This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Jumat, 24 Mei 2013

ETOS KERJA MANUSIA



BAB I
PENDAHULUAN
Kamus Wikipedia menyebutkan bahwa Etos berasal dari bahasa Yunani, akar katanya adalah Ethikos, yang berarti moral atau menunjukkan karakter moral. Dalam bahasa Yunani kuno dan modern, etos punya arti sebagai keberadaan diri, jiwa, dan pikiran yang membentuk seseorang. Dalam kamus etos didefinisikan sebagai kecenderungan atau karakter; sikap, kebiasaan, keyakinan yang berbeda dari individu atau kelompok. Bahkan dapat dikatakan bahwa etos pada dasarnya adalah tentang etika.
Etika tentu bukan hanya dimiliki bangsa tertentu. Masyarakat dan bangsa apapun mempunyai etika. Ini merupakan nilai-nilai universal. Nilai-nilai etika yang dikaitkan dengan etos kerja seperti rajin, bekerja, keras, berdisplin tinggi, menahan diri, ulet, tekun dan nilai-nilai etika lainnya bisa juga ditemukan pada masyarakat dan bangsa lain. Kerajinan, gotong royong, saling membantu, bersikap sopan misalnya masih ditemukan dalam masyarakat kita. Perbedaannya adalah bahwa pada bangsa tertentu nilai-nilai etis tertentu menonjol sedangkan pada bangsa lain tidak.
Secara umum, etos kerja berfungsi sebagai alat penggerak tetap perbuatan dan kegiatan individu sebagai seorang pengusaha atau manajer. Menurut A. Tabrani Rusyan, (1989) fungsi etos kerja adalah:
(a) pendorang timbulnya perbuatan
(b) penggairah dalam aktivitas
(c) penggerak, seperti; mesin bagi mobil, maka besar kecilnya motivasi yang akan menentukan cepat lambatnya suatu perbuatan.
Sebagai hamba Tuhan kita juga harus memiliki etos kerja terutama dalam bekerja untuk melayani. Pada kesempatan ini, kelompok akan membahas Etos kerja berdasarkan Alkitab, yaitu Amsal 6:6-11 yang akan menjadi panduan bagi kita agar kita memiliki etos kerja yang baik. Dalam Amsal ini kita akan belajar dari Etos kerja yang dimiliki oleh seekor semut.


