BAB I
Konteks Sebelum
Pada konteks sebelumnya Paulus,
memberikan penegasan kembali tentang apa yang tidak boleh dilakukan oleh
manusia baru. Dikatakan demikian ‘Kepahitan,
Kegeraman, kemarahan, pertikaian, dan Fitnah. Paulus sedang menujuk kepada
tindakan-tindakan yang dilakukan oleh jemaat Efesus pada saat mereka percaya,
yang seharusnya tidak dilakukan. Disinilah Paulus memberikan ketegasan kepada
mereka untuk meninggalkan semua itu.[1]
Konteks Sesudah
Jika kita meninjau pada konteks
sesudah ini pada Ayat pertama di dalam pasal ke 5 Paulus mengajarkan kepatuhan
kepada jemaat. dimana jemaat diajarkan arti dari sebuah keyakinan dan kesetian.
‘ dikatakan demikian ‘jadilah
penurut-penurut Allah, seperti anak-anak yang kekasih. Paulus berbicara
kedekatan secara dalam antara kehidupan yang dilakukan anak dan Ayah, Dengan
demikian bisa dikatakan sebagai orang percaya yang terkasih didalam kepatuhan
yang dalam.
BAB II
Analisa Teks, konteks.
- Perintah Yang benar
‘Tetapi
hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain,’
Pada ayat 32 bagian (a) ini, dimana Paulus
memberikan perintah yang bersifat ajakan kepada jemaatnya, dengan mengatakan
demikian. Tetapi hendaklah, ‘jika
kita mencermati kata ‘Tetapi’ yang
diungkapkan oleh Paulus adalah kata sambung dari kata sebelumnya. Kata ‘Tetapi’
memiliki makna penting bagi jemaat. Dimana Paulus sedang mengarahkan pada
paradigma berpikir, tentang kekristenan yang di jalankan oleh jemaat di Efesus.
Kata ‘Tetapi’ memberikan
satu arahan yang jelas akan tindakan selanjutnya. Pada bagian sebelumnya dimana
Paulus telah memberikan pemaparan yang konkrit atas apa yang salah yang telah
dilakukan oleh jemaat Efesus. Paulus memberikan sesuatu paradigma yang baru
kepada jemaat tentang mengikuti Yesus.[2]
Pada bagian selanjutnya kata ‘Hendaklah’ memberikan arahan yang jelas
kepada jemaat yang seharusnya mereka lakukan sebagai orang percaya. Kata ‘Hendaklah’ dalam (KBI) diartikan adalah
mau; akan; bermaksud akan’ ini menujukan kepada Jemaat, apa yang dimaksudkan
Paulus, agar jemaat dapat melakukan yang baik. Hal ini bisa kita lihat kata ‘ramah’ aslinya memakai kata χρηστός (chrestos) menujuk kepada ‘baik hati atau penuh belas kasih’ terhadap orang lain.[3]
Paulus mengajarkan kembali ajaran Yesus tentang hukum kedua ‘Matius
22:39 Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu
manusia seperti dirimu sendiri. Paulus mengarahkan kasih yang tulus kepada
orang lain tanpa imbalan hal ini kita bisa melihat pada bagian poin kedua, yang
ditekankan oleh Paulus.
b. Bentuk
Perintah Yang Benar
‘
penuh kasih mesra dan saling mengampuni,’
Pada
poin yang kedua ini kita bisa melihat dari perintah ajaran yang benar, yang
Paulus tekankan pada jemaat. Kita bisa melihat dari kata ‘penuh dan Mengampuni’ dua
kata ini menunjuk kepada sebuah tindakan yang seharusnya dilakukan orang yang
telah percaya kepada Yesus. Pada bagian pertama, kata penuh kasih mesra. Paulus
sedang mengajarkan kasih mesra yang harus dilakukan oleh setiap orang percaya
harus sampai penuh atau terus terisi walau sudah ada. Sehingga kasih mesra
orang percaya terlihat dan terpancar kepada banyak orang, hal ini sinergi
dengan (Mat 5:16).
