesesakan itu sendiri. Terjemahan dari kata Penderitaan,
berasal dari bahasa Yunani qli/yij
(noun
nominative feminine singular) from qli/yij, tribulation, yang berarti kesengsaraan, godaan. Dan juga dari kata kesesakan, stenocwri,a (noun
nominative feminine singular) from stenocwri,a,, distress,
difficulty, anguish, trouble, yang berarti keadaan yang sukar/berbahaya,
kesukaran. Ini berarti menjelaskan bahwa Allah akan memberikan
hukuman bagi yang melakukan kejahatan. Dan Paulus memulainya dengan orang Yahudi
dan kemudian orang Yunani. Dalam hal ini diketahui bahwa Orang-orang Yahudi itu
adalah orang yang selalu menganggap dirinya paling benar karena kedudukannya
yang istimewa dihadapan Allah dan orang-orang Yahudi yang mengenal Hukum
Taurat,[31] akan
tetapi Paulus sangat menegaskan bahwa orang Yahudi juga adalah orang berdosa,
karena apabila mereka melakukan kejahatan dalam melanggar Hukum Taurat, maka
mereka akan mengalami penderitaan dan kesesakan itu, dan tidak menutup
kemungkinan juga apabila Orang-orang Yunani yang diketahui sama sekali tidak
mengerti akan Hukum Taurat namun mereka melakukan kejahatan, ini berarti mereka
juga harus mengalami penderitaan dan kesesakan itu, akan tetapi disini Paulus
membedakan antara orang Yahudi dan juga Orang Yunani, dengan alasan bahwa
karena pada Zaman akhir nantinya, melalui perbedaan itu akan kembali berarti
bagi orang-orang Yahudi dan juga orang-orang Yunani bahwa pada Zaman Akhir yang
dimulai, bahwa dari jemaat Kristus akan diangkat kesurga untuk menikmati
Perjamuan Kawin anak Domba. Namun akan ada juga manusia yang tertinggal dibumi
yang mengalami Masa Tribulasi selama tujuh tahun, dimana akan ada penderitaan
dan kesesakan yang disebut dalam Wahyu 6-18, yang dicurahkan atas mereka.
Dan orang yang percaya akan dikembalikan
kepada Jemaat Kristus yang dibentuk pada hari Pentakosta seperti dalam Kisah Para Rasul 2.[32]
Ayat 10 “tetapi kemuliaan, kehormatan dan damai sejahtera akan diperoleh semua
orang yang berbuat baik, pertama-tama orang Yahudi, dan juga orang Yunani.”
Pada ayat ini merupakan ayat kontradiksi dari ayat 9,
karena pada ayat ke-9 berbicara mengenai melakukan perbuatan jahat dan pada
ayat 10 berbicara mengenai melakukan perbuatan baik sehingga Kemulian, Kehormatan,
dan Damai sejahtera akan diperoleh. Kata
Kemulian berasal dari bahasa Yunani do,xa (noun nominative
feminime singular). Glory yang berarti kemulian keagungan. Dan
dari kata Kehormatan timh. Noun nominative feminime singular. Honor, Price yang berarti Kehormatan, berharga. Dan juga dari
kata Damai Sejahtera berasal dari bahasa
Yunani eivrh,nh (Noun nominative
feminime singular). Peace yang berarti damai. Panti. (Adjective indefinite dative masculine singular no degree) from pa/j. Dari artian kata
menyatakan bahwa apabila orang yang berbuat baik dalam setiap kehidupannya
tanpa ada kesalahan berarti mereka akan mendapatkan serta merasakan Kemulian,
Kehormatan, dan Damai Sejahtera yang
dari Allah. Dengan demikian mengenai orang Yahudi dan orang Yunani dapat
berbuat baik dalam seluruh kehidupannya yaitu orang Yahudi tidak melanggar
hukum Taurat dan tidak melakukan kesalahan maka Kemulian, Kehormatan, dan Damai
Sejahtera akan diberikan kepadanya begitu juga demikian yang dialami oleh orang
Yunani apabila tidak melakukan kesalahan. Sehingga Paulus sangat menekankan
bahwa apapun yang Allah lakukan bagi orang-orang Yahudi dan orang-orang Yunani
itu tidak ada perbedaanya, yaitu bahwa Allah tidak memandang mana yang benar
dan mana yang salah, mana yang baik maupun mana yang jahat, karena yang Allah
kehendaki adalah bahwa setiap umat pilihannya sampai pada akhirnya pun tetap
setia dan percaya kepada-Nya.[33]
BAB IV
Implikasi
Kelompok kami mengambil implikasi
secara umum bahwa kekristenan itu tidaklah seperti orang Yahudi. Yang
mengetahui hukum Taurat dengan sedetailnya namun pengabaian terhadap kasih
sangatlah besar. Terlalu menekankan peraturan sehingga tidak memandang orang lain
lagi. Seperti halnya dalam jemaat Roma ini, mereka hanya tahu untuk mengkritik
orang lain, menghakimi orang lain namun mereka sendiri melanggarnya. Memang
yang dihakimi orang di luar Yahudi sehingga ada anggapan bahwa ketika mereka
menghakimi mereka akan lepas dari hukuman dan mereka bisa sesuka hati.
BAB V
Penutup
Roma 2:1-10 ini menuliskan tentang orang-orang Yahudi
yang merasa mereka tidak bersalah karena mereka menganggap diri mereka
merupakan keturunan Abraham yang pasti menerima keselamatan dan menerima janji
itu melalui sunat lalu sudah dipilih dan hidup dalam hukum taurat, mereka
berhak menghakimi semua orang yang mereka anggap salah namun ironinya mereka
tidak mau dipersalahkan. Sehingga melalui surat Roma ini, Paulus ingin menegur
mereka bahwa semua itu tidak ada gunanya jika mereka tetap melakukan hal yang
sama berdosanya dengan orang kafir. Penghukuman Allah itu adil, Allah tidak
memandang dia Yahudi atau kafir. Jika berdosa tetap harus dihukum.
[9] Walter C. Kaiser,
Jr., Toward An Exegetical Theology
(Grand Rapids: Baker Book House, 1981), 71
[11] Hasan
Sutanto menyamakan istilah struktur dengan garis besar; Lihat Hasan Sutanto,
Hermeneutik: Prinsip dan Metode Penafsiran Alkitab, 198-199
[14] John Stott, The Message of Romans: God’s Good News For
The World, (Leceister, England: InterVarsity Press, 2001), 80
[15] J.D.G. Dunn,
Word Biblical Commentary: Romans 1-8, Vol. 38A, (Dallas: Word,
Incorporated, 2002), 76
[17] Bentuk tata bahasa
dari pertanyaan retorik Paulus mengharapkan jawaban “tidak”.
[18] Bob Utley, Surat Paulus Kepada Jemaat di Roma,
(Marshall, Texas: Bible Lesson International, 2010), 63
[20] Hasan
Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear
Yunani-Indonesia dan konkordansi PB jilid 1, (Jakarta: Lembaga Alkitab
Indonesia, 2010), 814
[25] William
Barclay, Pemahaman Alkitab Sehari-hari:
Roma..., 45
[28] Ibid.
[29] Dave Hagelberg, Tafsiran Roma…, 44-45.
[30] Ibid., 45.
0 komentar:
Posting Komentar