BAB II
ANALISA EKSEGETIS TEKS
Amsal 6:6-8 menjelaskan kepada kita akan sifat dari semut yang dapat dijadikan teladan dalam bekerja, yaitu;
1.      Tekun dan Rajin (6: 6)
2.      Bekerja dengan Rapi dan Efisien (6: 7-8)
Pada teks ini Penulis mengajarkan agar pemalas pergi belajar dari semut (ayat 6-8)[1]. Semut adalah makhluk kecil yang terlihat lemah. Namun, fakta membuktikan, semut masih eksis hingga detik ini, sedangkan makhluk raksasa yang terlihat kuat seperti dinosaurus malah terbukti sudah punah. Tidak mengherankan bila Raja Salomo mengajar kita untuk memperhatikan tingkah laku semut dan menarik pelajaran darinya agar kita menjadi bijak dalam perbuatan kita untuk bekerja. Ada dua sikap semut yang dapat kita teladani, yaitu:
1.      Tekun dan Rajin (6: 6)
Semut dicatat dalam Alkitab hanya di ayat 6 dan 30:25. Ayat ini mengajar tentang ketekunan dan kerajinan. Orang malas dapat belajar dari semut dengan memperhatikan bagaimana semut bekerja keras, bagaimana semut menggotong beban yang berat dan bagaimana semut bekerja sama. Kelihatannya semut tidak pernah behenti bekerja, tidak seperti pemalas yang sering memboroskan banyak waktu[2].
Tekun adalah tidak lekas putus asa, tidak akan berhenti bekerja sebelum yang dicita-citakan tercapai. Sifat tekun juga mengandung makna kesungguhan, kekerasan tekad, tidak mudah putus asa, tidak berhenti sebelum tujuannya tercapai, dan ada keasikan saat mengerjakan ketekunan itu. Sifat tekun membuat orang mau mempelajari atau mengerjakan sesuatu, meskipun sesuatu itu sulit atau baru diketahui. Sifat tekun sangat diperlukan dalam melayani Tuhan. Tanpa sifat ini, kita akan mudah putus asa dan tersandung jatuh, sekalipun cuma tersandung sebutir pasir dan belum sampai menabrak tembok.
Semut dapat mencukupi kebutuhan makanannya karena mereka konsisten mengumpulkan makanan. Hari cerah, semut bekerja; hari hujan, semut juga tetap bekerja. Semut konsisten dalam bertindak, cuaca tidak mengubahnya untuk tekun melayani komunitasnya. Raja Salomo bersabda “Hai pemalas, pergilah kepada semut, perhatikanlah lakunya dan jadilah bijak!”
Kata pergilah dalam bahasa Ibrani menggunakan kata $l;y" yalak {yaw-lak'} yang artinya  to go, walk, come (Qal) go away yaitu pergi lakukan. Dalam bentuk imperative active masculine yang berarti satu kata perintah yang harus dilakukan atau yang membutuhkan tindakan (action). Kata perhatikanlah dalam bahasa Ibrani menggunakan kata ha'r' (raah) yang artinya to see (Qal ) yaitu pergi untuk melihat dan dalam bentuk imperative active masculine yang berarti satu tindakan yang bukan hanya diperhatikan melainkan dilihat sungguh-sungguh akan tindakan atau sikap dari seekor semut tersebut.
2.      Bekerja Dengan Rapi dan Efisien  (6: 7-8)
Dalam Amsal 6: 7-8 dimana semut-semut ini ketika bekerja mereka tidak memiliki pemimpin[3]. Meskipun demikian semut-semut itu tetap menyediakan rotinya di musim panas, dan mengumpulkan makanannya pada waktu panen. Semut tidak punya waktu kosong untuk berleha-leha. Tidak ada pengangguran di dunia semut. Semut tetap tekun bekerja, sekalipun tidak ada mandor yang mengawasi mereka, sekalipun tidak ada penguasa yang memberi perintah kepada mereka untuk bekerja (Amsal 6: 7-8).
Pemimpin di dunia semut (ratu) tugasnya bukan memberi perintah agar semut-semut itu bekerja keras. Dorongan bekerja keras pada diri semut berasal dari dalam dirinya sendiri, bukan didikte oleh semut lain.
Adapun sifat-sifat semut yang lain yang dapat diteladani, yaitu;
·         Peduli. Peduli dan peka terhadap segala hal yang terjadi dalam lingkungannya serta selalu memelihara rasa cinta kasih kepada sesama.
·         Positif dan Antusias. Selalu antusias dalam berpikir dan bertindak demi mencapai tujuan berusaha. Namun segala pemikiran dan tindakan tersebut bersifat positif demi menjaga kelangsungan usaha.
·         Inisiatif. Memiliki inisiatif dalam menjalankan usaha berdasarkan motivasi yang kuat untuk maju dan mencapai tujuan tanpa menunggu komando, dan tanpa menyimpang dari kebijakan perusahaan atau negara.
·         Rendah hati. Berusaha selalu optimis dalam setiap langkah, namun tidak sombong dan selalu menghargai serta menghormati orang lain.
·         Kreatif dan inovatif. Selalu kreatif dalam berusaha dengan melakukan berbagai inovasi agar dapat memenang-kan persaingan dan menjadi Leader dalam lingkungannya.
·         Disiplin dan bertanggung jawab. Memiliki rasa tanggung jawab yang besar terhadap kelangsungan hidup kegiatan usaha. Untuk itu, diperlukan disiplin yang tinggi dalam menjalankan semua peraturan/ketentuan demi mencapai tujuan.
·         Kerjasama. Mampu menjalin kerjasama untuk menggalang kemitraan dengan semua kalangan dalam menjalankan tugas agar sukses mencapai tujuan.
·         Produktif. Bekerja secara profesional, tekun, dan sungguh-sungguh untuk mencapai hasil yang maksimal.
·         Komitmen dan tabah. Memiliki komitmen yang tinggi terhadap semua keputusan/peraturan dan kesepakatan yang telah ditetapkan serta bertanggung jawab melaksanakannya tanpa tawar-menawar.
·         Komunikatif. Memiliki kemampuan berkomunikasi dengan menguasai tekniknya secara baik, sehingga mampu menyampaikan segala informasi yang diperlukan tanpa menimbulkan kesalah-pahaman.
·         Tidak menyerah. Bila kita menghalang-halangi dan berusaha menghentikan langkah para semut, mereka selalu akan mencari jalan lain. Mereka akan memanjat ke atas, menerobos ke bawah atau mengelilinginya. Mereka terus mencari jalan keluar.