Selanjutnya adalah kata
‘pengampunan’ kata pengampunan itu ditekankan oleh Paulus
dikarenakan jemaat ini, sangat sulit untuk mengampuni hal itu terlihat dari
konteks sebelumnya yang dijabarkan oleh paulus pada (ayat 31). Kata pengampunan
sendiri menggunakan kata χαρίζομαι charizomai mengampuni atau melepaskan memperlakukan dengan murah
hati’ dengan kasus (verb participle present middle or passive deponent nominative masculine
plural). Menunjuk kepada sikap yang mau sungguh-sungguh mengampuni
kesalahan orang lain. Disinilah kekuatan kasih yang ditunjukkan oleh ajaran
kekristenan itu sendiri. Paulus menempatkan dua porsi dasar ajaran yang benar,
dimana belas kasih itu terlihat yang bisa nampak dari sikap hati yang mau
mengampuni kesalahan orang lain.[4] Maka
kekristenan sejati akan benar-benar terlihat wujud nyata bagi orang lain dalam
konteks tersebut adalah orang-orang kafir yang ada di Efesus.
c.
Teladan Yang Benar
‘
sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu.’
Pada
bagian yang terakhir Paulus mengajarkan landasan yang benar atas apa yang telah
diajarkan oleh Paulus. Paulus menujuk kepada subjek tunggal yang sempurna yang
telah menjadi teladan yang baik, yaitu Yesus Kristus dalam hal pengampunan dosa
kepada umat manusia yang telah merusak gambar dan rupa Allah.
Pengampunan
Yesus nyata dan penuh bagi umat manusia yang berdosa, kematian Yesus bukan
hanya sekedar memberikan pengampunan yang terbatas, tetapi pengampunan Kristus
jauh lebih dalam yaitu memulihkan hubungan yang baik kepada Allah. Jika kita
meninjau kembali kata yang digunakan oleh Paulus dengan menekankan kata
‘sebagaimana’ hal ini menujukan kepada jemaat bahwa perintah yang diajarkan
Paulus telah dilakukan dengan sempurna oleh Yesus, yang menjadi pertanyaan
apakah perintah yang diajarkan oleh Paulus tidak terlalu berat bagi Jemaat. Tidak
karena pengampunan yang murni akan keluar dimana Roh Kudus itu memampukan
setiap orang percaya. Sehingga pengampunan yang digambarkan Paulus melalui diri
Allah di dalam Yesus Kristus tidaklah berat untuk dilakukan oleh setiap orang
Percaya dimana, setiap orang percaya dikuatkan dan dimampukan oleh Roh Kudus
yang Allah sendiri berikan.[5]
Kesimpulan
Bagi kita sebagai orang percaya
terkadang kita tidak menyadari bahwa menjadi pengikut kristus, yang harus kita
lakukan adalah menunjukkan terang kebenaran itu pada orang lain. Terang itu
sendiri bisa dilihat dari sikap hati yaitu rendah hati dan berbelas kasih
kepada orang lain, sehingga dengan demikian orang bisa melihat terang Yesus
dalam diri kita. Tetapi ironisnya,
kekristenan saat ini malah menjadi batu sandungan bagi orang lain dengan banyak
dalih intelektual, kita mencoba mengeser dasar keteladan diri bagi orang lain. Jika
kita mau meneliti dengan baik maka sikap ramah dan belas kasih kita lebih dominan
kita tunjukan kepada orang yang berbelas kasih kepada kita, dan kita bersikap
marah kepada orang yang kita benci. Inilah pergeseran nilai kekristenan sejati
dalam diri orang percaya. Tetapi melalui karya tulis ini, kita menjadi mengerti
bagaimana kekristenan sebenarya harus mampu menjadi teladan dan memberikan
gambaran yang jelas tentang keramahan dalam diri kita kepada semua orang karena
Kristus didalam Roh Kudus yang memampukan kita.
0 komentar:
Posting Komentar