 BAB III
KESIMPULAN
Kita sebagai hamba Tuhan harus memiliki etos kerja yang baik. Oleh sebab itu hal dapat kita lakukan agar dapat menumbuhkan Etos Kerja tersebut, yaitu;
1. Menumbuhkan sikap optimis yaitu mengembangkan semangat dalam diri, memelihara sikap optimis yang telah dipunyai dan memotivasi diri untuk bekerja lebih maju.
2. Menjadi diri sendiri yaitu meraih cita-cita yang di harapkan dalam pekerjaan.
3. Memiliki keberanian untuk memulai yaitu dengan tidak membuang waktu dengan bermimpi, tidak takut untuk gagal dan mampu merubah kegagalan menjadi sukses.
4. Kerja dan waktu yaitu Menghargai waktu (tidak akan pernah ada ulangan waktu) dan tidak cepat merasa puas.
5. Mengkosentrasikan diri pada pekerjaan yaitu memusatkan diri dalam bekerja.
RELEVANSI
Sebagai orang percaya kita harus memiliki kesadaran, semangat, kemauan, komitmen, inisiatif, produktif dan memiliki wawasan apalagi kita akan melayani diberbagai tempat dengan tugas dan tanggungjawab yang akan dipercayakan bagi kita.
Oleh sebab itu kita harus memiliki integritas diri dalam bekerja. Bekerja tidak melihat adanya pemimpin yang harus selalu memberi instruksi kepada kita. Melainkan ketika pemimpin kita tidak ada ditempat kita harus terus melakukan pekerjaan kita. Mengerjakan semua pekerjaan dengan sungguh-sungguh termasuk dalam mengerjakan pekerjaan pelayanan kita kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
 
Carm O. Pareira Anton Berthold,
2006, Jalan Ke Hidup Yang Bijak, Malang: Dioma

Alden L. Robert,
2002, Tafsiran Praktis Kitab Amsal, Malang: Saat
Alden Robert,
1991, Perilaku Yang Bijaksana, Jakarta: Percetakan Timur Agung
 ____________
2006, Interlinear Transliterated Bible

Artikel, 2011


[1] Berthold Anton Pareira O. Carm, Jalan Ke Hidup Yang Bijak, Malang: Dioma, 2006, 155-156
[2] Robert L. Alden, Tafsiran Praktis Kitab Amsal, Malang: Saat, 2002, 71
[3] Robert Alden, Perilaku Yang Bijaksana, Jakarta: Percetakan Timur Agung, 1991, 32

AMSAL 3:9-10



BAB I
PENDAHULUAN
            Kitab amsal adalah suatu koleksi atau kumpulan hikmat. Kitab amsal merupakan hasil karya beberapa penulis, tiga di antaranya dikenal dengan nama salomo, agur, dan lemuel. Namun amsal paling banyak ditulis oleh salomo. Paling sedikit satu bagian dari kitab ini ditulis oleh orang yang tidak dikenal.[1] Amsal-amsal yang terkumpul dalam kitab ini tidak berupa ucapan-ucapan popular, melainkan ucapan hikmat dari guru-guru yang mengetahui hukum Tuhan dan ingin menerapkan prinsip-prinsipnya pada seluruh kehidupan manusia. Tujuan hikmat tersebut adalah mengajarkan cara hidup yang benar, sehingga prinsip-prinsip yang penting sering kali diulangi demi penegasannya. Takut akan Tuhan merupakan inti daripada semua hikmat yang sejati, dan dengan dasar itulah kitab amsal menerapkan prinsip-prinsip ajaran Tuhan pada hubungan-hubungan kemanusiaan, kehidupan rumah tangga, pekerjaan, keadilan, keputusan-keputusan, sikap-sikap dan semua hal yang diperbuat, diucapkan atau dipikirkan oleh manusia. Kitab amsal mengajarkan hal-hal yang praktis yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Salah satunya yaitu bagaimana kita untuk berhikmat dalam menggunakan harta atau kekayaan yang kita miliki.
            Di Indonesia kasus korupsi sedang marak-maraknya. Menurut survey yang dilakukan Indonesia menduduki peringat nomor 1 negara terkorup. Hal ini tentunya sanagt menyedihkan dan menggiris hati kita. Banyak pengusaha-pengusaha bahkan pejabat-pejabat negara yang mencari uang atau kekayaan dengan cara yang tidak jujur yaitu dengan korupsi. Korupsi memang adalah jalan cepat menuju kekayaan. Dengan korupsi seseorang bisa menjadi orang yang kaya mendadak. Oleh karena hal tersebut banyak orang yang berlomba untuk menjabat pegawai negara menjabat jabatan yang tinggi hanya untuk memperoleh kekayaan dengan korupsi. Kalau kita meninjau Korupsi pun terjadi karena gaya hidup yang tinggi jika seseorang selalu mencukupkan diri dengan apa yang ada dan pinter mengatur pengerluaran-pengeluaran dengan baik atau dengan kata lain dapat menggunakan kekayaan dengan sebaik mungkin pastinya tidak akan ada orang yang korupsi. Orang korupsi adalah orang yang selalu merasa kurang karena gaya hidup mereka yang tinggi. Pada bagian amsal kali ini kelompok kami akan membahas bagaimana kita berhikmat menggunakan harta atau kekayaan yang kita punyai.
BAB II
PEMBAHASAN

Struktur teks
Amsal 3:9-10 Muliakanlah Tuhan dengan hartamu
                                                          Dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu

Maka lumbung-lumbungmu akan diisi penuh
                                                Sampai melimpah-limpah,
Dan bejana pemerahanmu akan meluap dengan air buah anggurnya.

Amsal 11:24 Menyebar harta                    bertambah kaya
Menghemat secara luar biasa                selalu berkekurangan

Amsal 11: 25 Memberi berkat                  diberi kelimpahan
Memberi minum                   diberi minum

Amsal 11:26 Menahan gandum                 dikutuki orang
Menjual gandum               berkat turun

13:11 Harta yang cepat diperoleh                 berkurang
Mengumpulkan sedikit demi sedikit                menjadi kaya

21:20 Harta yang indah
                        dan minyak ada di kediaman orang bijak,
                                                                        Tetapi orang yang bebal memboroskannya.






Analisa teks

Amsal 3:9 muliakanlah Tuhan dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu,
3:10 maka lumbung-lumbungmu akan diisi penuh sampai melimpah-limpah, dan bejana pemerahanmu akan meluap dengan air buah anggurnya.

Dalam ayat 9 ini salomo mengingatkan pembaca untuk memuliakan Tuhan dengan harta kita.
Kata muliakanlah dalam bahasa ibrani yaitu dbeäk; verb piel imperative masculine singular. Yang berarti kata muliakanlah disini adalah merupakan kata perintah maskulin tunggal yang dipertegas. Kata muliakanlah disini mempunyai arti yang sangat dalam/tegas karena konyugasi piel. Maksud  dari ayat ini adalah Tuhan memerintahkan kepada kita untuk memuliakan Tuhan dengan harta kita dan dengan hasil pertama dari segala penghasilan kita dan perintah itu harus dilakukan secara tegas.
Bagaimana caranya memuliakan Tuhan dengan harta?
Menurut R.E. Harlow dalam bukunya, ia menuliskan memulikan Tuhan dengan harta kita itu berarti kita memberikan persembahan kepada Tuhan.[2] Sedangkan menurut Robert L. Alden, muliakanlah Tuhan dengan hartamu bukan merupakan perintah yang mendetail, artinya harus berupa binatang korban, seberapa banyak kentang atau padi yang diberikan, dimana seharusnya mereka membawa barang tersebut, dimana seharunya mereka membakar barang tersebut. Perintah disini adalah menghormati Tuhan, membawa persembahan merupakan tambahan.[3] Dari berbagai pendapat ini, menurut kami muliakanlah Tuhan dengan hartamu mengandung arti kita menggunakan harta kita hanya untuk Tuhan, untuk kemuliaannya atau dalam arti kita memberikan harta kita untuk Tuhan (persembahan) bukannya malah untuk berfoya-foya atau menghabiskan dengan hal-hal yang tidak berguna.
Kata maka dalam ayat 10 menghubungkan ayat 9 dan 10 ini juga menunjukkan adanya hubungan sebab akibat. Artinya kalau kita memberi persembahan kepada Tuhan, maka ia akan memberkati kita. Ketika kita mempergunakan harta kita untuk memuliakan Tuhan secara otomatis Tuhan akan terus memberkati kita.
Konteks dari amsal ini berhubungan dengan pedesaan, ini terlihat dari pemakaian kata-kata seperti “hasil pertama dari segala penghasilanmu” (terjemahan lebih tepat: “hasil pertama dari panenmu”), “lumbung-lumbung”, dan “bejana-bejana dengan air buah anggur”.

Amsal  11
11:24 Ada yang menyebar harta, tetapi bertambah kaya, ada yang menghemat secara luar biasa, namun selalu berkekurangan.
11: 25. Siapa banyak memberi berkat, diberi kelimpahan, siapa memberi minum, ia sendiri akan diberi minum.
11:26 Siapa menahan gandum, ia dikutuki orang, tetapi berkat turun di atas kepala orang yang menjual gandum.
 Kata menyebar (ay. 24) dalam bahasa ibrani menggunakan kata rzep; verb piel participle masculine singular absolute. Kata kerja orang pertama maskulin yang sedang dan terus menerus dilakukan/disebarkan. Bukan hanya satu kali disebar namun terus-menerus disebar. Dalam ayat ini sebenarnya bertentangan dengan hukum ekonomi. Dimana jika kita menabung harta kita maka harta kita akan bertambah, tetapi jika kita menggunakan harta tersebut harta itu pun akan semakin berkurang. Jadi apa yang dimaksud disini? Konteks ayat ini berbicara tentang perbandingan orang benar dan orang fasik. Orang fasik diidentifikasikan sebagai orang yang kikir/pelit, tidak peduli kebutuhan/kekurangan orang lain. Maksud menyebar harta disini bukan berarti memboros-boroskan atau berfoya-foya namun maksudnya adalah memberi kepada orang yang lain yang membutuhkan (bermurah hati, tidak pelit). Ayat 24 tidak mengajar kita untuk menanam modal atau menabung harta agar membendung inflasi tetapi Tuhan memberkati orang yang murah hati dan mengabaikan orang yang pelit. Hal ini akan membawa kita kepada ayat selanjutnya. Secara hukum kehartaan tidak mungkin kita menyebar harta hasilnya bertambah kaya, namun Tuhan sanggup melakukan segala sesuatu karena kekayaan ada ditangan Dia. Tuhan sanggup memberkati kita.  Jadi, sebagai anak-anak Tuhan marilah kita memiliki hati yang murah hati, tidak pelit/kikir memberikan bantuan/harta kita secara terus-menerus tidak hanya satu atau dua kali kepada orang lain secara khusus kepada orang yang membutuhkan.
Dalam ayat 25, disini Salomo menasehatkan untuk pembacanya memiliki hati yang bermurah hati. Dalam ayat ini mengindikasikan hukum tabur tuai sesuai yang ada di dalam 2 Korintus 9:6, yang menabur banyak, menuai banyak juga.
Ayat 26 memberikan nasehat praktis bagaimana mengatur kekayaan. Menyimpan harta dengan hemat harus disertai kemurahan hati. Kebanyakan kita hanya hidup pas-pasan, tetapi ada juga orang yang hidup berkelebihan sehingga tidak tahu hartanya harus diapakan. Orang-orang yang sedemikian harus murah hati bagi kebutuhan orang lain.
Ayat ini tidak mengajarkan orang kaya harus menyerahkan seluruh miliknya. Tetapi ayat ini mencela orang kaya yang tamak yang mengabaikan orang miskin. Pengumpulan kekayaan menimbulkan persoalan rohani yang hanya dapat disembuhkan dengan mengaplikasikan hikmat dari Tuhan.[4]


Amsal 13:11 harta yang cepat diperoleh akan berkurang, tetapi siapa mengumpulkan sedikit demi sedikit, menjadi kaya.

Pepatah modern dari ayat 11 ialah “mudah mendapat, mudah keluar”. Kontras disini ialah antara orang-orang yang mendapat kekayaan dengan cepat dan dengan cepat juga kehilangan dengan orang-orang yang sedikit demi sedikit mengumpulkan kekayaan dan melihat pertumbuhan kekayaan mereka. Beberapa orang mendapat untung kemudian rugi beberapa miliar rupiah dalam saham. Orang lain menang kemudian rugi dalam perjudian di kasino atau di usaha dagang yang beresiko. Orang-orang yang tidak biasa memiliki sejumlah harta yang banyak kemudian jadi orang kaya mendadak, biasanya akan memboroskan harta itu dengan cepat. Pengelolaan harta merupakan sebuah keahlian dalam mengumpulkan harta sedikit demi sedikit dan dengan bijaksana memakai harta tersebut.
Kata kerja cepat diperoleh dalam ayat ini sukar dimengerti terjemahan Yunaninya mirip dengan padanan kata yang dipakai dalam Amsal 20:21, tetapi bahasa Ibrani memakai kata lb,h,äme, !mi particle preposition   lb,h, noun common masculine singular absolute homonym 1, diartikan dengan sia-sia yang mengandung arti kekayaan yang diperoleh dengan cara tidak benar. Dalam NIV pun di terjemahkan dengan kekayaan yang diperoleh dengan tidak jujur (dishonest money). Ini berarti bahwa kekayaan atau harta yang diperoleh dengan cepat dengan cara yang tidak jujur akan cepat hilang atau berkurang.
Kita dapat melihat bahwa ayat ini memberikan sebuah peringatan terhadap penjahat-penjahat yang memperoleh kekayaannya dengan cara yang tidak benar bahwa kekayaan mereka akan cepat hilang juga dan juga memberikan sebuah janji kepada orang-orang yang jujur dan yang bijaksana dalam menggunakan kekayaannya.

Amsal 21:20 Harta yang indah dan minyak ada di kediaman orang bijak, tetapi orang yang bebal memboroskannya.

Dari kalimat orang yang bebal memboroskan ini memiliki pengertian bahwa orang bebal memboroskan apa yang mereka miliki tanpa memikirkan hari depan. Sedangkan orang bijak selalu berhikmat dalam mengunakan apa yang mereka punyai. Menurut Matthew Henry menjelaskan bahwa  orang yang bijak meningkatkan (mengumpulkan/menabung) apa yang mereka punyai menjadi berlimpah. Hikmat mereka mengajar mereka untuk membagi kekayaan mereka atas biaya-biaya yang diperlukan dan dengan pemasukan yang ada. sehingga ada sisanya untuk ditabung. Mereka menggunakan kekayaan mereka dengan bijak, sehingga selalu tersedia persediaan di rumah mereka. Mereka hidup secara sederhana dan tidak hidup berfoya-foya sehingga Tuhan selalu memebrkati rumah emreja dan kekayaan mereka. Berbeda dengan orang bebal atau bodoh mereka menghabiskan apa yang mereka punyai dengan keinginan-keinginan mata mereka dan mereka tidak mempunyai persediaan dirumah mereka (konteks sekarang tabungan). Mereka menghabiskan kekayaan mereka dengan mengenaskan hingga tidak ada sisa. Mereka mengahbiskan kekayaan mereka secara boros.[5]
Namun kalau kita kaya jangan mengira bahwa kita seorang yang bijaksana dan kalau kita seorang yang miskin koreksi diri sendiri mungkin kita sudah melakukan beberapa tindakan yang bodoh dan menghabiskan apa yang kita miliki secara boros.
Jadi dalam ayat ini orang yang boros digolongkan sebagai orang yang bodoh. Oleh sebab itu berhikmatlah dalam menggunakan kekayaan yang kita miliki dan tidak memboroskannya begitu saja.
 

BAB III
PENUTUP
 
RELEVANSI
Dalam pelayanan ketika kita menghadapi kesulitan dalam keuangan dan kita tidak dapat memenuhi kebutuhan kita karena tidak mempunyai apa-apa sebagai hamba Tuhan janganlah kita menggunakan segala cara untuk memenuhi kebutuhan kita dengan cara yang tidak benar. Tetapi marilah kita memperoleh atau mencari kekayaan dengan cara yang benar bukan hasil korupsi atau mencuri milik orang lain. Dan ketika Tuhan memberkati kita dengan berlimpah marilah kita gunakan kekayaan kita untuk kemuliaan nama Tuhan, membantu orang yang berkekurangan, membantu jemaat yang membutuhkan, dan biarlah kita juga menajdi orang yang berhikmat dalam menggunakan apa yang kita miliki dan tidak memboroskan dan berfoya-foya atas apa yang kita miliki melainkan menggunakan harta kita untuk kemajuan pelayanan Tuhan di dunia ini.


 DAFTAR PUSTAKA

1983,
Alden, Robert L.,        Proverbs a Commentary on an Ancient Book of Timeless Advice, USA:                               Library of Congress Catalog Card
2008,
Alden, Robert L.,        Tafsiran Praktis Kitab Amsal, Malang: Literatus SAAT

1984,
Harlow, R.E.,              Proverbs: The Kings Wisdom, Canada:Everyday Publications INC.

2000,
Rimba,, Retnawaty,    Intisari Alkitab Perjanjian Lama, Jakarta: Persekutuan Pembaca                                           Alkitab,

1992,
Boeker, T.G.R.,           Bahasa Ibrani, Batu: Literatur YPPII

Program Files Bibleworks7


[1] Retnawaty Rimba, Intisari Alkitab Perjanjian Lama, Jakarta: Persekutuan Pembaca Alkitab, 2000), 143
[2] R.E. Harlow, Proverbs: The Kings Wisdom, (Canada:Everyday Publications INC., 1984), 16
[3] Robert L. Alden,  Proverbs a Commentary on an Ancient Book of Timeless Advice, (USA: Library of Congress Catalog Card, 1983), 38
[4] Robert L. Alden, Tafsiran Praktis Kitab Amsal, (Malang: Literatus SAAT, 2008), 124
[5] Program Files, Bibleworks7